IMAM-IMAM YANG MENGHINA TUHAN (MALEAKHI 1:6-14)

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Maleakhi 1:6-14 - “(6) Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepadaKu itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepadaKu itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina namaKu. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami menghina namaMu?’ (7) Kamu membawa roti cemar ke atas mezbahKu, tetapi berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami mencemarkannya?’ Dengan cara menyangka: ‘Meja TUHAN boleh dihinakan!’ (8) Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam. (9) Maka sekarang: ‘Cobalah melunakkan hati Allah, supaya Ia mengasihani kita!’ Oleh tangan kamulah terjadi hal itu, masakan Ia akan menyambut salah seorang dari padamu dengan baik? firman TUHAN semesta alam. (10) Sekiranya ada di antara kamu yang mau menutup pintu, supaya jangan kamu menyalakan api di mezbahKu dengan percuma. Aku tidak suka kepada kamu, firman TUHAN semesta alam, dan Aku tidak berkenan menerima persembahan dari tanganmu. (11) Sebab dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari namaKu besar di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan korban bagi namaKu dan juga korban sajian yang tahir; sebab namaKu besar di antara bangsa-bangsa, firman TUHAN semesta alam. (12) Tetapi kamu ini menajiskannya, karena kamu menyangka: ‘Meja Tuhan memang cemar dan makanan yang ada di situ boleh dihinakan!’ (13) Kamu berkata: ‘Lihat, alangkah susah payahnya!’ dan kamu menyusahkan Aku, firman TUHAN semesta alam. Kamu membawa binatang yang dirampas, binatang yang timpang dan binatang yang sakit, kamu membawanya sebagai persembahan. Akan berkenankah Aku menerimanya dari tanganmu? firman TUHAN. (14) Terkutuklah penipu, yang mempunyai seekor binatang jantan di antara kawanan ternaknya, yang dinazarkannya, tetapi ia mempersembahkan binatang yang cacat kepada Tuhan. Sebab Aku ini Raja yang besar, firman TUHAN semesta alam, dan nama-Ku ditakuti di antara bangsa-bangsa.”.
IMAM-IMAM YANG MENGHINA TUHAN (MALEAKHI 1:6-14)
Kalau pada Maleakhi 1:1-5 kita melihat Maleakhi menghibur Israel dengan menunjukkan kasih Allah kepada mereka, maka di sini mulai Mal 1:6 dan seterusnya kita bisa melihat bahwa Maleakhi memberi­kan teguran-teguran yang keras.

Penerapan:

Ini menunjukkan bahwa hamba Tuhan tidak boleh memanja­kan jemaat dengan hanya memberitakan hal-hal yang enak saja. Hanya memberitakan hal-hal yang enak / menyenangkan telinga saja adalah ciri nabi palsu.

2Tawarikh 18:5,8-12 - “(5) Lalu raja Israel mengumpulkan para nabi, empat ratus orang banyaknya, kemudian bertanyalah ia kepada mereka: ‘Apakah kami boleh pergi berperang melawan Ramot-Gilead atau aku membatalkannya?’ Jawab mereka: ‘Majulah! Allah akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ ... (8) Kemudian raja Israel memanggil seorang pegawai istana, katanya: ‘Jemputlah Mikha bin Yimla dengan segera!’ (9) Sementara raja Israel dan Yosafat, raja Yehuda, duduk masing-masing di atas takhtanya dengan pakaian kebesaran, di suatu tempat pengirikan di depan pintu gerbang Samaria, sedang semua nabi itu bernubuat di depan mereka, (10) maka Zedekia bin Kenaana membuat tanduk-tanduk besi, lalu berkata: ‘Beginilah firman TUHAN: Dengan ini engkau akan menanduk Aram sampai engkau menghabiskan mereka.’ (11) Juga semua nabi itu bernubuat demikian, katanya: ‘Majulah ke Ramot-Gilead, dan engkau akan beruntung; TUHAN akan menyerahkannya ke dalam tangan raja.’ (12) Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.’”.

Yeremia 8:11 - “Mereka mengobati luka puteri umat-Ku dengan memandangnya ringan, katanya: Damai sejahtera! Damai sejahtera!, tetapi tidak ada damai sejahtera.”.

Yeremia 23:16-17 - “(16) Beginilah firman TUHAN semesta alam: ‘Janganlah dengarkan perkataan para nabi yang bernubuat kepada kamu! Mereka hanya memberi harapan yang sia-sia kepadamu, dan hanya mengungkapkan penglihatan rekaan hatinya sendiri, bukan apa yang datang dari mulut TUHAN; (17) mereka selalu berkata kepada orang-orang yang menista firman TUHAN: Kamu akan selamat! dan kepada setiap orang yang mengikuti kedegilan hatinya mereka berkata: Malapetaka tidak akan menimpa kamu!’”.

Tuhan memang maha kasih, tetapi juga maha suci, sehingga Ia sangat membenci dosa. Dan Tuhan yang maha kasih itu juga maha adil, sehingga Ia pasti akan menghukum semua orang berdosa yang tidak bertobat. Supaya jemaat sadar akan kesucian dan keadilan Allah, maka hamba Tuhan wajib memberitakan teguran Allah.

I) Teguran kepada para imam.


Dari kata-kata ‘hai para imam’ dalam Maleakhi 1:6 dan Mal 2:1 terli­hat dengan jelas bahwa Mal 1:6-2:9 adalah teguran yang dituju­kan kepada imam-imam.

Maleakhi 1: 6: “Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepadaKu itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepadaKu itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina namaKu. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami menghina namaMu?’”.

Maleakhi 2:1 - “Maka sekarang, kepada kamulah tertuju perintah ini, hai para imam!”.

1) Ini menunjukkan bejatnya kerohanian pada saat itu.
Kalau imamnya saja bejat, bagaimana dengan rakyatnya / je­maatnya? Apalagi dari Perjanjian Lama jelas terlihat bahwa kerohanian bangsa Israel sangat tergantung kepada pemimpin­nya. Kalau pemimpinnya seorang yang rohani, maka mereka juga ikut menjadi rohani, sebaliknya kalau pemimpinnya brengsek, maka mereka pun ikut menjadi brengsek.

Sekalipun dalam jaman Perjanjian Baru setiap orang percaya diberi Roh Kudus yang memimpin dia, tetapi pengaruh pemimpin rohani / pendeta tetap sangat besar terhadap kehidupan jemaat secara rohani, karena dialah yang mengajarkan Firman Tuhan kepada jemaat, dan mau tidak mau pengalaman rohaninya akan mempengaruhi pengajarannya. Ada orang yang berkata bahwa seorang pendeta tidak bisa membawa jemaatnya ke tingkat rohani yang lebih tinggi dari dirinya sendiri. Jadi, kalau pendetanya brengsek secara rohani, maka jemaatnya pasti juga akan menjadi brengsek. Karena itu, jangan berpendapat bahwa pergi ke gereja yang pendetanya sesat itu tidak apa-apa, toh kita berbakti kepada Tuhan, bukan kepada manusia. Memang kita berbakti kepada Tuhan, tetapi kita juga memerlukan pertumbuhan rohani yang baik untuk bisa tetap mengikut Tuhan dengan setia, dan ini tidak bisa saudara dapatkan kalau pendeta saudara adalah orang yang dangkal rohaninya.

2) Maleakhi berani menegur imam.

Imam adalah ‘utusan TUHAN’ dan pengajar Firman Tuhan karena bangsa Israel belajar kepada imam.

Maleakhi 2:7 - “Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam.”.

Tetapi Maleakhi tetap tidak takut menegur mereka. Maleakhi yakin akan otoritas yang diberikan Tuhan kepadanya, dan ia juga yakin akan kesalahan dari imam-imam itu. Karena itulah ia berani menegur imam.

Penerapan: Kalau saudara melihat ada ‘orang gede’ berbuat salah, baik dia itu gede dalam hal rohani (majelis, pendeta), maupun dalam hal duniawi (boss, pejabat), beranikah saudara menegur dia?

3) Maleakhi mereformasi dari atas.

Kalau imam-imam bisa dibereskan kerohaniannya, maka dengan sendirinya rakyat juga akan beres.

Penerapan: Kalau saudara mau mereformasi gereja saudara, penekanan harus dilakukan untuk membereskan orang-orang yang ada di ‘atas’ seperti Pendeta, majelis, guru sekolah minggu, pengurus komisi, dsb. Pikirkan, apa yang bisa saudara lakukan untuk mereformasi mereka? Mengajak berdiskusi? Membelikan buku rohani?

II) Dosa para imam.

1) Persembahan yang salah.

Maleakhi 1: 7,8,13: “(7) Kamu membawa roti cemar ke atas mezbahKu, tetapi berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami mencemarkannya?’ Dengan cara menyangka: ‘Meja TUHAN boleh dihinakan!’ (8) Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam. ... (13) Kamu berkata: ‘Lihat, alangkah susah payahnya!’ dan kamu menyusahkan Aku, firman TUHAN semesta alam. Kamu membawa binatang yang dirampas, binatang yang timpang dan binatang yang sakit, kamu membawanya sebagai persembahan. Akan berkenankah Aku menerimanya dari tanganmu? firman TUHAN.”.

Kata ‘roti’ dalam Maleakhi 1: 7 mungkin mewakili semua persembahan yang bisa dimakan. Di sini dikatakan ‘roti cemar’, yang jelas menunjukkan persembahan yang salah.

Demikian juga dalam Maleakhi 1: 8 disebutkan persembahan yang salah yang lain, yaitu binatang buta, timpang, sakit, dan dalam Maleakhi 1: 13 disebutkan binatang yang dirampas, timpang, sakit.

Istilah ‘binatang yang dirampas’ dalam ay 13 diterjemahkan secara bervariasi.

RSV: ‘what has been taken by violence’ [= yang diambil dengan kekerasan].

NASB: ‘what was taken by robery’ [= yang diambil dengan meram­pok].

NIV: ‘injured’ [= terluka].

KJV: ‘that which was torn’ [= yang dicabik-cabik].

Para penafsir berpendapat bahwa istilah ini menunjuk pada domba / kambing yang dirampas kembali oleh gembalanya dari binatang buas yang menerkamnya. Dari pada dibuang, binatang yang sudah dicabik-cabik ini lalu dipersembahkan kepada Tuhan.

Bdk. Keluaran 22:31 - “Haruslah kamu menjadi orang-orang kudus bagiKu: daging ternak yang diterkam di padang oleh binatang buas, janganlah kamu makan, tetapi haruslah kamu lemparkan kepada anjing.’”.

Jadi, dalam Kel 22:31 ini dikatakan bahwa ‘binatang yang dirampas’ itu tidak boleh dimakan, tetapi harus diberikan kepada anjing. Tetapi ternyata mereka memberikannya kepada Tuhan!

Selanjutnya, dalam ay 14 disebutkan tentang orang yang bernazar akan memberikan binatang jantan, tetapi lalu mem­berikan binatang cacat.

Maleakhi 1: 14: “Terkutuklah penipu, yang mempunyai seekor binatang jantan di antara kawanan ternaknya, yang dinazarkannya, tetapi ia mempersembahkan binatang yang cacat kepada Tuhan. Sebab Aku ini Raja yang besar, firman TUHAN semesta alam, dan namaKu ditakuti di antara bangsa-bangsa.”.

Mengapa persembahan seperti ini salah?

a) Karena Hukum Taurat melarang hal itu (Keluaran 12:5 Im 1:3,10 Im 22:20-25 Ul 15:21).

Kel 12:5 - “Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing.”.

Imamat 1:3,10 - “(3) Jikalau persembahannya merupakan korban bakaran dari lembu, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela. Ia harus membawanya ke pintu Kemah Pertemuan, supaya TUHAN berkenan akan dia. ... (10) Jikalau persembahannya untuk korban bakaran adalah dari kambing domba, baik dari domba, maupun dari kambing, haruslah ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela.”.

Imamat 22:20-25 - “(20) Segala yang bercacat badannya janganlah kamu persembahkan, karena dengan itu TUHAN tidak berkenan akan kamu. (21) Juga apabila seseorang mempersembahkan kepada TUHAN korban keselamatan sebagai pembayar nazar khusus atau sebagai korban sukarela dari lembu atau kambing domba, maka korban itu haruslah yang tidak bercela, supaya TUHAN berkenan akan dia, janganlah badannya bercacat sedikitpun. (22) Binatang yang buta atau yang patah tulang, yang luka atau yang berbisul, yang berkedal atau yang berkurap, semuanya itu janganlah kamu persembahkan kepada TUHAN dan binatang yang demikian janganlah kamu taruh sebagai korban api-apian bagi TUHAN ke atas mezbah. (23) Tetapi seekor lembu atau domba yang terlalu panjang atau terlalu pendek anggotanya bolehlah kaupersembahkan sebagai korban sukarela, tetapi sebagai korban nazar TUHAN tidak akan berkenan akan binatang itu. (24) Tetapi binatang yang buah pelirnya terjepit, ditumbuk, direnggut atau dikerat, janganlah kamu persembahkan kepada TUHAN; janganlah kamu berbuat demikian di negerimu. (25) Juga dari tangan orang asing janganlah kamu persembahkan sesuatu dari semuanya itu sebagai santapan Allahmu, karena semuanya itu telah rusak dan bercacat badannya; TUHAN tidak akan berkenan akan kamu karena persembahan-persembahan itu.’”.

Ulangan 15:21 - “Tetapi apabila ada cacatnya, jika timpang atau buta, bahkan cacat apapun yang buruk, maka janganlah engkau menyembelihnya bagi TUHAN, Allahmu.”.

Semua ayat-ayat ini menunjukkan bahwa binatang yang dipersembahkan kepada Tuhan harus selalu tidak bercacat / bercela. Ini bukan hanya karena mereka dituntut untuk mempersembahkan sesuatu yang bagus kepada Tuhan, tetapi juga karena binatang korban ini merupakan TYPE dari Kris­tus yang suci (1Pet 1:19).

1Petrus 1:19 - “melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”.

b) Gubernur saja akan menolak persembahan seperti itu (ay 8).

Maleakhi 1: 8: “Apabila kamu membawa seekor binatang buta untuk dipersembahkan, tidakkah itu jahat? Apabila kamu membawa binatang yang timpang dan sakit, tidakkah itu jahat? Cobalah menyampaikannya kepada bupatimu, apakah ia berkenan kepadamu, apalagi menyambut engkau dengan baik? firman TUHAN semesta alam.”.

1. Kata ‘bupati’ dalam ay 8 seharusnya adalah ‘gubernur’.

2. Pada waktu mau memberikan sesuatu kepada Tuhan, baik itu berupa persembahan kita maupun pelayanan kita, kita memang harus mere­nungkan:

a. Kalau persembahan yang akan kita berikan kepada Tuhan itu kita berikan kepada manusia, apakah manusia itu mau menerimanya?

b. Kalau pelayanan yang akan kita lakukan bagi Tuhan itu kita lakukan bagi manusia, apakah manusia itu mau menerimanya?

Kalau manusia biasa saja menolak persembahan / pelayanan kita (karena menganggap sebagai penghinaan), bagaimana kita bisa memberikannya kepada Tuhan?

c) Tuhan itu maha besar (ay 11,14).

Maleakhi 1: 11,14: “(11) Sebab dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari namaKu besar di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan korban bagi namaKu dan juga korban sajian yang tahir; sebab namaKu besar di antara bangsa-bangsa, firman TUHAN semesta alam. ... (14) Terkutuklah penipu, yang mempunyai seekor binatang jantan di antara kawanan ternaknya, yang dinazarkannya, tetapi ia mempersembahkan binatang yang cacat kepada Tuhan. Sebab Aku ini Raja yang besar, firman TUHAN semesta alam, dan namaKu ditakuti di antara bangsa-bangsa.”.

Dalam Maleakhi 1:11 ada kata-kata ‘dipersembahkan korban bagi namaKu’. Kata ‘korban’ dalam ay 11 ini merupakan terjemahan yang salah. Terjemahan yang benar adalah ‘incense’ [= kemenyan / dupa]. ‘Kemenyan’ dan ‘korban sajian yang tahir’ (ay 11) menggambarkan ibadah kepada Tuhan.

Pada saat itu di luar bangsa Israel, tidak ada bangsa yang menyembah Allah karena mereka semua menyembah berhala. Karena itu banyak penafsir menganggap bahwa ay 11,14 yang menunjukkan bahwa nama TUHAN itu populer di antara semua bangsa, sebagai sesuatu yang aneh. Ini menyebabkan mereka lalu menterjemahkan ay 11,14b ke dalam bentuk future tense [= bentuk akan datang]. Dengan demikian kata-kata ini menjadi suatu nubuat. Nanti, bangsa-bangsa asing akan menyembah Tuhan.

Bagaimanapun juga, semua ini menunjukkan kebesaran Allah. Tetapi bangsa Israel memberikan persembahan binatang cacat kepada Tuhan yang mahabesar ini! Ini adalah suatu penghi­naan (ay 6)!

Maleakhi 1: 6: “Seorang anak menghormati bapanya dan seorang hamba menghormati tuannya. Jika Aku ini bapa, di manakah hormat yang kepadaKu itu? Jika Aku ini tuan, di manakah takut yang kepadaKu itu? firman TUHAN semesta alam kepada kamu, hai para imam yang menghina nama-Ku. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami menghina namaMu?’”.

Hal yang selalu membuat seseorang tidak menghormati Tuhan adalah tidak adanya kesadaran akan kebesaran Allah. Orang yang selalu menyadari kebesaran Allah pasti akan selalu menghormati-Nya.

Penerapan:

Kalau saudara berdoa sebaiknya jangan selalu menyebut Tuhan dengan sebutan ‘Bapa’. Awas, saya tidak memaksudkan bahwa saudara tidak boleh menggunakan sebutan ‘Bapa’, tetapi saya memaksudkan untuk tidak selalu menyebut ‘Bapa’. Mengapa? Karena sebutan ‘Bapa’ hanya mengingatkan kita akan kasih-Nya kepada kita, dekatnya Dia dengan kita, dan pemeliharaan-Nya terhadap diri kita. Tetapi sebutan ‘Bapa’ ini tidak mengingatkan kita akan kebesaran-Nya. Sebaliknya, kalau kita menggunakan sebutan ‘Allah’ atau ‘Tuhan’ atau ‘Tuhan semesta alam’ atau ‘Allah yang mahakuasa’, maka sebutan-sebutan ini mengingatkan kita akan kebesaran Allah, se­hingga bisa menyebabkan kita menghormati Dia.

Kalau saudara melihat pada Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Yesus, maka saudara bisa melihat bahwa kalimat perta­ma bukan hanya berbunyi ‘Bapa kami’, tetapi ‘Bapa kami yang di surga’ (Matius 6:9). Ini tujuannya supaya kita ingat bahwa sekalipun Ia memang adalah Bapa kita yang mengasihi kita, tetapi Ia juga adalah Allah yang bertakhta di surga. Dengan demikian kita bisa mengingat kebesaran Tuhan dan menghormati-Nya.

2) Membiarkan rakyat memberikan persembahan yang salah.

Jadi, sebetulnya bukan imam-imam yang memberikan persembahan binatang yang cacat itu. Rakyat yang memberikan, tetapi imam-imam menerima persembahan yang salah itu. Seharusnya, imam-imam menolak persembahan seperti itu. Ay 10 yang berbunyi: ‘Sekiranya ada di antara kamu yang menutup pintu ...’ jelas menunjukkan bahwa Tuhan sebetulnya menghen­daki imam-imam itu menolak persembahan yang salah itu. Tetapi imam-imam itu tidak menolaknya tetapi sebaliknya menerima persembahan binatang cacat itu. Karena itulah mereka berdosa!

Ini harus menjadi pelajaran bagi semua gereja Tuhan, untuk tidak dengan rakus menerima seadanya persembahan yang diberikan kepada gereja.

Misalnya:

a) Beberapa waktu yang lalu ada gereja yang mau menerima persembahan dari SDSB! Ini betul-betul memalukan Tuhan!

https://www.detik.com/jabar/berita/d-6663297/nostalgia-sdsb-judi-legal-era-soeharto-yang-bikin-warga-tergila-gila

b) Banyak gereja mengecam orang yang merokok, tetapi anehnya kalau mencari sumbangan, mereka pergi ke pabrik rokok.

c) Bagaimana kalau ada orang yang mempersembahkan hasil dosanya ke gereja sebagai ‘penebus dosa’, padahal orangnya sendiri tidak bertobat dari dosanya? Gereja yang mau menerima persembahan semacam ini, melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh para imam pada jaman Ma­leakhi!

d) Bagaimana kalau ada orang kaya yang mau mempersembahkan jumlah besar, dengan syarat nama terangnya diumumkan sebagai pemberi persembahan tersebut? Mengumumkan nama terang dari orang yang memberi persembahan, memang merupakan praktik dari banyak gereja. Tetapi ini adalah praktek yang salah karena bertentangan dengan Mat 6:2-4 (saya percaya bahwa ayat ini berlaku bukan hanya dalam persoalan memberi sedekah, tetapi juga dalam memberi persembahan. Alasannya, karena kontexnya, yaitu seluruh Matius 6:1-18, penekanannya adalah untuk tidak melakukan suatu tindakan yang baik sebagai suatu pameran supaya dilihat orang).

Ini juga harus menjadi pelajaran bagi setiap hamba Tuhan yang membiarkan begitu saja seadanya dosa dalam gereja. Hamba Tuhan wajib menegur jemaat yang berbuat dosa, dan bukannya membiarkannya begitu saja.

Pada jaman ini, sekalipun jemaat tidak lagi mempersembahkan binatang kepada Tuhan, tetap ada hal-hal tidak hormat yang bisa dilakukan oleh jemaat seperti:

1. Dalam hal memberikan persembahan.

Memberikan persembahan Rp 500,- atau Rp 1000,- dsb. Memang Tuhan menghargai dan mau menerima persembahan sedikit yang diberikan oleh orang miskin yang memang hanya bisa memberi sedikit (bdk. Luk 21:1-4). Tetapi ada banyak orang memberi sedikit, bukan karena mereka tidak punya uang, tetapi karena mereka kikir atau karena mereka tidak menghargai / menghormati Tuhan. Ini jelas adalah dosa / penghinaan bagi Tuhan.

Juga ada gereja yang meletakkan kotak persembahan dengan tulisan PMUT [= Persembahan Mata Uang Terkecil]!

2. Datang terlambat atau pulang terlalu pagi dalam kebaktian. Juga segala sikap-sikap yang tidak hormat dalam kebaktian, seperti: tidak ikut menyanyi tanpa alasan, mengantuk, melamun, berbicara satu dengan yang lain dsb.

3. Membiarkan anak-anak kecil berlari-lari dan membuat keributan dalam kebaktian. Ini bukan sabar / kasih, tetapi tidak bisa / tidak berani mendisiplin!

4. Menyebut nama Tuhan dengan sia-sia / sembarangan (bdk. Keluaran 20:7).

Adalah tugas dari semua hamba Tuhan dan majelis untuk menegur jemaat yang melakukan hal-hal tersebut. Kalau hamba Tuhan membiarkan sikap / tindakan tak hormat itu, maka mereka melakukan kesalahan yang sama dengan imam-imam yang membiar­kan persembahan binatang cacat!

3) Menganggap pelayanan sebagai beban yang berat.

Maleakhi 1: 13: “Kamu berkata: ‘Lihat, alangkah susah payahnya!’ dan kamu menyusahkan Aku, firman TUHAN semesta alam. Kamu membawa binatang yang dirampas, binatang yang timpang dan binatang yang sakit, kamu membawanya sebagai persembahan. Akan berkenankah Aku menerimanya dari tanganmu? firman TUHAN.”.

NIV: ‘what a burden!’ [= alangkah beratnya / betul-betul suatu beban!]

Ini menunjukkan bahwa mereka tidak melayani dengan sukacita, tetapi dengan hati yang berat. Apakah saudara juga seperti itu? Kalau ya, sadarilah bahwa Yesus sudah terlebih dahulu melayani saudara dengan cara mati disalib secara sukarela. Maukah sekarang saudara membalas kasih dan kebaikan Tuhan dengan melakukan pelayanan bagi Tuhan dengan sukacita?

4) Memandang hina meja Tuhan (ay 12,13).

Maleakhi 1: 12-13: “(12) Tetapi kamu ini menajiskannya, karena kamu menyangka: ‘Meja Tuhan memang cemar dan makanan yang ada di situ boleh dihinakan!’ (13) Kamu berkata: Lihat, alangkah susah payahnya!’ dan kamu menyusahkan Aku, firman TUHAN semesta alam. Kamu membawa binatang yang dirampas, binatang yang timpang dan binatang yang sakit, kamu membawanya sebagai persembahan. Akan berkenankah Aku menerimanya dari tanganmu? firman TUHAN.”.

a) Maleakhi 1: 12 menunjukkan dengan jelas bahwa mereka menghina meja Tuhan yang kudus!

b) Dalam  Maleakhi 1:13 ada kata-kata ‘dan kamu menyusahkan Aku’. Ini lagi-lagi salah terjemahan.

NIV: ‘you sniff at it contemptuously’.

Agak sukar untuk menerjemahkan bagian ini. Kata ‘sniff’ berarti menyedot udara melalui hidung dengan cukup keras sehingga bisa didengar orang. Ini mereka lakukan dengan sikap menghina / merendahkan. Dan penghinaan ini mereka tunjukkan pada meja Tuhan dalam ay 12.

Penerapan:

1. Apakah saudara sering memandang rendah pelayanan? Mungkin dengan melakukannya secara asal-asalan / tidak dengan sungguh-sungguh? Mungkin dengan menganggapnya tidak penting / tidak berguna? Jangan beranggapan bahwa pelayanan yang penting hanyalah pelayanan pendeta. Pelayanan saudara sebagai pemimpin liturgi / chairman, atau sebagai anggota komisi, atau sebagai organis, atau sebagai apapun juga yang lain, juga sangat penting! Kalau saudara menjadi chairman, dan saudara melakukannya dengan asal-asalan, dan saudara terus-menerus memilih lagu-lagu yang itu-itu saja, itu akan membuat puji-pujian dalam kebaktian menjadi suatu acara yang membosankan! Dan kalau ini terjadi, ini jelas akan mempengaruhi acara pemberitaan Firman Tuhannya! Karena itu, lakukanlah dengan sungguh-sungguh dan dengan sebaik mungkin!

2. Jangan menghina / merendahkan apa yang kudus di hadapan Tuhan. Ada banyak orang yang bersikap seperti anjing dan babi yang tidak tahu menghargai barang yang kudus (bdk. Matius 7:6). Misalnya sikap tidak hormat terhadap Firman Tuhan, Baptisan, Perjamuan Kudus, dsb. Maukah saudara bertobat dari sikap-sikap semacam itu? Dan maukah saudara menasehati / menegur orang yang mempunyai sikap seperti itu?

III) Akibat dosa-dosa itu.


1) Tuhan tidak berkenan kepada mereka (ay 10).

 Maleakhi 1:10: ‘Aku tidak suka kepada kamu’.

NIV: ‘I am not pleased with you’ [= Aku tidak berkenan kepa­damu].

Sekalipun mulut mereka menyebut Tuhan / Bapa, tetapi tindakan mereka tidak hormat, bahkan menghina Tuhan, sehingga Tuhan tidak berkenan kepada mereka. Bahkan dalam ay 14 Tuhan menyebut mereka dengan menggunakan kata yang sangat keras yaitu ‘terkutuk’.

Maleakhi 1: 14: “Terkutuklah penipu, yang mempunyai seekor binatang jantan di antara kawanan ternaknya, yang dinazarkannya, tetapi ia mempersembahkan binatang yang cacat kepada Tuhan. Sebab Aku ini Raja yang besar, firman TUHAN semesta alam, dan namaKu ditakuti di antara bangsa-bangsa.”.

Penerapan:

a) Kalau saudara tidak bertobat dari sikap / tindakan yang tidak hormat kepada Tuhan, maka Tuhan juga tidak berkenan kepada saudara!

b) Bukan hanya sikap / tindakan tidak hormat, tetapi semua dosa membuat Tuhan tidak berkenan kepada kita. Karena itu buanglah semua dosa, tanpa kompromi!

2) Tuhan tidak mau menerima persembahan mereka (ay 10).

Maleakhi 1: 10: “Sekiranya ada di antara kamu yang mau menutup pintu, supaya jangan kamu menyalakan api di mezbahKu dengan percuma. Aku tidak suka kepada kamu, firman TUHAN semesta alam, dan Aku tidak berkenan menerima persembahan dari tanganmu.”.

Tuhan memang tidak pernah mau menerima persembahan dari orang yang hidupnya tidak berkenan kepada Tuhan.

Kej 4:3-5a - “(3) Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; (4) Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, (5a) tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkanNya.”.

Yesaya 1:11-13a - “(11) ‘Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?’ firman TUHAN; ‘Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. (12) Apabila kamu datang untuk menghadap di hadiratKu, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait SuciKu? (13) Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagiKu.”.

Amos 5:22 - “Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepadaKu korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang.”.

Matius 5:23-24 - “(23) Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, (24) tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.”.

Gereja / Pendeta / Majelis memang tidak bisa melihat kehidupan saudara, sehingga gereja / Pendeta / Majelis tetap menerima persembahan saudara. Tetapi Allah menolak persembahan saudara yang hidupnya tidak berkenan kepada Dia, artinya Dia tidak akan senang dengan persembahan itu, dan tidak akan menganggapnya sebagai suatu tindakan yang baik dan tidak akan memberkati saudara karena persembahan yang saudara berikan itu.

Bandingkan ajaran Maleakhi tentang hal ini dengan ajaran dari banyak gereja jaman sekarang yang hanya menekankan persembahan / persembahan persepuluhan, tanpa mempedulikan apakah hidup dari orang yang memberikan persembahan / persembahan persepuluhan itu berkenan kepada Tuhan atau tidak!

3) Imam-imam tidak bisa berfungsi dalam pelayanannya (ay 9).

 Maleakhi 1:9: “Maka sekarang: ‘Cobalah melunakkan hati Allah, supaya Ia mengasihani kita!’ Oleh tangan kamulah terjadi hal itu, masakan Ia akan menyambut salah seorang dari padamu dengan baik? firman TUHAN semesta alam.”.

Kalau ay 9 diterjemahkan secara hurufiah ke dalam bahasa Inggris, maka terjemahannya adalah sebagai berikut:

“And now, intreat God’s face that he may favour us! By your hand has this been done. Will he on your account lift up the face?” [= Dan sekarang, mintalah dengan sangat pada wajah Allah agar Ia berkenan kepada kita. Oleh tanganmulah hal ini telah terjadi. Apakah demi engkau Ia mau mengangkat wajah?].

Kata-kata ‘by your hand has this been done’ [= oleh tangan­mulah hal ini telah terjadi] dalam ay 9b ini ditafsirkan 2 macam:

a) Ini menunjuk pada persembahan binatang cacat.

NIV mengambil penafsiran ini, sehingga menterjemahkan: ‘with such offerings from your hands’ [= dengan persembahan seperti itu dari tanganmu].

b) Ini menunjuk kepada tugas / fungsi / pelayanan imam-imam yaitu memperdamaikan manusia dengan Allah atau menjadi pengantara antara Allah dan manusia.

Baca Juga: Merasa Tidak Dikasihi Oleh Tuhan (Maleakhi 1:1-5)

Saya lebih setuju dengan penafsiran yang kedua, karena penafsiran ini lebih cocok dengan seluruh kalimat Maleakhi 1: 10 tersebut. Dan kalau ini benar, maka ay 9 ini bukanlah suatu seruan untuk bertobat, melainkan suatu ejekan. Dengan kata lain, Maleakhi berkata kepada para imam: ‘Bukankah tugasmu adalah mendamaikan Allah dengan manusia? Sekarang dengan adanya sikap tidak hormat kepada Allah dalam dirimu, coba­lah lakukan tugasmu itu! Kamu tidak mungkin bisa melakukan tugasmu itu!’. Jelaslah bahwa ay 9 ini menunjukkan bahwa imam-imam itu tidak bisa berfungsi lagi. Adanya dosa dalam diri mereka menyebabkan mereka tidak bisa melayani Tuhan.

Penerapan: Jangan berharap pelayanan saudara bisa sukses, kalau saudara tidak betul-betul berusaha menyucikan diri!

Penutup.

Kita sudah melihat akibat dari sikap / tindakan tidak hormat kepada Allah. Karena itu, mulai saat ini ingatlah selalu untuk bersikap / bertindak hormat kepada Allah baik dalam hidup pribadi maupun dalam berbakti di gereja! Maukah saudara?

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post