KESERUPAAN DENGAN KRISTUS (MENYANGKAL DIRI, MEMIKUL SALIB DAN MENGIKUT YESUS)
Keserupaan Dengan Kristus Dalam Penderitaan, Kesengsaraan Dan Kematian-Nya
Yesus memberitahukan kepada murid-murid-Nya bahwa Dia akan menderita. Penderitaan itu sudah menjadi bagian dari kedatangan-Nya. Dia akan mati di tangan orang-orang yang setiap hari bergumul dengan kitab suci. Kematian-Nya akan terjadi di Yerusalem. Pernyataan itu menyebabkan Petrus bereaksi. Reaksi Petrus sangat ditentang oleh Yesus. Yesus tidak setuju dengan pernyataan Petrus sebab hal itu bertentangan dengan rencana yang telah disusun oleh Allah.
Menurut Leon Morris: Yesus lalu berkata bahwa Petrus menjadi batu sandungan baginya. Jika diterima, usulan Petrus ini akan menyesatkan Yesus dan menjauhkan Dia dari kematian yang menjadi inti Injil.
Masalahnya adalah Petrus tidak berpikir secara benar. Pikiran merupakan istilah umum yang secara lebih harfiah berarti “perihal”; pikiran Petrus tidak diarahkan pada hal yang dari Allah. Melainkan mengandung nuansa adversatif yang kuat; bukannya memikirkan apa yang dipikirkan Allah, pikiran Petrus justru sejalan dengan pikiran manusia.
Sangat wajar jika kita memikirkan kemuliaan, kehormatan, kenyamanan, dan keamanan. Kita sulit memahami banyak hal dari perspektif Allah yang benar dan mengasihi kebenaran (Mazmur11: 7).Pandangan Petrus tentang kemesiasan Yesus telah diakui dan karena itu, baginya tidak masuk akal jika kemesiasan ini meliputi penolakan, kesengsaraan, dan kematian.
Petrus membuat pengakuan yang telah diakui oleh Yesus. Dia telah menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Pengakuan itu memiliki pengaruh yang kuat untuk mendorong Petrus membuat pernyataan tersebut. Pengharapannya akan Mesias sangat kuat. Dia memahami Mesias sebagai tokoh yang kuat dan memiliki kemampuan seperti Daud. Respons ini sangat alami dari manusia. Pernyataan Morris menunjukkan bahwa Petrus belum sepenuhnya memahami Mesias. Dia masih memahaminya sebagai raja yang akan memimpin Israel secara dunia. Tokoh yang akan membawa kebebasan dan kedamaian bagi bangsanya.
Bagi Darrell L. Bock, Petrus memiliki pemahaman yang sangat kuat mengenai Mesias. Dalam pemahaman Petrus, Mesias adalah sosok yang mulia dan berkuasa, bukan orang yang ditolak oleh bangsa Israel. Pemahaman ini yang disampaikan oleh Bock menunjukkan bahwa Petrus belum sepenuhnya memahami Mesias dari perspektif yang disampaikan oleh Yesus. Dia masih memegang teguh anggapan yang dipegang oleh bangsanya. Mesias tidak mungkin ditolak oleh bangsa Israel sebab sosok itulah yang sangat dinanti-nantikan sehingga pernyataan Yesus yang berhubungan dengan penderitaan-Nya tidak sesuai dengan pengharapan Mesianik bangsa Israel.
Tanggapan terhadap respons Petrus kemudian memunculkan penjelasan mengenai syarat untuk mengikut Yesus. Penjelasan ini ditujukan kepada semua murid-Nya. Sekalipun hanya Petrus yang menunjukkan reaksi radikal dari pernyataan Yesus, namun Yesus tetap menjelaskan ketentuan itu kepada murid yang lain.
Menurut Bock, respons yang diberikan oleh Petrus menjadi alasan yang kuat untuk memberikan pengajaran kepada murid-murid Yesus sebab mereka belum mengerti rencana Allah.
Khusus untuk kalimat pembuka, Morris memberikan penjelasan, Lalu … di sini berarti “berikutnya”; setelah dengan keras menolak usulan Petrus yang sangat bersifat duniawi, Yesus berbicara pada seluruh murid. Yesus telah memberitahu kepada pengikut-Nya bahwa Ia harus menderita dan sekarang di dalam kalimat yang serupa dengan 10: 38-39, ia berkata para pengikut-Nya juga harus siap menderita. Ucapan Yesus ini bersifat hipotesis tetapi positif.
Setiap berarti merujuk kepada siapa pun yang akan menjadi murid-Nya. Mau teramat penting; menjadi murid harus dengan kemauan orang yang bersangkutan, tidak bisa menjadi pengikut Yesus karena ikut-ikutan. Di dalam mengikut Yesus harus ada keputusan sepenuh hati. Mengikut Aku bisa berarti sekadar berjalan di belakang Yesus ke mana pun Ia pergi tetapi di dalam konteks ini, hampir pasti berarti “menjadi murid,” “menjadi pengikut yang berkomitmen.”
Yesus memberikan penjelasan mengenai ketentuan mengikuti Dia. Pengikutnya akan diperhadapkan dengan hal-hal yang mungkin saja baru bagi mereka. Perubahan akan terjadi pada orang yang mengikuti-Nya. Perubahan inilah yang menuntut komitmen dari orang yang akan menjadi pengikut-Nya. Tanpa komitmen tersebut, maka pengikut yang baru akan kembali kepada kehidupan awal.
1. Menyangkal Diri
Menyangkal diri merupakan bagian dari pembahasan mengenai pemuritan yang dilakukan oleh Yesus (Matius 16: 24, Markus 8: 34, Lukas 9: 23). Seseorang yang ingin mengikuti-Nya harus mengikuti ketentuan-ketentuan pemuridan yang ada dalam sistem-Nya. Jika sistem itu tidak dipatuhi maka seseorang tidak mampu untuk masuk dalam proses pemuritan yang dilakukan oleh Yesus. Mengikuti Dia berarti siap untuk melakukan tuntutan yang telah tersedia. Tuntutan itu harus dipenuhi.
Yesus datang ke dalam dunia dalam keadaan sebagai Allah dan sekaligus manusia. Dia mampu untuk membunuh siapa yang melawan atau pun menolak untuk percaya kepada-Nya. Kekuasaan itu tidak dipakai Yesus sebab dia telah melepaskan haknya untuk memakai kuasa itu. Dia datang untuk melayani manusia sehingga harus mengosongkan diri-Nya supaya dapat hidup dengan manusia. Pengikut Yesus diberikan syarat pertama yaitu menyangkal diri.
Bagi Terry A. Chrisope menyangkal diri berarti menolak secara total. Seorang murid yang akan mengikut Yesus akan menolak seluruh kepentingan dirinya dan sepenuhnya datang kepada Yesus. Dia menganggap rugi kepentingan diri sendiri. Menurut Chrisope menyangkal diri berarti tidak memandang keuntungan atau kenyamanan diri sendiri. Mengikuti Yesus berarti melepaskan seluruh kepentingan pribadi
Ketundukannya di taman Getsemani merupakan salah satu penyangkalan diri Yesus. Dia menundukkan semua kuasa yang ada pada diri-Nya dan sepenuhnya melakukan kehendak Bapa. Dia mematikan semua kehendak-Nya dan sepenuhnya melakukan apa yang Bapa kehendaki. Dia menyerahkan diri-Nya sepenuhnya kepada kehendak Bapa.
Chrisope beranggapan bahwa Yesus bisa sepenuhnya mematikan kehendak diri-Nya setelah Dia melalui pergumulan yang berat. Proses pemuridan akan melalui proses ini. Pelepasan kehendak diri dan sepenuhnya masuk ke dalam kehendak Allah. Kehendak yang menuntut agar sepenuhnya melakukan apa yang Allah kehendaki.
Penyangkalan diri ditunjukkan oleh Paulus. Dia memberikan pernyataan bahwa apa yang dahulu dianggap sebagai keuntungan sekarang dianggap rugi karena Kristus. Dia melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sebagai sampah (Filipi 3: 7-8). Paulus memiliki pendidikan yang sangat baik dalam agama Yahudi sehingga dia memiliki kesempatan yang besar untuk memiliki kedudukan dalam jabatan agama Yahudi. Perjumpaannya dengan Yesus ketika perjalanan ke Damsyik mengubah seluruh sudut pandangnya. Dia melupakan apa yang telah diperolehnya selama ini dan terus menuju kepada tujuan akhir yaitu Kristus.
Paulus juga membuat pernyataan dalam Galatia 2: 20. Di ayat ini Paulus menunjukkan bahwa hidupnya bukan milik pribadi lagi, melainkan Kristus yang berkuasa atasnya. Keunggulan pribadi telah ditundukkan sepenuhnya kepada Kristus. Aturan Kristus yang berlaku atas kehidupan pribadi. Bagi Hendriksen, penyangkalan diri berarti menunjukkan diri sepenuhnya kepada disiplin Kristus.
Segala yang merupakan keuntungan diri telah berada sepenuhnya di bawah Kristus. Paulus menjadi manusia baru di dalam Kristus. Dia masih tetap pribadi yang bertubuh yang masih bisa untuk berdosa. Masih ada kelemahan yang tersimpan di dalam tubuh sekalipun telah menjadi manusia baru di dalam Kristus. Penaklukkan diri Paulus secara utuh bukan karena tuntutan hukum secara manusia melainkan karena iman kepada Yesus Kristus.
Penyangkalan diri bisa juga menjadi suatu penderitaan awal bagi seseorang yang mengikut Yesus. Melepaskan semua kebanggaan diri bukanlah hal yang mudah. Seseorang akan kehilangan apa yang dahulu menjadi bagian penting dari hidupnya. Dia akan memasuki fase belajar dengan hal baru yang bertentangan dengan kebiasaan selama ini. Fase itu menjadi awal untuk memasuki persekutuan yang intim dengan Yesus.
Memasuki persekutuan dengan Yesus, berarti siap menerima semua risiko yang sudah tersedia. Yesus telah memberikan contoh dengan meninggalkan surga dan masuk ke dunia dalam keadaan yang serba kekurangan. Dia adalah pemilik alam semesta, namun harus meninggalkan semuanya itu untuk memenuhi tugas yaitu menebus umat-Nya. Pengosongan diri Yesus akan menjadi bagian dalam pengikut-Nya.
2. Memikul Salib
Bagian kedua dari pemuritan yang diberikan oleh Yesus adalah memikul salib. Bagi Chrisope, memikul salib bukan hanya merujuk kepada kerepotan kecil dalam kehidupan sehari-hari, melainkan melibatkan kematian. Istilah memikul salib bisa saja dimengerti secara literal yaitu kematian murid sebagai martir namun bisa juga sebagai kiasan.
Pendapat Chrisope memberikan dua kemungkinan pemaknaan terhadap frasa memikul salib. Jika pengertian ditujukan kepada maksud perkataan Yesus pada saat itu. Dia memberikan pernyataan bahwa para murid akan mengalami kematian seperti yang akan Dia alami. Makna kiasan terdapat dalam Injil Lukas. Di Injil Lukas terdapat frasa setiap hari.
Menurut Chrisope: Catatan Lukas (Lukas 9: 23) memasukkan istilah “setiap hari” (“memikul salibnya setiap hari”) dan ini pasti mengandung makna kiasan karena diperlukan diperlukan tindakan yang berulang (sedangkan secara literal seseorang hanya bisa mati satu kali; meskipun tentu saja terus-menerus bersiap mati sebagai martir bisa dimaksudkan di sini).
Frasa setiap hari menunjukkan aktivitas yang terus berlanjut. Aktivitas yang terus berlanjut menunjukkan bahwa seseorang memikul salib bukan hanya mengenai kematian karena Kristus, namun ada hal lain yang menjadi bagian dari memikul salib.
Menurut Hendriksen, memikul salib menuntut tanggung jawab dari manusia. Seseorang yang memikul salibnya harus menundukkan dirinya di bawah hukum Kristus.
John Stott memberikan empat sumber penderitaan. Pertama, penderitaan merupakan serangan setan yang destruktif terhadap Sang Pencipta. Kedua, penderitaan sering kali disebabkan oleh dosa. Ketiga, penderitaan disebabkan oleh sensivitas manusiawi kita terhadap rasa sakit. Keempat, penderitaan disebabkan oleh jenis lingkungan di mana Allah menempatkan kita. Keempat poin tersebut merupakan sumber penderitaan yang bisa saja dialami baik oleh orang percaya maupun oleh orang yang tidak percaya. Sumber itu masih umum terjadi.
Penderitaan orang percaya merupakan bagian dari proses pemurnian di dalam Kristus. Orang percaya diharapkan tidak berusaha menolak penderitaan yang benar-benar karena Kristus. Penderitaan itu harus dihadapi dengan sabar. Stott menyatakan, “Sekalipun penderitaan harus diakui jahat dan karenanya ditolak, tetap saja ada saat di mana penderitaan harus diterima secara realistis.
Pada saat itulah teladan Yesus, yang diberikan kepada kita di dalam Perjanjian Baru untuk kita ikuti, menjadi inspirasi.” Penderitaan Yesus selama di dunia akan menjadi kekuatan tersendiri bagi orang percaya untuk bertahan dalam menghadapi penderitaan karena Kristus. Ketundukan Yesus kepada kehendak Bapa memberikan teladan kepada orang Orang Percaya dalam menghadapi penderitaan. Orang percaya bersedia menderita bagi kehendak Allah.
3. Mengikut Yesus
Ketiga poin ini dituliskan dalam Injil Sinoptik. Syarat untuk mengikut Yesus menjadi penekanan yang memiliki tempat yang penting. Syarat itu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses yang akan diterima oleh orang yang masuk dalam persekutuan dengan Yesus. Tahapan demi tahapan akan dilalui. Seorang murid tidak dapat menghindari proses ini. Proses yang akan membawa seorang murid tahan uji di dalam Yesus.
Tindakan mengikut Yesus adalah bagian terakhir dari pemuridan. Setelah melalui proses penyangkalan diri dan memikul salib, seseorang akan memasuki tahap mengikuti. Pengambilan keputusan akan dilakukan. Proses penyangkalan diri dan memikul salib akan tetap ada selama mengikut Yesus, namun tahap awalnya telah dilalui. Pemuritan akan tetap berjalan selama manusia ada di dunia. Seorang yang telah mengikut Yesus pasti akan tetap menghadapi persoalan yang mengharuskan dia melalui semua proses pemuritan yang telah dilalui.
Keputusan untuk mengikut Yesus menuntut sikap yang radikal. Dalam Matius 10: 37 dituliskan bahwa seseorang yang lebih mengasihi keluarganya dibandingkan dengan Yesus, maka dia tidak layak untuk mengikut Yesus. Tuntutan untuk membuat pemisahan yang jelas menjadi bagian yang penting dalam mengikut Yesus. Di ayat selanjutnya, Yesus memberikan peringatan agar orang yang mengikuti-Nya harus bersedia memikul salibnya. Memikul salibnya dihubungkan langsung dengan pemilihan antara mempertahankan nyawa atau kehilangan nyawa. Dari pernyataan Yesus sangat jelas bahwa mengikut Yesus akan melibatkan seluruh kehidupan. Tuntutan bukan hanya keluarga semata, melainkan nyawa pun menjadi taruhannya.
Yesus telah memperlihatkan dengan jelas mengenai hal-hal yang akan menimpa orang-orang yang datang kepada-Nya. Keteladanan yang diberikan-Nya, telah menjadi kekuatan tersendiri dalam kehidupan orang percaya, sehingga dapat bertahan dalam menghadapi penderitaan di dunia. Orang percaya dalam setiap generasi telah mengalami penderitaan, inspirasi memikul penderitaan yang tidak selayaknya diterima dengan sikap sabar dan tanpa menyerang balik merupakan sikap yang telah ditunjukkan oleh Yesus sebelumnya.
Penekanan mengenai keserupaan antara penderitaan yang dialami oleh Yesus dengan orang-orang yang akan mengikuti-Nya dituliskan dalam surat-surat lainnya. Penderitaan akan dialami oleh setiap orang yang akan hidup dalam nama Yesus. Dunia akan menolak mereka. Hal itu telah disampaikan dan ditunjukkan oleh Yesus ketika berada di dunia. Seorang pengikut Yesus dituntut kesiapan sebab akan berhadapan dengan kenyataan bahwa dunia menolak mereka.
Yesus memberitahukan kepada murid-Nya bahwa mereka akan dibenci oleh dunia. Kebencian itu terjadi sebab dunia sudah terlebih dahulu membenci Yesus. Kebencian dunia terhadap Yesus akan dirasakan juga oleh murid-murid-Nya. Kebencian ini terjadi karena status mereka telah berubah. Yesus menyatakan bahwa mereka telah diambil oleh Yesus dari dunia sehingga bukan lagi orang yang serupa dengan dunia melainkan telah menjadi bagian dalam persekutuan dengan Yesus (Yohanes 15: 18-19).
Andreas J. Kostenberger menyatakan, “Murid-murid perlu diberitahu tentang kebencian dunia, karena selama pelayanan Yesus di bumi, Yesuslah, bukan murid-murid, yang menanggung beban utama dari penyiksaan yang ditimpakan dunia ini (termasuk para pemimpin bangsa Yahudi), namun segera setelah Yesus pergi, kebencian dunia tidak terhindarkan akan diarahkan kepada mereka.”
Dunia membenci Yesus dan pengikut-Nya sebab mereka bukan miliknya. Dunia mencintai apa yang dimilikinya sama seperti Yesus mengasihi milik-Nya. Kecintaan dunia terhadap miliknya harus diperhatikan lagi sebab hal ini bukan menyangkut sistem yang ada di dunia. Kecintaan itu bisa menyangkut kuasa dunia. Dia mencinta orang yang dekat kepadanya. Dunia memiliki kesamaan nilai yang dapat saling bersatu dalam membentuk pertentangan terhadap nilai yang dibawa oleh Yesus. Nilai di dunia dapat saling memahami, namun nilai yang dari atas yang dibawa oleh Yesus tidak dapat dipahami oleh dunia.
Kebencian dunia bukan secara sistem melainkan nilai. Nilai yang ada di dunia berbeda dengan nilai dari atas yang diberikan Yesus kepada pengikut-Nya. Perbedaan itu menyebabkan pertentangan sebab sangat asing bagi dunia. Sekalipun ada nilai yang berbeda dalam dunia namun dapat saling memahami, berbeda dengan nilai yang dibawa oleh Yesus. Nilai itu sulit diterima oleh dunia. Kebencian yang diberikan dunia kepada pengikut Yesus hampir sama dengan kebencian bangsa lain kepada orang Yahudi. Kebencian terhadap sikap yang tidak mau kompromi terhadap nilai-nilai yang bertentangan dengan kepercayaan mereka. Pengikut Yesus juga menunjukkan sikap tidak mau kompromi terhadap nilai yang bertentangan dengan ajaran Yesus.
Keterpisahan dengan dunia memberikan penolakan terhadap orang-orang yang ada di dalam Yesus. Orang yang ada di dalam Yesus berarti telah meninggalkan kehidupan lama dan menerima kehidupan yang baru. Kehidupan yang menjadi ciri khas dari pengikut Yesus. Perubahan inilah yang menyebabkan dunia membenci mereka. Pekerjaan dunia yang selama ini menjadi bagian dari kehidupan harus disangkal sebab bertentangan dengan persekutuan dalam Yesus, dan dunia tidak dapat menerima perubahan itu. Yesus menyatakan bahwa orang datang kepada-Nya telah diambil dari dunia. Diambil bukan berarti tidak hidup di dalam dunia lagi, melainkan telah berbeda dengan cara hidup dunia.
Bagi Morris frasa “Sekiranya kamu dari dunia” menyiratkan bahwa mereka tidak dari dunia lagi.Asal mereka telah berubah saat Yesus memilih mereka.Mereka bukan lagi pencinta dunia sebab telah ada di dalam Kristus.
Morris menegaskan bahwa bentuk present dari kata kerja terakhir menunjukkan suatu proses yang berkelanjutan. Yohanes memberikan penekanan dengan mengulang satu kata. Kata “dunia” sepertinya sengaja dibuat lama dalam pikiran dengan mengulanginya sebanyak lima kali dalam satu ayat. Orang percaya akan mengalami kebencian dari dunia secara berkelanjutan. Dunia tidak akan berhenti pada generasi pertama melainkan akan terus melakukan itu. Dunia akan tetap seperti apa adanya dan orang percaya akan tetap seperti itu. Keduanya tidak akan pernah menyatu.
Menurut Houwelingen: “Anugerah ini (karena dipakai sejajar dengan kleos, charis mempunyai arti aslinya) adalah kemampuan untuk “menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung” (artinya tahan diperlakukan dengan tidak adil), dan untuk benar-benar menderita.” Ketika Yesus menyampaikan doa untuk murid-murid-Nya, Dia meminta kepada Bapa agar melindungi mereka. Permohonan itu disampaikan sebab Yesus akan meninggalkan para murid dan orang-orang percaya selanjutnya. Mereka akan tetap di dalam dunia, namun berbeda dengan dunia yang mereka tempati.
BACA JUGA: MAKNA MENGIKUT YESUS (LUKAS 9:57-62)
Perbedaan itu akan menjadikan mereka musuh bagi dunia. Akan banyak tantangan yang dihadapi oleh pengikut-Nya. Yesus tidak meminta Bapa untuk memisahkan total antara pengikut-Nya dengan dunia, melainkan melindungi mereka sebab mereka masih berada di dalam dunia. Perlindungan yang diberikan oleh Bapa merupakan wujud dari jaminan yang diberikan oleh Yesus bahwa tidak seorang pun akan hilang dari orang-orang yang telah diberikan Bapa kepada-Nya.
KESIMPULAN
Orang percaya telah diberikan suatu peringatan akan penderitaan yang akan menimpa. Yesus tidak menjamin kehidupan yang nyaman dan enak kepada setiap orang yang datang kepada-Nya. Matius 10: 34 menuliskan bahwa Yesus datang bukan untuk membawa dalam melainkan pedang.Dia membawa pemisahan antara orang yang mengasihi Dia dan orang yang mengasihi dunia. Pemisahan itu akan mengakibatkan banyak tantangan pada orang mengalami pemisahan tersebut. Orang percaya menemui penderitaan lain yang merupakan kerja sama beberapa sumber.
BACA JUGA: KEBIASAAN #2 MENYANGKAL DIRI
Sumber-sumber tersebut bertolak belakang dengan keadaan baru dari orang percaya, sehingga mereka memberikan perlawanan. Nilai-nilai yang ada pada orang percaya sangat tidak mungkin untuk dipadukan. Perbedaan ini membawa pada penderitaan yang hanya dialami orang percaya saja. 1Korintus 10: 13 memberikan penghiburan orang percaya dalam pencobaan. Penderitaan itu bukan berasal dari kesalahan pribadi melainkan karena ketidakadilan. Kesabaran menghadapi penderitaan karena ketidakadilan merupakan anugerah Allah.
Keserupaan dengan Kristus dalam penderitaan bisa juga ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang mengikut Yesus bisa mendapatkan penolakan dari keluarga dan lingkungannya. Orang percaya bisa saja dicemooh karena kepercayaannya yang dianggap tidak masuk akal. Anak-anak Kristen dihina sebab memiliki Tuhan yang bisa menderita dan mati. Keadaan itu akan menjadi bagian dalam kehidupan orang yang percaya kepada Yesus. Ketika hal itu terjadi, maka Yesuslah yang menjadi contoh dan kekuatan bagi orang percaya. KESERUPAAN DENGAN KRISTUS (MENYANGKAL DIRI, MEMIKUL SALIB DAN MENGIKUT YESUS)