ROMA 8:28: SEGALA SESUATU BEKERJA UNTUK KEBAIKAN

Pdt. Budi Asali, M.Div.

Roma 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”.

I) Terjemahan.

Roma 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”.
ROMA 8:28: SEGALA SESUATU BEKERJA UNTUK KEBAIKAN
KJV: ‘And we know that all things work together for good to them that love God, to them who are called according to his purpose’ [= Dan kita tahu bahwa segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah, untuk mereka yang dipanggil sesuai rencanaNya].
RSV: ‘We know that in everything God works for good with those who love him, who are called according to his purpose’ [= Kita tahu bahwa dalam segala sesuatu Allah bekerja untuk kebaikan dengan mereka yang mengasihiNya, yang dipanggil sesuai rencanaNya].

NIV: ‘And we know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose’ [= Dan kita tahu bahwa dalam segala sesuatu Allah bekerja untuk kebaikan dari mereka yang mengasihiNya, yang telah dipanggil sesuai rencanaNya].

NASB: ‘And we know that God causes all things to work together for good to those who love God, to those who are called according to His purpose’ [= Dan kita tahu bahwa Allah menyebabkan segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah, bagi mereka yang dipanggil sesuai rencanaNya].

Ada 3 hal yang jelas harus dibetulkan dari Kitab Suci Indonesia, yaitu:

1. Kata ‘sekarang’ dalam Kitab Suci Indonesia seharusnya tidak ada.

2. Kata-kata ‘turut bekerja’ seharusnya adalah ‘bekerja sama’.

3. Kata ‘terpanggil’ seharusnya adalah ‘dipanggil’.

Tetapi ada satu hal yang sangat membingungkan, yaitu: siapa / apa yang menjadi subyek dari Roma 8:28 ini? Dalam Kitab Suci Indonesia, RSV, NIV, NASB subyek dari Roma 8:28 adalah ‘Allah / God’.

Roma 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”.

RSV: ‘We know that in everything God works for good with those who love him, who are called according to his purpose’ [= Kita tahu bahwa dalam segala sesuatu Allah bekerja untuk kebaikan dengan mereka yang mengasihiNya, yang dipanggil sesuai rencanaNya].

NIV: ‘And we know that in all things God works for the good of those who love him, who have been called according to his purpose’ [= Dan kita tahu bahwa dalam segala sesuatu Allah bekerja untuk kebaikan dari mereka yang mengasihiNya, yang telah dipanggil sesuai rencanaNya].

NASB: ‘And we know that God causes all things to work together for good to those who love God, to those who are called according to His purpose’ [= Dan kita tahu bahwa Allah menyebabkan segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah, bagi mereka yang dipanggil sesuai rencanaNya].

Tetapi kata ‘Allah’ yang pertama, yang dalam terjemahan Kitab Suci Indonesia menjadi subyek kalimat, dan yang diterjemahkan dari kata Yunani HO THEOS [= the God], diragukan keasliannya.

Mengapa diragukan keasliannya? Karena ada manuscript yang mempunyai kata HO THEOS, ada yang tidak. Bandingkan dengan terjemahan KJV yang tidak mempunyai kata ‘Allah’ yang pertama itu.

KJV: ‘And we know that all things work together for good to them that love God, to them who are called according to his purpose’ [= Dan kita tahu bahwa segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah, untuk mereka yang dipanggil sesuai rencanaNya].

Berbicara tentang kata-kata HO THEOS yang ditambahkan sebagai subyek itu William G. T. Shedd mengatakan bahwa: “this is rejected by most editors” [= ini ditolak oleh kebanyakan editor] - hal 262.

Tentang penambahan HO THEOS ini William Hendriksen berkata:

“Though no one knows how this variant originated, its acceptance results in a sentence that would make Paul a rather clumsy stylist.” [= Sekalipun tidak seorang pun tahu bagaimana asal usul dari hal yang berbeda ini, penerimaannya menghasilkan suatu kalimat yang membuat Paulus seorang pengarang yang gayanya agak janggal.] - hal 279.

Kalau HO THEOS itu dianggap sebagai penambahan, sehingga itu bukanlah subyek dari kalimat ini, lalu apa / siapa subyek kalimat ini? Ada beberapa pandangan:

1) Subyeknya adalah ‘segala sesuatu’, seperti dalam terjemahan KJV.

KJV: ‘And we know that all things work together for good to them that love God, to them who are called according to his purpose’ [= Dan kita tahu bahwa segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah, untuk mereka yang dipanggil sesuai rencanaNya].

William Hendriksen: “As I see it, every attempt to avoid making ‘all things’ the subject of the clause has failed. The old - yes, very old! - rendering, namely, ‘... all things work together for good’ should stand.” [= Sebagaimana saya melihatnya, setiap usaha untuk menghindari ‘segala sesuatu’ sebagai subyek dari anak kalimat itu telah gagal. Terjemahan yang kuno, ya, terjemahan yang sangat kuno, yaitu, ‘... segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan’ harus bertahan.] - hal 280.

F. F. Bruce (Tyndale): “Grammatically ‘all things’ may be either subject or object of the verb ‘work together’;” [= Secara gramatika ‘segala sesuatu’ bisa menjadi subyek atau obyek dari kata kerja ‘bekerja bersama-sama’;] - hal 175.

Saya heran terhadap kata-kata Hendriksen yang mengatakan bahwa ‘segala sesuatu’ adalah subyek, dan juga kata-kata F. F. Bruce yang mengatakan bahwa secara gramatika ‘segala sesuatu’ itu bisa menjadi subyek. Mengapa? Karena kata Yunani SUNERGEI [= works together / bekerja bersama-sama] adalah kata kerja bentuk tunggal, sehingga tidak mungkin ‘all things’ / ‘segala sesuatu’ [Yunani: PANTA] yang ada dalam bentuk jamak merupakan subyeknya.

2) Subyeknya adalah ‘he’ [= ia].

Perlu diketahui bahwa kata SUNERGEI sebetulnya berarti ‘he works together’ [= ia bekerja bersama-sama].

Tetapi sekarang siapa yang dimaksud dengan ‘he’ [= ia] itu?

a) Martin Luther menganggap bahwa ‘he’ [= ia] di sini menunjuk kepada Roh Kudus, yang dibicarakan dalam Roma 8:26-27. Terjemahan NEB juga seperti ini.

Tetapi Hendriksen mengatakan bahwa kalau subyek dalam Roma 8:28 adalah Roh Kudus, maka kata ‘He’ / ‘Ia’ dan ‘His’ / ‘Nya’ dalam  Roma 8: 29 juga harus menunjuk kepada Roh Kudus, dan itu berarti bahwa Yesus disebut sebagai ‘The Son of the Holy Spirit’ [= Anak dari Roh Kudus], dan ini jelas tidak bisa diterima!

Roma 8:26-29: “(26) Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. (27) Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus. (28) Kita tahu sekarang, bahwa Allah (Ia) turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana (Allah). (29) Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”.

b) Kata ‘he’ [= ia] itu menunjuk kepada Allah.

F. F. Bruce (Tyndale): “Grammatically ‘all things’ may be either subject or object of the verb ‘work together’; it is more probably the object. The subject will then be ‘he’, which some ancient texts (including P46) make more explicit by the addition of the nominative ‘God’ (an addition which makes the sentence excessively heavy).” [= Secara gramatika ‘segala sesuatu’ bisa menjadi subyek atau obyek dari kata kerja ‘bekerja bersama-sama’; itu lebih mungkin merupakan obyek. Jadi subyeknya adalah ‘ia’, yang beberapa text kuno (termasuk P46) membuatnya lebih explicit dengan penambahan nominatif / subyek ‘Allah’ (suatu penambahan yang membuat kalimatnya sangat berat).] - hal 175.

Bruce M. Metzger yang beranggapan bahwa kata-kata HO THEOS merupakan penambahan, berkata sebagai berikut: “Since SUNERGEI may be taken to imply a personal subject, HO THEOS seems to have been a natural explanatory addition made by an Alexandrian editor.” [= Karena SUNERGEI bisa dianggap mempunyai subyek yang bersifat pribadi, HO THEOS kelihatannya merupakan penjelasan yang wajar yang dibuat oleh seorang editor Alexandrian.] - hal 518.

Hendriksen mengatakan bahwa terjemahan manapun yang dipilih, maka: “the result remains about the same, namely, that in God’s all-embracing providence all things work together for good to those who love God.” [= hasilnya tetap kira-kira sama, yaitu, bahwa dalam providensia Allah yang mencakup segala sesuatu, segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah.] - hal 280.

John Murray (NICNT): “If after SUNERGEI we read HO THEOS ... this would not established the view that ‘work together’ refers to concert with God. On that reading SUNERGEI would have to be understood transitively in the sense of ‘cause to work together’ and PANTA would be accusative. But it would still be true that God makes all things to work together. As indicated above, it is by God’s providence that all things work together for good. This is expressly stated when HO THEOS is added; it is implied if HO THEOS is omitted.” [= Jika setelah SUNERGEI kita membaca HO THEOS ... ini tidak akan menegakkan pandangan bahwa ‘bekerja bersama-sama’ menunjuk pada bersama-sama dengan Allah. Pada pembacaan itu SUNERGEI akan harus dimengerti secara transitif dalam arti ‘menyebabkan bekerja bersama-sama’ dan PANTA akan menjadi akusatif. Tetapi akan tetap benar bahwa Allah membuat segala sesuatu bekerja bersama-sama. Seperti ditunjukkan di atas, adalah oleh providensia Allah bahwa segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan. Ini dinyatakan secara jelas / tegas jika HO THEOS ditambahkan; itu dinyatakan secara implisit jika HO THEOS dihapuskan.] - hal 314 (footnote).

Catatan:

1. Kata kerja transitif adalah kata kerja yang mempunyai / membutuhkan obyek, misalnya membunuh, mendustai, dsb. Lawannya adalah kata kerja intransitif, yaitu kata kerja yang tidak mempunyai / membutuhkan obyek, misalnya bersembunyi, berdusta, dsb.

2. Akusatif bisa disamakan dengan ‘obyek’.

II) ‘Segala sesuatu’.

Roma 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”.

Apa saja yang dicakup oleh kata-kata ‘segala sesuatu’ ini?

John Brown: “Whatever befals the Christian contributes, directly or indirectly, to the promoting and the securing of his final happiness. ... ‘No evil shall happen to the just.’ No affliction, however severe, however long continued, however apparently disastrous, and even ruinous, but shall be made to contribute to his spiritual improvement and everlasting salvation. Poverty, reproach, persecution, the loss of property, reputation, and life - all these things may happen to him - all these things are in themselves evil, but all of them in his case shall become the means of good.” [= Apapun yang menimpa orang Kristen memberikan sumbangan, secara langsung atau tidak langsung, pada kemajuan / perkembangan dan kepastian dari kebahagiaan akhirnya. ... ‘Orang benar tidak akan ditimpa oleh bencana apapun’. Tidak ada penderitaan / kesusahan / kemalangan, betapapun hebatnya, betapapun lama berlangsungnya, betapapun mendatangkan malapetaka dan bahkan menghancurkan tampaknya, yang tidak akan dibuat untuk menyumbang pada kemajuan rohani dan keselamatan kekalnya. Kemiskinan, celaan, penganiayaan, kehilangan milik, reputasi, dan kehidupan - semua hal-hal ini bisa terjadi padanya - semua hal-hal ini dalam diri mereka sendiri merupakan bencana, tetapi semua mereka dalam kasusnya akan menjadi alat / cara dari kebaikan.] - hal 247.

Catatan: Kutipan ayat diambil dari Amsal 12:21a - ‘Orang benar tidak akan ditimpa oleh bencana apa pun,’.

Charles Hodge: “All things, as usually the case with such general expressions, is to be limited to the things spoken of in the context, i.e., the suffering of the present time. ... Of course it is not intended that other events, besides afflictions, do not work together for the good of Christians, but merely that the apostle is here speaking of the sufferings of believers.” [= Segala sesuatu, seperti biasanya dalam kasus ungkapan umum seperti itu, harus dibatasi pada hal-hal yang dibicarakan dalam kontex, yaitu, penderitaan masa ini. ... Tentu saja bukan dimaksudkan bahwa peristiwa / kejadian yang lain, selain penderitaan, tidak bekerja bersama-sama untuk kebaikan orang-orang Kristen, tetapi hanya bahwa di sini sang rasul berbicara tentang penderitaan orang-orang percaya.] - hal 280.

Calvin: “But we must remember that Paul speaks here only of adversities, as though he had said, ‘All things which happen to the saints are so overruled by God, that what the world regards as evil, the issue shows to be good.’ For though what Augustine says is true, that even the sins of the saints are, through the guiding providence of God, so far from doing harm to them, that, on the contrary, they serve to advance their salvation; yet this belongs not to this passage, the subject of which is the cross.” [= Tetapi kita harus ingat bahwa di sini Paulus berbicara hanya tentang kesengsaraan / kemalangan, seakan-akan ia telah berkata: ‘Segala sesuatu yang terjadi pada orang-orang kudus begitu dikuasai / dipengaruhi oleh Allah, sehingga apa yang dianggap bencana oleh dunia, hasilnya menunjukkan bahwa itu adalah baik’. Karena sekalipun apa yang dikatakan Agustinus adalah benar, bahwa bahkan dosa-dosa dari orang-orang kudus, melalui pimpinan dari providensia Allah, adalah begitu jauh dari merugikan mereka, tetapi sebaliknya melayani untuk memajukan keselamatan; tetapi ini tidak termasuk dalam text ini, karena subyek dari text ini adalah salib / penderitaan.] - hal 315.

Jadi, Charles Hodge dan Calvin mempercayai bahwa kalau dikatakan bahwa ‘segala sesuatu membawa kebaikan’, maka kata ‘segala sesuatu’ itu mencakup juga hal-hal lain selain penderitaan, dan Calvin bahkan mengatakan termasuk dosa. Itu adalah pengertian yang mereka dapatkan dari seluruh Kitab Suci. Tetapi kalau berbicara hanya tentang Roma 8:28 ini, maka Charles Hodge maupun Calvin membatasi ‘segala sesuatu’ itu pada ‘penderitaan orang Kristen’.

Tetapi beberapa penafsir di bawah ini kelihatannya lebih memutlakkan arti dari kata-kata ‘segala sesuatu’ itu, bahkan dalam kontext Roma 8:28.

John Murray (NICNT): “‘All things’ may not be restricted, though undoubtedly the things contemplated are particularly those that fall within the compass of believers’ experience, especially suffering and adversity.” [= ‘Segala sesuatu’ tidak boleh dibatasi, sekalipun tidak diragukan bahwa hal-hal yang direnungkan terutama adalah hal-hal yang ada dalam batasan pengalaman orang-orang percaya, khususnya penderitaan dan kesengsaraan / kemalangan.] - hal 314.

William Hendriksen: “‘All things,’ - no less! - cooperate for good. Not only prosperity is included but also is adversity; not only joy and happiness but also suffering and sadness (Rom. 8:18,35-37). Evil designs are by God overruled for good (Gen. 50:20; Neh. 4:15). Not only what the saints themselves experience is included but also whatever lies outside the sphere of their personal experience. Specifically, the following entities are among those that are divinely ordered and directed so that they work together for good to those who love God: the good angels (Heb. 1:14) and Satan together with his hosts (Rom. 16:20; Eph. 6:10-16); the nations of the world and their rulers (Ps. 2:2-9; 48:4-8; 149:9; Acts 9:15); rain and thunder (1Sam. 12:18-20); streams, mountains, and clouds (Ps. 46:4; 72:3; Matt. 24:30; Rev. 1:7); and even the stars in their courses (Judg. 5:20).” [= ‘Segala sesuatu’, - tidak kurang dari itu! - bekerja sama untuk kebaikan. Bukan hanya kemakmuran yang termasuk tetapi juga kesengsaraan / kemalangan; bukan hanya sukacita dan kebahagiaan tetapi juga penderitaan dan kesedihan (Roma 8:18,35-37). Rencana jahat dikuasai / dipengaruhi oleh Allah untuk kebaikan (Kejadian 50:20; Nehemia 4:15). Bukan hanya apa yang dialami oleh orang-orang kudus sendiri yang tercakup, tetapi juga apa pun yang terletak di luar lingkungan pengalaman pribadi mereka. Khususnya, hal-hal berikut ini adalah hal-hal yang diatur / ditentukan dan diarahkan secara ilahi, sehingga mereka bekerja bersama-sama untuk kebaikan dari mereka yang mengasihi Allah: malaikat yang baik (Ibrani 1:14) dan Setan bersama-sama dengan kelompoknya (Roma 16:20; Efesus 6:10-16); bangsa-bangsa dunia dan pemerintahnya (Mazmur 2:2-9; 48:5-9; 149:9; Kis 9:15); hujan dan guntur (1Samuel 12:18-20); sungai, gunung, dan awan (Mazmur 46:5; 72:3; Matius 24:30; Wahyu 1:7); dan bahkan bintang-bintang dalam peredarannya (Hak 5:20).] - hal 280.

William R. Newell: “This involves that billion billion control of God’s providence, - of the most infinitesimal things - to bring them about for ‘good’ to God’s saints. When we reflect on the innumerable ‘things’ about us, - forces seen and unseen of the mineral, vegetable, and animal worlds; of man at enmity with God; of Satan, and his principalities and powers, in deadly array; in the uncertainty and even treachery of those near and dear to us, and even of professed Christians, and of our own selves, - which we cannot trust for a moment; upon our unredeemed bodies; upon our general complete helplessness: - then, to have God say, ‘All things are working together for your good,’ - reveals to us a Divine providence that is absolutely limitless!” [= Ini meliputi milyaran kontrol dari providensia Allah, - tentang hal-hal yang sangat kecil - untuk menghasilkan / menimbulkan ‘kebaikan’ bagi orang-orang kudus Allah. Pada saat kita membayangkan hal-hal yang tidak terhitung di sekitar kita, kekuatan yang terlihat dan yang tak terlihat dari dunia mineral, sayur-sayuran dan binatang; tentang manusia yang bermusuhan dengan Allah; tentang Setan, dan pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasanya, dalam kesatuan tempur yang mematikan; dalam ketidakpastian dan bahkan tentang pengkhianatan dari mereka yang dekat dengan kita dan yang kita kasihi, dan bahkan dari orang yang mengaku Kristen, dan tentang diri kita sendiri, - yang tidak bisa kita percayai untuk sesaat pun; mengenai tubuh kita yang belum ditebus, mengenai keadaan kita yang tidak berdaya sepenuhnya: - maka mendapatkan Allah berkata ‘Segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikanmu’ - menyatakan kepada kita providensia ilahi yang tak terbatas secara mutlak!] - hal 328-329.

Matthew Poole: “All things, even sin itself; because from their falls, God’s children arise more humble and careful. Afflictions are chiefly intended; the worst and crossest providences, those things that are evil in themselves, they work for good to the children of God.” [= Segala sesuatu, bahkan dosa sendiri; karena dari kejatuhan mereka, anak-anak Allah bangun dengan lebih rendah hati dan berhati-hati. Penderitaan adalah yang terutama dimaksudkan; providensia yang paling buruk dan menjengkelkan, hal-hal yang dalam dirinya sendiri adalah buruk / merupakan bencana, mereka bekerja untuk kebaikan bagi anak-anak Allah.] - hal 506.

Kalau Calvin dan Matthew Poole percaya bahwa dosa sekalipun pada akhirnya membawa kebaikan bagi orang percaya, maka ada juga orang lain yang menolak pandangan itu, seperti John Brown, Pulpit Commentary dan Adam Clarke, yang saya kutip di bawah ini.

1) John Brown: “It has sometimes been asked, ‘Does sin work for the believer’s good?’ The question is an impertinent one, for it is the sufferings of the present time that the apostle is exclusively speaking of. The uneasiness connected with ‘sin dwelling in us’ is one of these sufferings, one of the chief of them; and certainly that uneasiness does work for good. It would be the reverse of good for a Christian to have no painful feelings connected with remaining, depraved principle, manifested in occasional criminal conduct. In its own nature, sin is only evil, and cannot be productive of good, though the consequences of sin, both in inward feeling and external event, have often greatly conduced to the good of the Christian.” [= Kadang-kadang ditanyakan: ‘Apakah dosa bekerja untuk kebaikan orang percaya?’. Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang tidak berhubungan, karena adalah penderitaan-penderitaan semata-mata yang pada saat ini dibicarakan oleh sang rasul. Kegelisahan yang berhubungan dengan ‘dosa yang diam di dalam kita’ adalah salah satu dari penderitaan-penderitaan ini, salah satu dari penderitaan yang utama; dan jelas bahwa kegelisahan itu bekerja untuk kebaikan. Adalah merupakan kebalikan dari kebaikan bagi seorang Kristen untuk tidak mempunyai rasa sakit berhubungan dengan kecenderungan yang bejat yang tersisa yang sekali-sekali diwujudkan dalam tingkah laku yang jahat. Dalam sifat dasarnya sendiri, dosa hanyalah bencana / jahat, dan tidak bisa menghasilkan kebaikan, sekalipun konsekuensi dari dosa, baik perasaan di dalam maupun peristiwa / kejadian di luar, telah SERING secara sangat besar mengakibatkan / menimbulkan kebaikan orang Kristen.] - hal 247.

Catatan: Kata-kata John Brown ini memang meragukan. Bisa saja bahwa ia sebetulnya percaya bahwa dosa tetap membawa kebaikan, karena ia berkata bahwa ‘konsekuensi dari dosa ... mengakibatkan / menimbulkan kebaikan orang Kristen’. Tetapi kata-kata ‘tidak bisa menghasilkan kebaikan’ kelihatannya bertentangan dengan kata-kata di atas, dan itu menyebabkan saya memasukkan dia dalam kelompok ini.

2) Pulpit Commentary: “all things which enter into God’s plan for our governance, including apparently evil things which are suffered by him to befall us, must ultimately subserve his purpose and be for the fulfilling of our hope. All this, assuming that we ‘love God;’ thus any carelessness or sin of ours is utterly excluded from the reckoning.” [= segala sesuatu yang masuk ke dalam rencana Allah untuk pemerintahan kita, termasuk hal-hal yang kelihatannya merupakan bencana yang dibiarkanNya menimpa kita, pasti akhirnya melayani / memajukan rencana-Nya dan merupakan pemenuhan harapan kita. Semua ini, dengan suatu asumsi / anggapan bahwa kita ‘mengasihi Allah’; jadi segala kecerobohan atau dosa kita sama sekali dikeluarkan dari perhitungan.] - hal 241.

3) Adam Clarke: “They who say sin works for good to them that love God speak blasphemous nonsense. A man who now loves God is not now sinning against God;” [= Mereka yang berkata bahwa dosa bekerja untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah mengatakan omong kosong yang bersifat menghujat. Seseorang yang sekarang mengasihi Allah, sekarang tidak sedang berdosa terhadap Allah;] - hal 101.

Catatan: saya berpendapat bahwa kata-kata mereka ini salah, karena tidak ada orang yang bisa melakukan ketaatan yang sempurna, dan bahkan sebetulnya setiap orang Kristen berbuat dosa senantiasa. Misalnya perintah untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran dan sebagainya. Adakah orang yang bisa melakukannya dengan sempurna? Saya yakin tidak ada. Dengan demikian setiap orang Kristen berbuat dosa setiap saat, karena melanggar perintah tersebut. Kalau orang Kristen yang berbuat dosa tidak tercakup dalam Roma 8:28, maka semua orang Kristen tidak tercakup!

Juga saya ingin menanggapi kata-kata dari Adam Clarke: ‘Seseorang yang sekarang mengasihi Allah, sekarang tidak sedang berdosa terhadap Allah;’. Saya menjawab: kita sering berbuat dosa justru karena kita mengasihi Allah. Mengapa? Karena kita bodoh, sehingga tindakan yang salah kita anggap sebagai perwujudan kasih kita kepada Allah. Misalnya: pada waktu Petrus membacok telinga hamba imam besar yang mau menangkap Yesus, tindakan itu jelas dosa, tetapi ia melakukannya karena hati yang mengasihi Tuhan! Pada waktu Elia meminta mati, ia melakukannya karena ia mengasihi Tuhan!

Karena itu, saya sendiri setuju dengan pandangan Calvin dan Matthew Poole. Saya berpendapat bahwa dosa juga membawa kebaikan bagi orang percaya, misalnya:

a) Membuat orangnya sadar betapa penuh dengan dosanya dirinya itu.

b) Membuat orangnya sadar akan kelemahan dirinya / ketidakmampuan dirinya.

c) Membuat orangnya sadar akan pentingnya bersandar kepada Tuhan, dengan lebih banyak berdoa. Contoh untuk ke 3 point ini adalah kasus Petrus yang jatuh ke dalam dosa di mana ia menyangkal Yesus 3 x. Dosa itu menyebabkan ia sadar betapa berdosanya dirinya, betapa lemahnya dirinya, dan betapa pentingnya untuk bersandar kepada Tuhan.

d) Membuat orangnya menjadi lebih rendah hati.

e) Membuang sikap ‘merasa dirinya sendiri benar’ [= self-righteous attitude].

f) Membuat orangnya lebih berhati-hati dalam menghadapi serangan setan maupun kedagingannya sendiri.

g) Membuat orangnya lebih menyadari kasih, kesabaran, dan kemurahan hati Allah yang terus mau mengampuninya.

h) Membuat orangnya lebih berbelas kasihan pada waktu menangani orang lain yang jatuh ke dalam dosa.

Tetapi satu hal yang sangat perlu dicamkan adalah: sekalipun dosa membawa kebaikan bagi orang percaya, kita tidak boleh sengaja berbuat dosa, dan bahkan harus berusaha mati-matian membuang dosa (bdk. Roma 6:1-2).

III) Bekerja bersama-sama.

Kata-kata ‘turut bekerja’ seharusnya adalah ‘bekerja bersama-sama’.

Kalau subyek dari kalimat ini adalah Allah, maka Allah bekerja bersama-sama dengan siapa? Mungkin karena kesukaran untuk menjawab pertanyaan ini maka NASB lalu menterjemahkan: ‘God causes all things to work together for good to those who love God, to those who are called according to His purpose’ [= Allah menyebabkan segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah, bagi mereka yang dipanggil sesuai rencana-Nya].

John Murray (NICNT): “Some of the ablest expositors maintain that ‘work together’ does not mean that all things work in concert and cooperation with one another but that all things work in concert with the believer or with God. But it is unnecessary and perhaps arbitrary to depart from the more natural sense, namely that in the benign and all-embracing plan of God the discrete elements all work together for good to them that love God. It is not to be supposed that they have any virtue or efficacy in themselves to work in concert for this end. Though not expressed, the ruling thought is that in the sovereign love and wisdom of God they are all made to converge upon and contribute to that goal. Many of the things comprised are evil in themselves and it is the marvel of God’s wisdom and grace that they, when taken in concert with the whole, are made to work for good. Not one detail works ultimately for evil to the people of God; in the end only good will be their lot.” [= Beberapa penafsir yang paling handal mempertahankan bahwa ‘bekerja bersama-sama’ tidak berarti bahwa segala sesuatu bekerja bersama-sama satu dengan yang lain, tetapi bahwa segala sesuatu bekerja bersama-sama dengan orang percaya itu atau dengan Allah. Tetapi ini tidak perlu dan mungkin menyimpang dari arti yang lebih alamiah, yaitu bahwa dalam rencana Allah yang ramah dan mencakup segala sesuatu, elemen-elemen yang berlainan semua bekerja bersama-sama untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah. Tidak boleh dianggap bahwa mereka mempunyai sifat baik atau kemujaraban dalam diri mereka sendiri untuk bekerja bersama-sama untuk tujuan ini. Sekalipun tidak dinyatakan, pemikiran yang berlaku / berkuasa adalah bahwa dalam kasih yang berdaulat dan hikmat Allah, mereka semua dibuat untuk berkumpul / berjumpa dan menyumbang pada tujuan itu. Banyak dari hal-hal itu yang merupakan bencana dalam diri mereka sendiri, dan merupakan keajaiban dari hikmat dan kasih karunia Allah bahwa mereka, pada waktu dicakup bersama-sama secara keseluruhan, dibuat untuk mengerjakan kebaikan. Tidak satu hal kecilpun pada akhirnya mengerjakan bencana bagi umat Allah; pada akhirnya hanya kebaikan akan menjadi bagian / nasib mereka.] - hal 314.

John Brown: “The language of the apostle is peculiar, and deserves attention: he not only says all things shall work, but ‘all things shall work together for good;’ they shall not only operate, but co-operate. It is the wise connection of one thing with another that secures the desired result. There are many things in the case of many a saint which, taken by themselves, could produce nothing but evil. The envy of Joseph’s brethren, by itself, had no tendency but to destroy him. Left to the natural effect of that one evil thing, he would have dies in the pit; but, along with another great evil - his being sold as a slave to the Midianites - it wrought together with other things, in themselves only evil in their separate tendency, to the great good which resulted from Joseph’s becoming lord of all the land of Egypt. Every one of these calamities was a link in the chain which led him to so high a condition of honour and usefulness. This is the triumph of the wisdom and the power of Divine providence. Man finds it difficult to make one thing, in its nature evil, produce good. God makes innumerable evils so modify each other, that out of them all He brings a good,” [= Bahasa dari sang rasul adalah khas / aneh, dan layak diperhatikan: ia tidak hanya berkata bahwa segala sesuatu akan bekerja, tetapi ‘segala sesuatu akan bekerja bersama-sama untuk kebaikan’; hal-hal itu tidak hanya akan beroperasi / bekerja, tetapi akan beroperasi bersama-sama / bekerja sama. Adalah hubungan yang bijaksana antara hal yang satu dengan yang lain yang memastikan hasil / akibat yang diinginkan. Ada banyak hal dalam kasus banyak orang kudus, yang jika hanya sendirian hanya bisa menghasilkan bencana. Iri hati dari saudara-saudara Yusuf, dalam dirinya sendiri, tidak mempunyai kecenderungan lain selain menghancurkan dia. Jika dibiarkan pada akibat yang alamiah / wajar dari satu bencana itu, maka ia akan mati dalam sumur itu; tetapi bersama-sama dengan bencana besar yang lain - dijualnya ia sebagai budak kepada orang Midian - itu ditempa bersama-sama dengan hal-hal lain, yang dalam diri mereka hanya merupakan bencana dalam kecenderungan masing-masing, menjadi kebaikan besar yang diakibatkan oleh jadinya Yusuf sebagai tuan dari seluruh tanah Mesir. Setiap bencana adalah mata rantai dalam rantai yang memimpinnya kepada keadaan terhormat dan berguna yang begitu tinggi. Inilah kemenangan dari hikmat dan kuasa dari providensia ilahi. Manusia mendapatkan bahwa adalah sukar untuk membuat satu hal, yang bersifat bencana, untuk menghasilkan kebaikan. Allah membuat bencana-bencana yang sangat banyak begitu memodifikasi / mengubah satu sama lain, sehingga dari semua itu Ia menghasilkan suatu kebaikan,] - hal 248.

IV) Untuk kebaikan.

Calvin: “so far are the troubles of this life from hindering our salvation, that, on the contrary, they are helps to it.” [= begitu jauhnya kesukaran-kesukaran hidup ini dari pada menghalangi keselamatan kita, sehingga sebaliknya, mereka adalah pertolongan bagi keselamatan itu.] - hal 314.

Calvin: “Though the elect and the reprobate are indiscriminately exposed to similar evils, there is yet a great difference; for God trains up the faithful by afflictions, and thereby promotes their salvation.” [= Sekalipun orang pilihan dan orang yang ditentukan untuk binasa tanpa pandang bulu terbuka terhadap bencana yang sama, tetapi ada perbedaan yang besar; karena Allah melatih / mendidik orang setia / percaya menggunakan penderitaan-penderitaan, dan dengan demikian memajukan keselamatan mereka.] - hal 315.

Perlu diperhatikan beberapa hal:

1) Kebaikan ini adalah kebaikan dari sudut pandang Allah.

Dan pemikiran Allah dan pemikiran kita bisa berbeda seperti langit dengan bumi.

Yesaya 55:8-9 - “(8) Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. (9) Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘thoughts’ [= pemikiran / pikiran].

Perbedaan pemikiran antara kita dengan Allah ini yang menyebabkan kita sering tidak bisa percaya pada Roma 8:28 ini.

Kebaikan apa saja yang Allah inginkan bagi kita?

a) Pertumbuhan dalam:

1. Iman.

2. Pengudusan.

Bandingkan dengan:

a. Roma 5:3-4 - “(3) Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, (4) dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.”.

b. Yakobus 1:2-4 - “(2) Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, (3) sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. (4) Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.”.

b) Kita menjadi lebih baik dalam melayani orang lain dan dengan demikian menjadi lebih berguna untuk Tuhan. Misalnya:

1. Kita menjadi lebih bersandar kepada Tuhan, sehingga bisa lebih dipakai oleh Tuhan.

Bdk. 2Korintus 12:7-10 - “(7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena pernyataan-pernyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. (8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. (9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ‘Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.’ Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.”.

2. Penderitaan membuat kita lebih mengerti tentang orang lain yang menderita dan membuat kita bisa bersimpati kepada mereka yang menderita.

Ibrani 2:18 - “Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.”.

Ibrani 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.

Kata-kata ‘tidak dapat turut merasakan’ dalam Ibr 4:15 ini, oleh NIV/NASB diterjemahkan: ‘cannot sympathize / unable to sympathize’ [= tidak dapat bersimpati].

Ada orang yang karena pernah mengalami penderitaan, justru meremehkan orang lain yang mengalami penderitaan itu. Ia berpikir: ‘Dulu aku juga mengalami seperti itu, dan aku tidak apa-apa / bisa melewatinya. Jadi orang itu juga harus bisa’. Ini adalah reaksi yang salah! Perlu kita ingat juga bahwa tidak semua orang sama kuatnya dalam hal yang sama!

c) Pahala yang lebih besar di surga.

Pertumbuhan iman, kekudusan, pelayanan di atas pasti akan menghasilkan pahala yang lebih besar di surga.

Matius 5:19 - “Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.”.

Wahyu 22:12 - “‘Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.”.

Matthew Poole: “For good; sometimes for temporal good, Gen. 50:20; always for spiritual and eternal good, which is best of all.” [= Untuk kebaikan; kadang-kadang untuk kebaikan sementara, Kejadian 50:20; selalu untuk kebaikan rohani dan kekal, yang adalah yang terbaik dari semua.] - hal 507.

Ingat bahwa pada saat penderitaan sedang kita alami, kebaikan-kebaikan yang akan muncul karena penderitaan itu sering kali tidak bisa kita lihat.

2) Ini tidak berarti bahwa kita boleh ‘cepat-cepat berserah’ sebelum kita berjuang, dalam doa dan usaha, untuk mendapatkan yang terbaik. Lebih-lebih kita tidak boleh hidup sembarangan / sembrono, dengan pemikiran bahwa bagaimanapun kita hidup toh nanti akan menghasilkan hal yang baik.

Ingat bahwa penetapan dan pengaturan Allah (Providence of God) tidak bertentangan dengan usaha / tanggung jawab kita. Jadi kita tetap wajib mengusahakan yang terbaik, selama itu masih dalam batas Firman Tuhan.

Misalnya waktu Paulus tahu bahwa ia mau dibunuh, ia bukannya ‘berserah’, dengan berkata / berpikir: ‘Kalau Tuhan menghendaki aku dibunuh itu toh untuk kebaikanku. Jadi aku berserah’. Tidak, ia tidak berpikir / berkata seperti itu, tetapi ia lari menyelamatkan dirinya.

Kisah Para Rasul 9:23-25 - “(23) Beberapa hari kemudian orang Yahudi merundingkan suatu rencana untuk membunuh Saulus. (24) Tetapi maksud jahat itu diketahui oleh Saulus. Siang malam orang-orang Yahudi mengawal semua pintu gerbang kota, supaya dapat membunuh dia. (25) Sungguhpun demikian pada suatu malam murid-muridnya mengambilnya dan menurunkannya dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang.”.

Kalau saudara sudah berusaha maximal, dan ternyata tidak membawa hasil, maka baru pada saat itu saudara boleh / harus berserah kepada Tuhan sambil percaya bahwa Tuhan mengerjakan semua itu untuk kebaikan saudara.

3) Ini tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak menolong orang Kristen yang menderita.

Pada waktu melihat ada orang Kristen menderita, jangan berdasarkan Roma 8:28 ini, saudara lalu berpikir: ‘Dia sedang menderita, tetapi itu kan untuk kebaikannya? Jadi buat apa aku menolongnya? Kalau aku menolongnya dan ia bebas dari penderitaan itu, bukankah ia justru tidak mendapat kebaikan yang akan ditimbulkan oleh penderitaan itu?’. Roma 8:28 tidak pernah boleh digunakan dengan cara seperti itu, karena:

a) Ini bertentangan dengan hukum kasih yang mengharuskan kita menolong orang yang menderita.

1. Lukas 10:25-37 - perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati.

2. Galatia 6:9-10 - “(9) Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. (10) Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”.

b) Siapa tahu bahwa kebaikan yang Tuhan maksudkan adalah supaya orang yang menderita itu bisa merasakan kasih Kristen dari saudara?

c) Siapa tahu kebaikan yang Tuhan maksudkan adalah supaya saudara bisa diberkati dengan memberi. Ingat bahwa Kis 20:35 mengatakan bahwa ‘memberi’ adalah ‘lebih diberkati’.

Kis 20:35b - “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.’”.

KJV/RSV/NIV/NASB: ‘It is more blessed to give than to receive’ [= Adalah lebih diberkati memberi dari pada menerima].

V) Ayat ini hanya berlaku untuk orang Kristen yang sejati.

1) Ayat / janji ini hanya berlaku untuk orang Kristen yang sejati, tidak untuk orang kafir / non Kristen atau orang Kristen KTP.

Bahwa ayat / janji ini hanya berlaku untuk orang Kristen terlihat dari kata-kata “bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.

a) ‘mereka yang mengasihi Dia’.

Hanya orang Kristen yang sejati yang bisa mengasihi Allah. Mengapa? Karena kasih adalah buah Roh (Galatia 5:22). Sedangkan untuk orang dunia berlaku Roma 3:11,18 yang mengatakan bahwa mereka tidak mencari Allah dan tidak takut kepada Allah.

Roma 3:11,18 - “(11) Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. ... (18) rasa takut kepada Allah tidak ada pada orang itu.’”.

b) ‘mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah’.

Bdk. 2Timotius 1:9 - “Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus, bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih karuniaNya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus sebelum permulaan zaman”.

John Murray (NICNT): “The call is the effectual call (cf. 1:7; vs. 30) which ushers into the fellowship of Christ (1Cor. 1:9) and is indissolubly linked with predestination, on the one hand, and glorification on the other. ‘According to purpose’ refers without question to God’s determinate and eternal purpose (cf. 9:11; Eph. 1:11; 3:11; 2Tim. 1:9).” [= Panggilan itu adalah panggilan efektif (bdk. 1:7; ay 30) yang mengantar ke dalam persekutuan Kristus (1Korintus 1:9) dan berhubungan secara tak terpisahkan dengan predestinasi, pada satu sisi, dan pemuliaan pada sisi yang lain. ‘Sesuai dengan rencana’ tidak diragukan lagi menunjuk pada rencana Allah yang tetap dan kekal (pasal 9:11; Efesus 1:11; 3:11; 2Timotius 1:9).] - hal 315.

Penerapan: karena itu dalam memberikan counseling kepada orang kafir / Kristen KTP, jangan menggunakan Roma 8:28 ini untuk menghibur mereka dalam penderitaan mereka. Beritakan Injil dulu kepada mereka, dan kalau mereka sudah percaya kepada Kristus, barulah Roma 8:28 bisa diberlakukan terhadap mereka.

2) Ayat / janji ini berlaku untuk semua orang Kristen yang sejati, bukan untuk orang Kristen tertentu saja / yang rohani saja.

Kita tidak boleh menekankan kata-kata ‘yang mengasihi Dia’ secara extrim, misalnya dengan berkata bahwa:

a) Janji ini berlaku untuk sebagian orang Kristen yang mengasihi Tuhan, tetapi tidak berlaku untuk orang Kristen yang tidak mengasihi Dia.

Memang setiap orang Kristen berbeda dalam kasihnya kepada Tuhan, tetapi tidak ada orang kristen sejati yang sama sekali tidak mengasihi Tuhan!

b) Janji ini tidak berlaku untuk orang Kristen yang berbuat dosa, karena ‘berbuat dosa’ menunjukkan ‘tidak mengasihi Tuhan’.

Pulpit Commentary: “all things which enter into God’s plan for our governance, including apparently evil things which are suffered by him to befall us, must ultimately subserve his purpose and be for the fulfilling of our hope. All this, assuming that we ‘love God;’ thus any carelessness or sin of ours is utterly excluded from the reckoning.” [= segala sesuatu yang masuk ke dalam rencana Allah untuk pemerintahan kita, termasuk hal-hal yang kelihatannya merupakan bencana yang dibiarkanNya menimpa kita, pasti akhirnya melayani / memajukan rencanaNya dan merupakan pemenuhan harapan kita. Semua ini, dengan suatu asumsi / anggapan bahwa kita ‘mengasihi Allah’; jadi segala kecerobohan atau dosa kita sama sekali dikeluarkan dari perhitungan.] - hal 241.

Adam Clarke: “They who say sin works for good to them that love God speak blasphemous nonsense. A man who now loves God is not now sinning against God;” [= Mereka yang berkata bahwa dosa bekerja untuk kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah mengatakan omong kosong yang bersifat menghujat. Seseorang yang sekarang mengasihi Allah, sekarang tidak sedang berdosa terhadap Allah;] - hal 101.

Saya berpendapat bahwa kedua kata-kata di atas ini bodoh. Bagaimanapun hebatnya kasih seseorang kepada Tuhan ia pasti tetap berbuat dosa, bahkan banyak berbuat dosa.

Bdk. 1Yohanes 1:8,10 - “(8) Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. ... (10) Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.”.

Jika janji ini tidak berlaku untuk orang Kristen pada saat ia berbuat dosa, maka bisa-bisa janji ini tidak berlaku untuk siapa pun.

Perlu saudara perhatikan sekali lagi bagian akhir dari Roma 8:28 ini: ‘bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.’.

Sekalipun memang sebenarnya kata ‘yaitu’ dalam Kitab Suci Indonesia itu tidak ada, tetapi tetap jelas terlihat bahwa kata-kata ‘mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah’ menjelaskan kata-kata ‘mereka yang mengasihi Dia’.

Jadi, yang dimaksud dengan ‘mereka yang mengasihi Dia’ adalah ‘mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah’. Dengan kata lain, yang dimaksud adalah ‘semua orang kristen yang sejati’.

Calvin mengomentari kata-kata ‘mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah’ ini sebagai berikut:

“This clause seems to have been added as a modification, lest any one should think that the faithful, because they love God, obtain by their own merit the advantage of deriving such fruit from their adversities. We indeed know that when salvation is the subject, men are disposed to begin with themselves, and to imagine certain preparations by which they would anticipate the favour of God. Hence Paul teaches us, that those whom he had spoken of as loving God, had been previously chosen by him. For it is certain that the order is thus pointed out, that we may know that it proceeds from the gratuitous adoption of God, as from the first cause, that all things happen to the saints for their salvation.” [= Anak kalimat ini kelihatannya ditambahkan sebagai suatu modifikasi / perubahan, supaya tidak seorangpun yang berpikir bahwa orang yang setia / percaya, karena mereka mengasihi Allah, mendapatkan oleh jasa mereka sendiri keuntungan dimana mereka mendapatkan buah seperti itu dari kesengsaraan-kesengsaraan mereka. Kita memang tahu bahwa pada waktu keselamatan merupakan subyek / pokok, manusia cenderung untuk mulai dengan diri mereka sendiri, dan membayangkan persiapan-persiapan tertentu dengan mana mereka mengantisipasi perkenan Allah. Karena itu, Paulus mengajar kita bahwa mereka yang telah ia bicarakan sebagai orang yang mengasihi Allah, telah lebih dulu dipilih oleh Allah. Karena adalah pasti bahwa dengan demikian urut-urutannya ditunjukkan, supaya kita tahu bahwa itu mulai dari pemilihan yang bersifat kasih karunia / tanpa syarat dari Allah, sebagai penyebab pertama, sehingga segala hal terjadi pada orang-orang kudus untuk keselamatan mereka.] - hal 315.

VI) Kesimpulan dan penerapan.

1) Orang kristen bisa mengalami penderitaan yang hebat / hal yang sangat tidak enak.

Dr. James Dobson: “... the fact that godly people - praying people - sometimes face the same hardships that nonbelievers experience. If we deny the fact, we create even greater pain and disillusionment for those who are unprepared to handle it.” [= ... fakta bahwa orang yang saleh - orang yang berdoa - kadang-kadang menghadapi penderitaan / kesukaran yang sama yang dialami oleh orang yang tidak percaya. Jika kita menyangkal fakta itu, kita bahkan menciptakan rasa sakit dan kekecewaan yang lebih besar untuk mereka yang tidak disiapkan untuk menanganinya.] - ‘When God does not make sense’, hal 34.

2) Orang Kristen bisa mengalami saat-saat yang membingungkan, dan pada saat seperti itu Tuhan sering kali tidak menjelaskan hal-hal itu kepada kita.

Contoh orang-orang yang mengalami saat seperti itu:

a) Yohanes Pembaptis.

Yohanes Pembaptis mengalami kebingungan pada saat segala sesuatu tampaknya tidak masuk akal, sehingga ia mengirim pesan kepada Yesus (Matius 11:3), tetapi kepada dia juga tidak dijelaskan mengapa ia harus mengalami semua itu.

Mat 11:3 - “lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepada-Nya: ‘Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?’”.

b) Murid-murid Yesus.

Dr. James Dobson: “He claimed to be the Son of God, yet they had heard Him cry in His last hours, ‘My God, My God, why have you forsaken me?’ (Matthew 27:46]. The disciples couldn’t have been more confused. What was the meaning of the time they had spent with this man who called Himself the Messiah?” [= Ia mengaku sebagai Anak Allah, tetapi mereka telah mendengarNya berteriak pada saat-saat terakhirNya, ‘Allahku, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’ (Matius 27:46). Murid-murid tidak bisa lebih bingung dari itu. Apa arti dari saat yang mereka habiskan / lewatkan dengan orang ini yang menyebut diriNya sendiri Mesias?] - ‘When God does not make sense’, hal 48.

c) Yusuf.

Dr. James Dobson: “There is no indication that God explained to Joseph what He was doing through those many years of heartache, or how the pieces would eventually fit together. He was expected, like you and me, to live out his days one at a time in something less than complete understanding. What pleased God was Joseph’s faithfulness when nothing made sense.” [= Tidak ada petunjuk bahwa Allah menjelaskan kepada Yusuf apa yang sedang Ia kerjakan melalui masa bertahun-tahun yang penuh penderitaan / dukacita itu, atau bagaimana potongan-potongan itu akhirnya akan cocok. Ia diharapkan, seperti engkau dan saya, untuk hidup setiap hari dengan sesuatu yang kurang dari pengertian yang sempurna / lengkap. Apa yang menyenangkan Allah adalah kesetiaan Yusuf pada saat tidak ada apapun yang masuk akal.] - ‘When God does not make sense’, hal 36.

3) Tetapi kita boleh yakin, berdasarkan janji Tuhan ini, bahwa segala sesuatu itu akan membawa kebaikan bagi kita.

Dr. James Dobson: “sometimes He performs mighty miracles on our behalf. Sometimes He chooses to explain His action in our lives. Sometimes His presence is as real as if we had encountered His face to face. But at other times when nothing makes sense - when what we are going through is ‘not fair,’ when we feel all alone in God’s waiting room - He simply says, ‘Trust Me!’” [= kadang-kadang Ia melakukan mujizat-mujizat yang hebat untuk kepentingan kita. Kadang-kadang Ia memilih untuk menjelaskan tindakanNya dalam hidup kita. Kadang-kadang kehadiranNya begitu nyata seakan-akan kita berhadapan dengan Dia muka dengan muka. Tetapi pada saat-saat yang lain, pada waktu tidak ada suatu apapun yang masuk akal - pada waktu apa yang kita lewati adalah ‘tidak adil’, pada waktu kita merasa sendirian di ruang tunggu Allah - Ia hanya berkata: ‘Percayalah kepadaKu!’] - ‘When God does not make sense’, hal 41.

4) Ada 2 ayat yang menekankan bahwa dalam saat-saat yang paling gelappun, kita harus tetap percaya kepada Tuhan, yaitu Ayub 13:15a dan 2Korintus 5:7.

a) Ayub 13:15a - “Lihatlah, Ia hendak membunuh aku, tak ada harapan bagiku,”.

RSV: ‘Behold, he will slay me; I have no hope’ [= Lihatlah, Ia akan membunuh aku; aku tidak mempunyai harapan]. Ini kurang lebih sama dengan Alkitab Indonesia.

KJV: ‘Though he slay me, yet will I trust in him’ [= Sekalipun Ia membunuh aku, tetapi aku akan percaya kepadaNya].

NIV: ‘Though he slay me, yet will I hope in him’ [= Sekalipun Ia membunuh aku, tetapi aku akan berharap kepadaNya].

NASB: ‘Though he slay me, I will hope in him’ [= Sekalipun Ia membunuh aku, aku akan berharap kepadaNya].

b) 2Korintus 5:7 - “sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat”.

NIV: ‘We live by faith, not by sight’ [= Kita hidup dengan iman, bukan dengan penglihatan].

NASB: ‘for we walk by faith, not by sight’ [= karena kita berjalan dengan iman, bukan dengan penglihatan].

5) Syair dan cerita sebagai illustrasi.

a) Buku Saat Teduh ‘Streams in the Desert’, Vol I, tgl 12 Februari, memberikan syair sebagai berikut:

“No Chance hath brought this ill to me; [= Bukan Kebetulan yang telah membawa hal yang buruk ini kepadaku,]

‘Tis God’s own hand, so let it be, [= Ini adalah tangan Allah sendiri, jadi biarlah demikian,]

He seeth what I cannot see. [= Ia melihat apa yang saya tidak bisa lihat].

There is a need-be for each pain, [= Setiap rasa sakit ada perlunya,]

And He one day will make it plain [= Dan suatu hari Ia akan membuatnya jelas]

That earthly loss is heavenly gain. [= Bahwa kehilangan duniawi adalah keuntungan surgawi.]

Like as a piece of tapestry [= Seperti sepotong kain sulaman]

Viewed from the back appears to be [= Dilihat dari belakang kelihatannya seperti]

Naught but threads tangled hopelessly; [= Tidak ada apapun kecuali benang-benang yang sangat kusut / kacau;]

But in the front a picture fair [= Tetapi di bagian depan ada gambar yang indah / jelas]

Rewards the worker for his care, [= Memberi upah kepada pekerja untuk perhatiannya,]

Proving his skill and patience rare. [= Membuktikan keahlian dan kesabarannya yang jarang]

Thou art the Workman, I the frame. [= Engkau adalah pekerja / penyulam, saya bingkainya.]

Lord, for the glory of Thy Name, [= Tuhan, untuk kemuliaan NamaMu,]

Perfect Thine image on the same”. [= Sempurnakanlah gambarMu pada bingkai yang sama.]

b) Cerita.

FOOTPRINTS.

One night a man had a dream. He dreamed he was walking along the beach with the Lord. Across the sky flashed scenes from his life. For each scene, he noticed two sets of footprints in the sand: one belonging to him and the other to the Lord. When the last scene of his life flashed before him, he looked back at the footprints in the sand. He noticed that many times along the path of his life there was only one set of footprints. He also noticed that it happened at the very lowest and saddest times of his life.

This really bothered him and he questioned the Lord about it. “Lord, you said that once I decided to follow you, you’d walk with me all the way. But I have noticed that during the most troublesome times of my life, there was only one set of footprints. I don’t understand why when I needed you most you would leave me.”.

The Lord replied, “My son, my precious child, I love you and would never leave you. During your times of trial and suffering, when you see only one set of footprints, it was then that I carried you.”.

Terjemahannya:

JEJAK KAKI.

Pada suatu malam ada seseorang bermimpi. Ia bermimpi bahwa ia sedang berjalan di sepanjang pantai bersama dengan Tuhan. Di langit terlihat adegan-adegan dalam hidupnya. Untuk setiap adegan, ia memperhatikan ada dua pasang jejak kaki di pasir: satu pasang adalah miliknya dan yang lain adalah milik Tuhan. Ketika adegan terakhir dari hidupnya terlihat di hadapannya, ia melihat kembali pada jejak kaki di pasir. Ia memperhatikan bahwa sering kali di sepanjang jalan hidupnya hanya ada satu pasang jejak kaki. Ia juga memperhatikan bahwa itu terjadi pada waktu-waktu yang paling rendah dan paling menyedihkan dari hidupnya.

BACA JUGA: ROMA 8:29-30: RENCANA ILAHI DAN PANGGILAN TAK TERBANTAHKAN

Ini betul-betul menyusahkan dia dan ia bertanya kepada Tuhan tentang hal itu. “Tuhan, Engkau berkata bahwa sekali aku memutuskan untuk mengikut Engkau, Engkau akan berjalan dengan aku di sepanjang jalan. Tetapi aku telah memperhatikan bahwa pada waktu-waktu yang paling menyusahkan dari hidupku, di sana hanya ada satu pasang jejak kaki. Aku tidak mengerti mengapa pada saat aku paling membutuhkan Engkau, Engkau meninggalkan aku.”.

Tuhan menjawab: “Anak-Ku, anak-Ku yang berharga, Aku mencintai engkau dan tidak akan pernah meninggalkan engkau. Pada saat-saat ujian dan penderitaan, ketika engkau melihat hanya ada satu pasang jejak kaki, pada saat itulah Aku sedang menggendong engkau.”.

Catatan: Pdt. Budi Asali, M.Div:  meraih gelar Master of Divinity (M.Div) dari Reformed Theological Seminary (RTS), Jackson, Mississippi, United States of America
Next Post Previous Post