NILAI-NILAI SPIRITUALITAS KRISTIANI

APA SAJA NILAI-NILAI SPIRITUALITAS KRISTIANI

Secara spesifik, di bawah ini akan dipaparkan 4 (empat) nilai-nilai spiritualitas Kristiani seperti tercatat di dalam Alkitab. Nilai-nilai spiritualitas Kristiani ini akan menjadi model bagi orang percaya dalam menghadapi arus zaman di era postmodern. 

NILAI-NILAI SPIRITUALITAS KRISTIANI

1. Pertama, hidup baru di dalam Tuhan Yesus Kristus (Efesus 4:17-18). 

Hidup baru adalah kunci dasar melihat kerajaan surga. Dalam hal ini Rasul Paulus di dalam Efesus 4:17-18 menyatakan bahwa ”Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka. Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran”. Penekanan dari teks itu adalah kerinduan hati Tuhan Yesus agar umat-Nya mengenakan manusia baru atau cara hidup yang baru dan masuk dalam hidup yang baru yaitu persekutuan di dalam Yesus Kristus.

2. Kedua, hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus (Galatia 5:16).

Dalam teks Galatia 5:16 ditegaskan bahwa orang yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Juru selamat, hidupnya akan dipimpin oleh Roh Kudus. Dalam terjemahan Alkitab New International Version dituliskan “live by the Spirit (hiduplah oleh Roh), sedangkan dalam King James Version dituliskan “Walk in the Spirit (berjalan dalam Roh). Ayat ini ditulis dalam bentuk perintah dan sifatnya sangat amat penting sehingga senantiasa dan secara terus menerus harus dilakukan dalam kehidupan orang percaya.

Kehidupan yang dipimpin Roh Kudus bukan berarti menikmati kebebasan, keberanian, dan kemenangan yang diberikan-Nya. Akan tetapi, orang percaya akan menjadi tawanan Roh Kudus dan bersedia menerima batasan-batasan yang ditetapkan oleh Allah Tritunggal.

Dipimpin oleh Roh Kudus juga dapat dipahami sebagai pengakuan akan eksistensi Roh Kudus itu sendiri yang akan hadir serta diam dalam hidup orang percaya, mempercayakan diri kepada kuasa Allah dan mengharapkan pertolongan-Nya dalam segala kesulitan hidup, dan mengindahkan Dia sebagai pribadi yang selalu sedia menolong hidup orang percaya. Seseorang yang mau dipimpin oleh Roh, maka harus sedia meminta bimbingan dari Allah Tritunggal melalui Alkitab firman Allah. Sehingga, orang percaya sejalan dengan keinginan Roh Kudus.

3. Ketiga, hidup yang mencerminkan buah Roh Kudus. 

Galatia 5:22-23 menyatakan sebuah kebenaran bahwa ”buah Roh ialah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah-lembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu”. Dalam konteks ini istilah buah Roh Kudus adalah istilah Alkitab yang merangkum sembilan sifat nyata dari hidup Kristen yang sejati menurut rasul Paulus. Di seluruh Alkitab, orang saleh diibaratkan seperti pohon dan pasal ini akan dijelaskan buah macam apa yang dihasilkan oleh “pohon yang baik” yaitu orang saleh atau orang benar.

Kata kasih dalam bahasa Yunaninya adalah agape. Kasih ini adalah kasih Allah (1 Yohahnes 4:16) dan dihasilkan di dalam hati orang percaya oleh Roh Kudus (Roma 5:5, Galatia 5:22). Kasih ini terdiri dari pengorbanan diri untuk keuntungan seseorang yang dicintai (Yohahes 3:16).

Warren W. Wiersbe menuliskan bahwa agape adalah kasih ilahi. Kasih ilahi ini adalah karunia Allah pada orang percaya (Roma 5:5). Orang percaya harus memeliharanya dan berdoa kiranya kasih ini semakin melimpah-limpah (Filipi 1:9). William Barclay, agape adalah istilah Kristen yang berarti kebajikan yang dapat dibawa. Rasul Paulus di dalam 1 Korintus 13:1-3 menuliskan ”Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku”. 

Apa pun yang diperbuat orang lain atas diri orang percaya, entah itu caci maki, sakit hati, ataupun penghinaan. Orang percaya akan tetap berbuat hal-hal yang terbaik bagi kemuliaan-Nya. Jadi, agape adalah segala sesuatu yang tidak hanya menyangkut, perasaan tetapi juga kemauan, tidak hanya mengena pada hati, tetapi juga pada pikiran.

Agape adalah upaya yang sengaja dilakukan oleh orang percaya, tanpa ada maksud jahat baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.

Sukacita (khara) berasal dari kata kerja khairo, bersukacita, bersenang-senang, dan digunakan sebagai salam saat bertemu. Sukacita memiliki sebuah aspek spiritual, seperti sukacita yang dikerjakan Roh Kudus (1Tesalonika 1:6). Menurut Wiersbe, sukacita adalah damai sejahtera dan kecukupan di dalam hati yang tidak dipengaruhi oleh keadaan luar. Sukacita menjadi penuh pada saat kerohanian yang hilang ditemukan kembali.

Sukacita juga dapat dipahami sebagai kebaikan yang tertinggi dalam kehidupan Kristen yang berhubungan dengan kesenangan di dalam dunia yang sekuler ini. Kelihatannya keduanya memiliki arti yang sama, tetapi kesenangan tergantung kepada situasi ,sementara sukacita tidak. Sukacita adalah kegembiraan yang mendalam timbul dari hubungan pribadi dengan Allah (Filipi 4:4), yang mencakup hal orang percaya memenuhi kehendak-Nya. Sukacita Kristen adalah hasil dari sebuah teologi yang mendalam bahwa Allah mengendalikan segala sesuatu untuk kebaikan dan kemuliaan-Nya sendiri dan juga demi kebaikan orang-orang yang mengasihi Dia. Tuhan adalah sumber sukacita yang tak habis-habisnya. 

Kata Yunani Khara memiliki tiga makna utama dalam PB. Pertama, kegembiraan yang meluap-luap (Lukas 15:7). Kedua, kegembiraan yang mendalam yang timbul dari hubungan pribadi dengan Allah (Filipi 4:4). Ketiga, secara metonimi, kesukaan, buah-buah, atau kasih dari sukacita.

Menurut Kenneth S. Wuest, damai di sini adalah damai yang dari Allah di dalam hati orang percaya dan dapat didefinisikan ketenangan pikiran yang didasarkan pada kesadaran akan hubungan yang benar dengan Allah. Dalam bahasa Yunani sehari-hari pada masa gereja mula-mula, kata ini dipakai dengan kegunaan yang menarik. Kata itu digunakan untuk ketentraman yang dinikmati oleh suatu Negara karena berlakunya keadilan dan kemakmuran di bawah pemerintahan kepala Negara yang bijaksana. Kata ini juga digunakan untuk tata tertib yang berlaku dan dan terpelihara dalam suatu kota dan desa.

Di setiap desa biasanya ada seorang pemimpin yang bertugas menguasai eirene di desa itu, yaitu yang lazim disebut pemelihara damai sejahtera rakyat. Dalam Perjanjian Baru eirene biasanya diartikan sama dengan kata shalom, yang tidak hanya berarti bebas dari kesulitan, tetapi juga menyangkut setiap hal yang membawa kebaikan tertinggi bagi manusia. Dalam teks ini, eirenen berarti ketenangan hati yang semata-mata bersumber pada kesadaran bahwa seluruh kehidupan orang percaya ada di tangan Allah. 

Damai sejahtera, suasana aman, tentram, dan damai sejahtera dalam kehidupan sebenarnya dicari oleh manusia sepanjang zaman di mana pun juga. Damai sejahtera sejati tidak bisa diukur oleh materi atau hal apa saja. Damai sejati adalah anugerah Tuhan (Yohanes 14:27). Damai sejahtera ini lahir dari keyakinan akan kesempurnaan pemeliharaan Tuhan dalam setiap detail kehidupan orang percaya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sabar berarti tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati), tabah, tenang, tidak terburu-buru, tidak terburu nafsu. Kesabaran adalah sikap seseorang terhadap orang lain dan mencakup ketidaksediaan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Kesabaran berbicara tentang ketabahan, kesetiaan jiwa meskipun karena dihasut. Hal tersebut mengandung ide kesabaran dan kekuatan kesabaran walaupun menerima perlakuan yang kasar, dengan kemarahan atau pikiran untuk balas dendam. 

Menurut William Barclay, kesabaran (makrothumia) adalah semacam sikap tekun dan sabar yang membawa kemenangan, kesabaran terhadap manusia. Chrisostomus berkata bahwa makrothumia adalah pahala bagi orang yang tidak cepat, bahkan tidak bisa marah, orang yang mampu menahan diri dan tidak membalas dendam. Kesabaran adalah sifat seseorang yang mampu menempatkan diri dengan orang lain, walaupun orang lain berat untuk mencobanya. Pentingnya kesabaran dibuktikan dengan sifat yang digunakan oleh Allah , bahwa Allah adalah panjang sabar.

King James Version menerjemahkannya kemurahan dengan kindness,good, gentlesnes.Dalam bahasa Yunani dituliskan khrestotes, berasal dari kata sifat khrestos artinya yang mudah, baik, berguna, menguntungkan. Sedangkan William Barclay menuliskan bahwa khrestotes berarti menolong. Contohnya ketika Yesus diminyaki kaki-Nya oleh perempuan berdosa itu. 

Karakter ini berarti kebaikan yang di penuhi dengan kemurahan hati. Khrestotes membuat orang percaya bisa bersikap baik dan murah hati terhadap sesamanya yang membutuhkan, bahkan termasuk kepada mereka yang tidak menyenangkan. Kata khrestotes secara konseptual bermakna keramahtamahan, kebaikan hati, penuh daya guna. Kata ini sering digunakan berpadanan dengan kata lain untuk menegaskan maknanya. 

Dalam Perjanjian Lama, kemurahan merupakan salah satu sikap Allah terhadap manusia, penuh kasih sayang, di mana Allah dalam kedaulatan-Nya suka berbuat baik dan memberikan apa yang baik kepada manusia.

Kebaikan berasal dari kata sifat agathos artinya yang baik, bagus, berguna. Kebaikan adalah ketulusan jiwa yang membenci kejahatan, motif dan perilaku baik. William Barclay menuliskan kebaikan adalah kebajikan yang tersedia dalam segala perkara. Agathosune mengandung unsur marah dan disiplin. Contohnya ketika Yesus mengadakan pembersihan di bait Allah serta mengusir mereka yang menjadikan tempat itu sebagai tempat perdagangan. Agathosune berarti kebaikan yang mengandung unsur memperbaiki dan mendisiplin agar orang lain lebih baik. Kata benda agathosune secara konseptual bermakna kebaikan hati dan tindakan, lahir dan batin. Kebaikan mencerminkan budi pekerti yang ideal, yang diiringi dengan kebenaran dan kasih.

Kesetiaan berasal dari kata pistis artinya meyakinkan, mempercayai, mentaati, menaruh keyakinan, percaya, yakin. Menurut William Barclay, kesetiaan dapat diartikan layak untuk dipercaya. Kata ini menunjuk pada ciri khas orang yang dapat diandalkan. Dalam teks ini, pistis diterjemahkan kesetiaan yaitu kejujuran dan integritas dalam tindakan orang percaya, komitmen dan tanggung jawab. Karakter ini merupakan implikasi dari kesadaran bahwa orang percaya memahami dan memiliki Allah Yang Maha Tahu, Maha Melihat.

Kelemahlembutan diterjemahkan dari kata Yunani praotes berasal dari kata sifat praos, lemah, ringan, perlahan, lembut. Secara konseptual praotes atau kelemahlembutan adalah lembut plus sabar dalam sikap dan pembicaraan, tidak mudah mengeluarkan perkataan yang kasar apalagi marah. Aristoteles, seorang filsuf Yunani menulis bahwa praotes terletak antara orgilotes (marah kelewatan dan tidak terkontrol) dengan aorgisia (ketidakmarahan yang berlebihan). Menurut William Barclay, kata kelemahlembutan memiliki tiga arti. 

Pertama, patuh pada kehendak Allah.

Kedua, mau diajari dalam arti tidak sombong untuk menerima pengajaran.

Ketiga, lemah lembut, pengendalian diri. 

Kelemahlembutan bukanlah sebuah kelemahan tetapi sebuah kekuatan. Karena seseorang menyerahkan masalahnya di bawah kontrol Allah, sehingga di mampu-kan untuk tetap bersikap lembut dan akan mendapatkan kemenangan.

Penguasaan diri berasal dari kata egkrates artinya dapat menguasai diri. Penguasaan diri adalah karakter yang diberikan melalui kemenangan melawan daging dan yang mana disebabkan oleh kesucian, kemurnian, antara pikiran dan perbuatan. Penguasaan diri adalah kualitas yang besar yang datang kepada seseorang ketika Yesus Kristus tinggal di dalam hatinya, di mana sifat tersebut membuatnya mampu untuk hidup dan berjalan di dunia, dan sambil memelihara pakaiannya dari noda dunia. 

Penguasaan diri juga menunjukkan pembatasan diri. Dalam perikop ini berhubungan khususnya kepada pembatasan keinginan-keinginan daging, walaupun persoalan yang dihadapi mungkin adalah kurangnya pengekangan diri dalam setiap perangai.

4. Keempat, hidup yang melayani yaitu sesuai dengan karunia Roh Kudus. 

Dalam beberapa suratnya, rasul Paulus memberikan pemahaman kepada jemaat tentang karunia-karunia Roh Kudus. Rasul Paulus menegaskan bahwa apabila Allah memberikan karunia roh, maka karunia roh itu berfungsi untuk kepentingan bersama (sesama tubuh Kristus). 

Setiap anggota Gereja memiliki karunia yang berbeda-beda dan kegunaannya masing-masing. Akan tetapi tujuan utamanya adalah pembangunan jemaat (Roma 12:2-5, 1 Korintus 12: 16, 1 Korintus 12:14). Lebih jauh, rasul Paulus menyatakan bahwa karunia dengan pelayanan jemaat adalah sebuah bagian yang utuh dan tidak bisa dipisahkan. Jemaat yang memiliki karunia namun tidak menggunakan karunia tersebut untuk melayani telah menyangkal hakikat dari tujuan pemberian karunia rohani tersebut. Karena dalam pemahaman rasul Paulus setiap jemaat adalah komunitas karismatik. 

Ada dua kata Yunani yang digunakan untuk menjabarkan karunia roh. 

1. Pertama, kata Pneumatikos, artinya ”hal-hal rohani” atau ”sesuatu yang dikaitkan dengan Roh Kudus”. 

Dalam 1 Korintus 12-14 kata pneumatikos ditemukan tiga kali. Pada 1 Korintus 14: 37 artinya jelas, yakni orang rohani. Dalam (TB) terdapat terjemahan „karunia-karunia Roh‟ (1 Korintus 12:1; 14:1) sedangkan dalam (BIS) diterjemahkan „karunia-karunia yang diberikan Roh Allah‟. Tetapi pada umumnya kata “pneumatikos” diartikan dengan „pemberian-pemberian rohani‟ atau lebih tepat diterjemahkan, yaitu karunia-karunia yang dianggap bersifat rohani. 

2. Kedua, kata lain yang digunakan untuk mengidentifikasi karunia roh adalah “Charisma”. 

Dalam Perjanjian Baru, istilah charisma muncul 18 kali, yaitu 17 kali terdapat dalam surat-surat Paulus dan 1 kali dalam 1 Petrus. 4:10. Itu berarti seluruh penggunaan istilah charisma dalam Perjanjian Baru adalah khas Paulus. Kata charisma merupakan kata turunan dari kata charis, artinya anugerah (juga diterjemahkan kasih karunia atau rahmat) dan kata kerja charizomai, artinya memberi. Secara umum charisma dapat diartikan sebagai pemberian atau tanda anugerah Allah untuk kepentingan umat-Nya.

BACA JUGA; SPIRITUAL ; PERTUMBUHAN DAN KEDEWASAAN

Hal itu bukan perkembangan kemampuan secara alamiah melainkan suatu pemberian Allah yang dilimpahkan bagi orang percaya (1 Korintus 2:4). Charisma berasal dari anugerah (charis) Allah, dan karena kasih-Nya diberi tanpa syarat kepada manusia. Dengan pemakaian istilah charisma, Paulus menekankan bahwa karunia bukan sesuatu untuk menambah gengsi seseorang sehingga dia dipandang sebagai orang rohani, melainkan suatu pemberian karena anugerah Allah dan untuk kepentingan umat-Nya. 

Jadi, karunia roh adalah kemampuan khusus yang diberikan kepada orang-orang percaya oleh Roh Kudus untuk memuliakan Kristus dan membangun gereja-Nya. Karunia roh tidak diperoleh karena pekerjaan yang baik, punya talenta atau kemampuan-kemampuan alamiah. Namun karunia roh merupakan pemberian dari Tuhan, oleh sebab itu tidak mungkin seseorang mendapatkannya melalui kerja keras atau memperoleh karena layak atau mempelajarinya dari buku-buku.

Next Post Previous Post