Memahami Arti Takut akan Tuhan Menurut Amsal 8:13

Amsal 8:13 TB. Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.

Pengertian takut akan Tuhan dalam bahasa Ibrani banyak variasi. Namun yang sering dipakai secara umum dan diterjemahkan “takut” dalam ungkapan takut akan Tuhan adalah kata yirah dan yareh.

Kedua kata tersebut secara etimologi berasal dari kata yr kata itu merupakan gabungan dari dua konsonan yot dan resy. Jemes Strong menyebut, bahwa pengertian utama dari kata yare atau yirah adalah takut dalam pengertian hormat atau menghormati, yakni suatu sikap hormat dan takut secara moral dan etis. Menurut perumusan Fransis Brown, kata yare atau yirah mempunyai banyak variasi arti, yang sesuai dengan turunan-turunannya.
Memahami Arti Takut akan Tuhan Menurut Amsal 8:13
Dalam beberapa alternatif turunannya, kata tersebut bisa berarti tunduk, berada pada sikap takut, berdiri pada kekaguman dan hormat, penghormatan, menghormati. Arti-arti tersebut muncul jika obyek langsung yang mengikuti kata yare atau yirah terutama adalah kata Yahweh atau Elohim. Kata dasar yr dalam ungkapan takut akan Tuhan, seringkali muncul dalam bentuk kata kerja. Kata sifat atau pun kata benda. Kata dasar yr jika muncul dalam bentuk kata kerja atau kata sifat lebih menekankan kenyataan kualitas. Sedangkan bentuk kata kerja, kata yare lebih menekankan tindakan atau aktivitasnya.

Sebagai kata kerja, kata yare biasanya memakai qal yang diikuti oleh akusatif (obyek langsung). Bentuk qal adalah bentuk dasar dari kata kerja bahasa Ibrani yang menunjukkan kegiatan atau tindakan aktif dan dinamis. Dengan pengertian di atas, maka kata kerja yare berarti menunjuk pada suatu kegiatan yang aktif, di mana seseorang “menghormati’ atau “terpesona” kepada suatu atau pribadi (akusatifnya).

Dalam hal ini pribadi yang dimaksud adalah Tuhan. Sikap takut yang demikian membawa relasi positif dan menguntungkan bagi manusia di hadapan Tuhan.

Pemanfaatan kata yare dengan pengertian tersebut dipakai dalam kitab Amsal 8:13, 1:7, 2:5, 3:7, 9:10.

1. Membenci Kejahatan

ini adalah kata kerja bentuk perfect tiga tunggal maskulin. Jadi keadaan akar kata to hate menunjuk keadaan secara pribadi (personally) yang berarti lawan, musuh. Strong’s: (7451b) kejahatan berasal dari kata dasar (ra) yang berarti jahat (evil, distress, misery, injury, calamity). Kata jahat asal mula dari sama mirip dengan kata roa/ ro’-ah yang dapat didefinisikan pula sebagai keburukan, kejahatan.

Strong’s: KJV ra’a mendefinisikan sebagai the fear of the Lord is to hate evil mempunyai arti takut akan Tuhan adalah membenci kejahatan. Kalimat ini telah menegaskan bahwa orang yang takut akan Tuhan adalah mereka yang membenci kejahatan/keburukan. Strong’s Exhaustive Concordansi enemy, foe, be hateful odious, utterly. Anak kalimat ini menekankan bahwa Raja Salomo memberikan nasehat secara penuh bahwa orang yang takut akan Tuhan adalah membenci kejahatan atau hal-hal yang buruk.

Secara historikal kalimat ini bukan hanya anjuran pada saat itu atau keadaan yang sudah terjadi (past) namun hal ini tetap menunjuk pada waktu yang akan datang artinya terus-menerus (future) untuk membenci/menjauhi kejahatan tersebut.

Jadi membenci kejahatan yaitu pertama, Raja Salomo memberikan nasehat yang “sungguh-sungguh” supaya setiap orang yang takut akan Tuhan harus membenci perbuatan yang jahat dalam hidupnya.

Kedua, Raja Salomo menekankan bahwasanya membenci kejahatan bukan hanya membenci tetapi lebih daripada itu menjauhkan dirinya dari kejahatan tersebut.

2. Membenci Kesombongan

Kalimat ini diperhatikan dalam terjemahan Ibrani הָ֤ א ֵּ֘ ג) geah) yang memiliki kasus kata benda feminim tiga tunggal yang berarti bangga, angkuh, membanggakan hati. Strong’s (1343) menerjemahkan kata haeg (geah) exceeding proud his loftiness, of the pride lebih mengandung arti bukan hanya kebanggaan tetapi “melebihkan/kelebihan (exceeding) menunjuk kepada suatu kepunyaan/miliknya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa arti membenci kesombongan adalah merasa angkuh, melebihkan atau membanggakan hati. KJV: menggunakan kalimat: is the ringteousness of saints yang memiliki arti kebenaran yang dianggap sebagai orang suci. Oleh karena itu, dengan kata ini lebih memuat arti secara baik bahwa orang yang sombong itu merasa dirinya paling benar/suci. 

Dengan demikian ciri kesombongan ada dua yaitu:

Pertama, tidak tinggi hati.

Tinggi hati adalah dosa yang sangat dibenci oleh Tuhan. KJV menerjemahkan before destruction the heart. Raja Salomo mengatakan bahwa “Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan’’ (Amsal 18:12). Dalam bahasa Ibrani menggunakan kata lipnese er le, kata kerja bentuk infinitif satu tunggal maskulin.

Selain itu lipnese menunjuk kata kerja yang terjadi sampai sekarang. Jadi dapat disimpulkan bahwa Salomo menjelaskan tinggi hati dalam konteks masa lampau juga akan berakibat kehancuran di masa sekarang. Jadi inti dan motivasi dari kesombongan adalah sama dengan dosa, yaitu keinginan menggantikan posisi Allah.

Oleh karena itu, dosa kesombongan adalah manifestasi langsung dari inti dosa itu sendiri. Alkitab menegaskan bahwa kesombongan akan diganjar dengan kejatuhan dari orang yang sombong (Amsal 16:18). Allah tidak membiarkan orang lain harus menjadi korban terus-menerus dari orang-orang yang sombong ini. Pada akhirnya, manusia akan melihat bahwa kesombongan tidak akan kekal di dunia ini. Dengan kata lain, orang yang sombong akan mengalami kehancuran.

Kedua, tidak bersandar pada pengertiannya sendiri.


Itu berarti orang yang takut akan Tuhan akan taat pada kehendak-Nya dan tidak bersandar pada pengertiannya sendiri. Bukan juga bersandar pada kekuatannya tetapi selalu mengandalkan Tuhan di dalam segala hal. Oleh karena itu, orang yang sombong akan mengalami kehancuran dalam hidupnya dan Tuhan pun memberikan ganjaran baginya. Raja Salomo mengatakan “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri” (Amsal 3:5). Dengan demikian dalam bahasa Ibrani menggunakan kata al-binaea yaitu kata tugas dan kata kerja aktif tiga tunggal maskulin.

KJV menggunakan not on your own understanding yang memiliki arti yang luas jadi dilarang dengan tegas bahwa tidak menggunakan pengetahuan, pengertian dan hikmatnya namun selalu mengandalkan Tuhan dengan segenap hatinya

Jadi membenci kesombongan adalah seseorang yang takut akan Tuhan, yang tidak tinggi hati dan tidak bersandar pada pengertiannya sendiri namun selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap hidupnya.

3. Membenci Kecongkakan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kecongkakan adalah sifat yang dimiliki dan meninggikan diri. Dalam bahasa Ibrani kecongkakan juga menggunakan kata ge’ah’ atau weaown, KJV arrogance yaitu “kecongkakan” dari kata benda feminim tiga tunggal. Kata arrogance ini pun memiliki arti hebat. Dengan demikian hebat di sini dimaksudkan adalah hebat karena merasa dirinya tidak membutuhkan orang lain atau Tuhan.

Raja Salomo dengan tegas mengatakan ini karena kehidupannya pernah terpikat dengan keadaan yang secara materi membuatnya sombong sehingga ia dapat mengatakan bahwa “kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan” (Amsal 16:18). Ayat ini berisi didikan khusus mengenai kecongkakan dan akibatnya. Kecongkakan mendahului kehancuran (Amsal 16: 18a).

Kecongkakan termasuk salah satu pelanggaran religius sehingga patut dijatuhi hukuman, yang dalam ayat ini disebut kehancuran. Hukuman itu bisa dalam bentuk akibat alamiah dari kecongkakan itu sendiri atau secara langsung dari Tuhan. Demikian tinggi hati mendahului kejahatan (Amsal 16:18b). Jadi dalam ayat ini kata kecongkakan diartikan sama dengan tinggi hati dan kata kehancuran juga dapat disebut kejatuhan. Oleh sebab itu, pengajaran pada ayat 18b merupakan pengulangan dan penegasan dari pengajaran pada Amsal 16:18a.

Orang yang takut akan Tuhan membenci kecongkakan. Sebab kecongkakan membuat seseorang tidak sadar akan dirinya sendiri dan beranggapan bahwa dirinya hebat dan tidak membutuhkan Tuhan dan orang lain. Kemudian kecongkakan timbul karena keadaan hidupnya terpikat oleh materi yang membuatnya menjadi sombong.

4. Membenci Tingkah Laku yang Jahat


Membenci tingkah laku yang jahat artinya merasa tidak suka akan hal jahat. Dalam bahasa Ibrani menggunakan dua kata yaitu ra, evil (jahat) kasus kata sifat, kata benda maskulin dan kata derek, distance (menjauhkan) yang memiliki kasus kata sifat tiga tunggal maskulin. Kata derek ini artinya menunjuk kepada kelakuan, sikap atau sifat. Oleh sebab itu, membenci tingkah laku yang jahat berarti distance “menjauhkan’’

Maka dengan otomatis bukan hanya membenci tingkah laku yang jahat saja namun lebih dari itu harus menjauhkan perbuatan tersebut. Sebab dengan demikian itulah yang diinginkan oleh Tuhan.

Dengan demikian Raja Salomo menggunakan kata ini sebagai anjuran tegas supaya orang yang takut akan Tuhan dapat membenci tingkah laku yang jahat atau perbuatan yang tidak baik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa membenci tingkah laku yang jahat adalah nasehat dari Raja Salomo untuk membenci sifat jahat yang akan membuat hidup seseorang tidak tunduk kepada Allah dan tidak memiliki rasa takut akan Tuhan.

Takut akan Tuhan adalah membenci tingkah laku yang jahat. Membenci tingkah laku yang jahat berarti memiliki sikap takut akan Tuhan yang sungguh-sungguh dan perbuatan-perbuatannya selalu berisikan sifat yang menyenangkan hati Tuhan.

5. Membenci Mulut Penuh Tipu Muslihat

KJV: the head, and the pieces, and the fat dapat mendefinisikan kata mulut dengan menggunakan katat the fat yang berarti gemuk/besar. Jadi mulut itu bisa berbohong kepada hal-hal yang besar/tipu muslihat. Dengan demikian orang yang takut akan Tuhan diminta oleh Salomo untuk membenci mulut yang penuh tipu muslihat dan bukan hanya membenci tetapi menentang atau melawan perbuatan yang jahat.

Raja Salomo menggunakan kata I hate yang berarti “aku benci’’ kepada mulut yang penuh tipu muslihat. Mulut adalah anggota tubuh manusia akan tetapi jika tidak melawan mulut ini dengan benar maka akan membawa kepada kesalahan. Tipu muslihat adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur (berbohong) ia bermaksud untuk memutar balikan fakta yang sedang terjadi dengan berkata bohong.

Baca Juga: Kajian Tentang Takut Akan Tuhan Di Kitab Amsal

Raja Salomo mengatakan bahwa “perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang” (Amsal 16:24). Indikasi dari berkata benar adalah menyenangkan hati ada pujian bagi yang mendengarkannya.

Berbohong adalah sifat ciri khas manusia. Namun terkadang mulut yang berbohong membawa seseorang kepada perkara yang besar.

Lidah adalah salah satu alat tubuh di dalam mulut yang dapat digerak-gerakkan dan dipergunakan untuk merasakan sesuatu, dan berkata-kata. Lidah mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan manusia seperti dalam hal berkata-kata bisa menjadi berkat bagi setiap orang namun lidah pun dapat menjadi neraka bagi yang mendengarkannya. Seperti pepatah dunia mengatakan lidah memang tak bertulang tapi bisa menghancurkan hati seseorang.

Dalam suatu perkataan ada banyak hal yang timbul seperti halnya,

Pertama: kutukan. Memanggil suatu kekuatan adikodrati ucapan untuk menimbulkan kerugian bagi orang lain.

Kedua: sumpah serapah. Menyakiti hati dan mengucapkan kata-kata kasar kepada orang lain.

Ketiga: kelicikan. Menggunakan kata-kata bohong dan menyesatkan untuk menutupi maksud-maksud jahat. Raja Salomo mengatakan bahwa “lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan, tetapi orang bebal mencurahkan kebodohan, lidah lembut adalah pohon kehidupan tetapi lidah curang melukai hati” (Amsal 15:2,4).

Ciri-ciri orang takut akan Tuhan dan membenci mulut yang penuh tipu muslihat adalah :

Pertama, berkata benar.

Dusta atau bohong adalah salah satu dosa yang sudah umum dilakukan manusia. Dan anak kecil pun sudah pintar berbohong dan malah ada kecenderungan untuk menganggap dusta itu tidak apa-apa bila tidak merugikan orang lain. Risnawaty mengatakan: “Ia yakin bahwa ada jauh lebih banyak kebohongan diucapkan dengan tidak sadar daripada secara sadar dan sengaja. Ia yakin bahwa seseorang harus diperiksa bila ia menyimpang dari kebenaran betapa pun kecilnya.

Kedua, tidak berdusta.

Kata tidak berdusta sama halnya dengan tidak berbohong, dan Firman Tuhan juga katakan bahwa jika berkata ya di atas ya dan tidak di atas tidak, jadi ini menandakan bahwa seseorang seharusnya tidak berdusta kepada orang lain sebab kalau ketika orang berkata dusta kepada orang lain maka orang tersebut telah melanggar perintah Allah dan hukum Allah khususnya hukum yang kesembilan, jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu (Keluaran 20:16)

Takut akan Tuhan membenci mulut penuh tipu muslihat adalah yaitu tidak berkata dusta tentang sesama manusia. Dengan demikian Raja Salomo memberikan nasehat bahwa seorang yang takut akan Tuhan ialah selalu memperkatakan sesuatu yang benar dalam hidupnya.
Next Post Previous Post