Dilahirkan Dari Roh Kudus (Matius 1:18-25)
Perikop ini menceritakan tentang Yesus Kristus yang dilahirkan oleh karya Roh Kudus. Perikop ini menuturkan cerita tentang kelahiran Yesus dari seorang perawan. Pokok ini merupakan doktrin yang penuh dengan kesulitan; dan gereja kita tidak memaksa kita untuk menerima ajaran itu secara hurufiah dan secara jasmani. Ajaran ini adalah salah satu ajaran yang diterima oleh gereja. Gereja memberi kita keleluasaan untuk memahaminya serta mengambil kesimpulan sendiri. Pada kesempatan ini kita hanya akan berusaha menemukan apa makna ajaran itu bagi kita.
Kalau kita membaca perikop ini secara tenang dan seolah-olah kita baru membacanya untuk pertama kali, kita akan menemukan bahwa yang ditekankan di dalam perikop ini bukanlah pertama-tama Yesus lahir dari seorang wanita perawan, melainkan Yesus lahir oleh karena karya Roh Kudus. Di dalam Matius 1:18 dikatakan, bahwa “ternyata ia mengandung dari Roh Kudus.” Dan di dalam Matius 1: 20 dikatakan “anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”
Kata-kata di dalam dua ayat ini seolah-olah perlu digaris-bawahi dan dicetak tebal. Itulah sebenarnya yang hendak dikatakan oleh Matius di dalam perikop ini. Apakah artinya kalau dikatakan bahwa Yesus lahir karena karya Roh Kudus? Dan apakah artinya kalau kita katakan bahwa dengan kelahiran Yesus melalui karya Roh Kudus itu Allah sendiri bekerja? Marilah kita sisihkan soal-soal yang mungkin meragukan dan banyak menimbulkan perdebatan, lalu kita berusaha mendekatkan perhatian kita kepada kebenaran besar sebagaimana yang Matius inginkan.
Di dalam pikiran Yahudi, Roh Kudus dipahami sebagai yang memiliki tugas-tugas yang jelas dan nyata. Kita tidak boleh memasukkan paham Kristen tentang Roh Kudus ke dalam perikop ini, sebab Yusuf tentu tidak tahu apa-apa mengenai hal itu. Kita harus memahami perikop ini di dalam terang pemahaman Yahudi mengenai Roh Kudus, karena pemahaman yang seperti itulah yang diterima oleh Yusuf melalui berita yang disampaikan kepadanya. Dia tentu mengetahui hal itu.
(1) Menurut anggapan Yahudi, Roh Kudus adalah pribadi yang membawa kebenaran Allah kepada manusia. Roh Kuduslah yang mengajar para nabi untuk mengetahui hal-hal yang harus mereka katakan. Roh Kuduslah yang mengajar manusia tentang apa yang dikehendaki Allah untuk manusia lakukan. Roh Kuduslah yang membawa kebenaran Allah kepada manusia sepanjang zaman dan sepanjang generasi. Dengan demikian Yesus adalah seorang pribadi yang membawa kebenaran Allah kepada manusia.
Dengan kata-kata lain, Yesus adalah seorang pribadi yang dapat memberi tahu kita tentang keadaan Allah dan tentang maksud Allah terhadap kita. Hanya di dalam Yesus saja kita mengenal Allah dan mengetahui apa yang harus dilakukan oleh manusia. Sebelum Yesus datang, manusia hanya memiliki gambaran yang samar-samar, bahkan sering juga keliru, tentang Allah. Tetapi dengan kedatangan Yesus, Yesus berkata: “Barang siapa yang melihat Aku, ia pun melihat Bapa.” (Yohanes 14:9).
Kalau kita membaca perikop ini secara tenang dan seolah-olah kita baru membacanya untuk pertama kali, kita akan menemukan bahwa yang ditekankan di dalam perikop ini bukanlah pertama-tama Yesus lahir dari seorang wanita perawan, melainkan Yesus lahir oleh karena karya Roh Kudus. Di dalam Matius 1:18 dikatakan, bahwa “ternyata ia mengandung dari Roh Kudus.” Dan di dalam Matius 1: 20 dikatakan “anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”
Kata-kata di dalam dua ayat ini seolah-olah perlu digaris-bawahi dan dicetak tebal. Itulah sebenarnya yang hendak dikatakan oleh Matius di dalam perikop ini. Apakah artinya kalau dikatakan bahwa Yesus lahir karena karya Roh Kudus? Dan apakah artinya kalau kita katakan bahwa dengan kelahiran Yesus melalui karya Roh Kudus itu Allah sendiri bekerja? Marilah kita sisihkan soal-soal yang mungkin meragukan dan banyak menimbulkan perdebatan, lalu kita berusaha mendekatkan perhatian kita kepada kebenaran besar sebagaimana yang Matius inginkan.
Di dalam pikiran Yahudi, Roh Kudus dipahami sebagai yang memiliki tugas-tugas yang jelas dan nyata. Kita tidak boleh memasukkan paham Kristen tentang Roh Kudus ke dalam perikop ini, sebab Yusuf tentu tidak tahu apa-apa mengenai hal itu. Kita harus memahami perikop ini di dalam terang pemahaman Yahudi mengenai Roh Kudus, karena pemahaman yang seperti itulah yang diterima oleh Yusuf melalui berita yang disampaikan kepadanya. Dia tentu mengetahui hal itu.
(1) Menurut anggapan Yahudi, Roh Kudus adalah pribadi yang membawa kebenaran Allah kepada manusia. Roh Kuduslah yang mengajar para nabi untuk mengetahui hal-hal yang harus mereka katakan. Roh Kuduslah yang mengajar manusia tentang apa yang dikehendaki Allah untuk manusia lakukan. Roh Kuduslah yang membawa kebenaran Allah kepada manusia sepanjang zaman dan sepanjang generasi. Dengan demikian Yesus adalah seorang pribadi yang membawa kebenaran Allah kepada manusia.
Dengan kata-kata lain, Yesus adalah seorang pribadi yang dapat memberi tahu kita tentang keadaan Allah dan tentang maksud Allah terhadap kita. Hanya di dalam Yesus saja kita mengenal Allah dan mengetahui apa yang harus dilakukan oleh manusia. Sebelum Yesus datang, manusia hanya memiliki gambaran yang samar-samar, bahkan sering juga keliru, tentang Allah. Tetapi dengan kedatangan Yesus, Yesus berkata: “Barang siapa yang melihat Aku, ia pun melihat Bapa.” (Yohanes 14:9).
Di dalam Yesus kita melihat kasih, setia, anugerah, perhatian dan kesucian Allah. Dan hanya di dalam Dia saja kita menemukan hal-hal itu. Dengan kedatangan Yesus maka berakhirlah masa meraba-raba dan menduga-duga. Dengan kedatangan Yesus maka datanglah juga kepastian tentang Allah. Sebelum Yesus datang, manusia tidak mengetahui Hakekat yang sebenarnya dari kebaikan. Hanya di dalam Yesus saja kita melihat kemanusiaan yang benar, kebaikan yang benar dan kesetiaan yang benar kepada kehendak Allah. Yesus datang untuk menyatakan kebenaran Allah dan kebenaran tentang diri kita semua.
(2) Orang Yahudi percaya, bahwa Roh Kudus bukan hanya membawa kebenaran Allah kepada manusia, tetapi juga memungkinkan dan memampukan manusia untuk mengakui kebenaran yang mereka lihat itu. Jadi Yesus membuka mata manusia untuk melihat kebenaran itu. Manusia telah dibutakan oleh ke acuh-tak-acuhannya. Manusia telah disalah-arahkan oleh anggapan-anggapan dan praduga-praduga mereka sendiri. Pikiran dan mata mereka digelapkan oleh dosa-dosa dan niat-niat hati mereka sendiri. Yesus datang dan Ia dapat membuka mata kita sehingga kita dapat melihat kebenaran itu.
Ada seorang yang sangat kaya. Ia mempunyai harta benda dan uang yang banyak, dan ia sudah keliling dunia menjelajahi banyak negeri dan melihat hal-hal yang indah di pelosok-pelosok dunia ini. Tetapi pada akhirnya ia merasa sangat lelah dan bosan. Dia mengaku bahwa ia ternyata belum melihat sesuatu. Pada suatu hari, ia bertemu dengan seorang pendeta. Dan pendeta ini berbicara cukup lama dengan dia. Pendeta itu memberitahukan tentang makna hidup di dalam Yesus. Melalui percakapan yang panjang itu pada akhirnya orang kaya tersebut mengaku, bahwa harta benda yang dimilikinya belum membuka pengetahuannya tentang kebenaran.
(2) Orang Yahudi percaya, bahwa Roh Kudus bukan hanya membawa kebenaran Allah kepada manusia, tetapi juga memungkinkan dan memampukan manusia untuk mengakui kebenaran yang mereka lihat itu. Jadi Yesus membuka mata manusia untuk melihat kebenaran itu. Manusia telah dibutakan oleh ke acuh-tak-acuhannya. Manusia telah disalah-arahkan oleh anggapan-anggapan dan praduga-praduga mereka sendiri. Pikiran dan mata mereka digelapkan oleh dosa-dosa dan niat-niat hati mereka sendiri. Yesus datang dan Ia dapat membuka mata kita sehingga kita dapat melihat kebenaran itu.
Ada seorang yang sangat kaya. Ia mempunyai harta benda dan uang yang banyak, dan ia sudah keliling dunia menjelajahi banyak negeri dan melihat hal-hal yang indah di pelosok-pelosok dunia ini. Tetapi pada akhirnya ia merasa sangat lelah dan bosan. Dia mengaku bahwa ia ternyata belum melihat sesuatu. Pada suatu hari, ia bertemu dengan seorang pendeta. Dan pendeta ini berbicara cukup lama dengan dia. Pendeta itu memberitahukan tentang makna hidup di dalam Yesus. Melalui percakapan yang panjang itu pada akhirnya orang kaya tersebut mengaku, bahwa harta benda yang dimilikinya belum membuka pengetahuannya tentang kebenaran.
Hanya di dalam Yesus, ia menemukan kebenaran, yaitu makna hidupnya yang sebenarnya. Hidup ini memang menjadi berbeda apabila Yesus datang dan mengajar kita untuk melihat segala sesuatu. Kalau Yesus datang ke dalam hidup kita, Ia membuka mata kita dan memampukan kita melihat segala sesuatu secara benar.
(3) Orang-orang Yahudi secara khusus menghubungkan Roh Allah dengan karya penciptaan. Allah menciptakan langit dan bumi; Allah menunjukkan karya penciptaan-Nya; dan Allah melakukan semua karya penciptaan-Nya melalui Roh-Nya sendiri. Pada mula pertama, Roh Allah bergerak melayang-layang di atas permukaan air, dan karena karya Roh Allah itu maka kekacauan menjadi dunia yang teratur (Kejadian 1:2).
(3) Orang-orang Yahudi secara khusus menghubungkan Roh Allah dengan karya penciptaan. Allah menciptakan langit dan bumi; Allah menunjukkan karya penciptaan-Nya; dan Allah melakukan semua karya penciptaan-Nya melalui Roh-Nya sendiri. Pada mula pertama, Roh Allah bergerak melayang-layang di atas permukaan air, dan karena karya Roh Allah itu maka kekacauan menjadi dunia yang teratur (Kejadian 1:2).
Ada seorang pemazmur yang mengatakan: “Oleh Firman TUHAN, langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentara-Nya.” (Mazmur 53:6). Kata bahasa Ibrani “ruah” dan dalam bahasa Yunani “pneuma” sama-sama berarti “nafas” dan “roh”. Mazmur 104:30 mengatakan: “Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta.” Dan Ayub 33:4 mengatakan: “Roh Allah telah membuat aku, dan nafas Yang Maha Kuasa membuat aku hidup.”
Roh adalah Pencipta dunia ini dan Pemberi hidup. Jadi dengan demikian di dalam Yesus telah datang kuasa Allah yang memberi hidup dan yang menciptakan. Kuasa yang telah mengubah kekacauan menjadi keteraturan itu datang untuk membawa keteraturan kepada hidup kita yang tidak teratur. Kuasa itu, yang menghembuskan kehidupan ke dalam segala sesuatu yang tidak memiliki hidup, datang untuk memberikan nafas hidup kepada kelemahan dan keputusasaan kita. Dengan kata-kata lain, kita belum benar-benar hidup kalau Yesus belum masuk di dalam hidup kita.
(4) Orang-orang Yahudi secara khusus menghubungkan Roh bukan hanya dengan karya penciptaan, tetapi juga dengan karya penciptaan ulang. Nabi Yehezkiel menggambarkan adanya suatu lembah yang berisi tulang belulang. Tetapi ia juga menceritakan bagaimana tulang-belulang itu menjadi hidup kembali. Yehezkiel mendengar suara Tuhan yang mengatakan, “Aku memberi nafas hidup di dalammu supaya kamu hidup kembali.” (Yehezkiel 37:1-14).
Roh adalah Pencipta dunia ini dan Pemberi hidup. Jadi dengan demikian di dalam Yesus telah datang kuasa Allah yang memberi hidup dan yang menciptakan. Kuasa yang telah mengubah kekacauan menjadi keteraturan itu datang untuk membawa keteraturan kepada hidup kita yang tidak teratur. Kuasa itu, yang menghembuskan kehidupan ke dalam segala sesuatu yang tidak memiliki hidup, datang untuk memberikan nafas hidup kepada kelemahan dan keputusasaan kita. Dengan kata-kata lain, kita belum benar-benar hidup kalau Yesus belum masuk di dalam hidup kita.
(4) Orang-orang Yahudi secara khusus menghubungkan Roh bukan hanya dengan karya penciptaan, tetapi juga dengan karya penciptaan ulang. Nabi Yehezkiel menggambarkan adanya suatu lembah yang berisi tulang belulang. Tetapi ia juga menceritakan bagaimana tulang-belulang itu menjadi hidup kembali. Yehezkiel mendengar suara Tuhan yang mengatakan, “Aku memberi nafas hidup di dalammu supaya kamu hidup kembali.” (Yehezkiel 37:1-14).
Para rabi Yahudi pun mempunyai ungkapan-ungkapan seperti berikut: ”Di dunia ini Roh-Ku telah meletakkan kebijaksanaan di dalam dirimu, tetapi di dunia yang akan datang Roh-Ku akan menghidupkan kamu kembali.” “Kalau manusia mati di dalam dosa dan kesalahan-kesalahannya, Roh Allah-lah yang akan membangkitkannya kembali, dan mereka akan hidup baru.”
Jadi di dalam Yesus telah datang kuasa yang dapat menciptakan kembali hidup di dalam dunia ini. Ia dapat menghidupkan kembali jiwa yang telah mati di dalam dosa. Ia dapat menghidupkan kembali cita-cita yang telah musnah. Ia dapat menguatkan kembali kehendak untuk kebaikan yang telah hancur. Ia dapat memperbaharui hidup, kalau manusia kehilangan hidup itu dan maknanya.
Masih banyak hal lain yang terkandung di dalam pasal ini, yang lebih penting daripada soal Yesus yang dilahirkan dari seorang perawan. Inti dari cerita Matius ialah, bahwa di dalam kelahiran Yesus, Roh Allah bekerja seperti yang belum pernah terjadi di dunia ini sebelumnya. Roh itulah yang membawa kebenaran Allah kepada manusia.
Jadi di dalam Yesus telah datang kuasa yang dapat menciptakan kembali hidup di dalam dunia ini. Ia dapat menghidupkan kembali jiwa yang telah mati di dalam dosa. Ia dapat menghidupkan kembali cita-cita yang telah musnah. Ia dapat menguatkan kembali kehendak untuk kebaikan yang telah hancur. Ia dapat memperbaharui hidup, kalau manusia kehilangan hidup itu dan maknanya.
Masih banyak hal lain yang terkandung di dalam pasal ini, yang lebih penting daripada soal Yesus yang dilahirkan dari seorang perawan. Inti dari cerita Matius ialah, bahwa di dalam kelahiran Yesus, Roh Allah bekerja seperti yang belum pernah terjadi di dunia ini sebelumnya. Roh itulah yang membawa kebenaran Allah kepada manusia.
Roh itulah yang memampukan manusia mengakui kebenaran itu ketika manusia melihatnya. Roh itulah yang menjadi pelaksana dari kehendak Tuhan di dalam menciptakan dunia ini. Dan Roh itu sendirilah yang dapat menciptakan kembali jiwa manusia, manakala jiwa itu kehilangan hidup dan kemampuannya, untuk memberlakukan apa yang seharusnya.
Yesus memampukan kita melihat Allah sebagaimana ada-Nya, dan melihat manusia sebagaimana manusia itu seharusnya. Yesus membuka mata pikiran kita, sehingga kita dapat melihat kebenaran Allah bagi kita. Yesus adalah kuasa yang menciptakan, yang telah datang di tengah-tengah manusia. Yesus adalah kuasa yang menciptakan ulang, yang dapat membebaskan jiwa-jiwa manusia dari kematian karena dosa.
Selanjutnya dalam ayat-ayat di atas, kita tertarik dengan istilah “dikandung dari Roh Kudus”. Apa artinya? Yang dimaksud dengan dikandung dari Roh Kudus adalah: pembuahan yang terjadi dalam rahim Maria bukan hasil hubungan antara pria dan wanita melainkan hasil karya Roh Kudus. Pembuahan Yesus dalam rahim Maria bukanlah hasil hubungan seksual.
Yesus memampukan kita melihat Allah sebagaimana ada-Nya, dan melihat manusia sebagaimana manusia itu seharusnya. Yesus membuka mata pikiran kita, sehingga kita dapat melihat kebenaran Allah bagi kita. Yesus adalah kuasa yang menciptakan, yang telah datang di tengah-tengah manusia. Yesus adalah kuasa yang menciptakan ulang, yang dapat membebaskan jiwa-jiwa manusia dari kematian karena dosa.
Selanjutnya dalam ayat-ayat di atas, kita tertarik dengan istilah “dikandung dari Roh Kudus”. Apa artinya? Yang dimaksud dengan dikandung dari Roh Kudus adalah: pembuahan yang terjadi dalam rahim Maria bukan hasil hubungan antara pria dan wanita melainkan hasil karya Roh Kudus. Pembuahan Yesus dalam rahim Maria bukanlah hasil hubungan seksual.
Maria adalah seorang perawan pada saat pembuahan itu, dan dalam keadaan demikian sampai saat kelahiran, karena Alkitab menunjukkan bahwa Yusuf tidak melakukan hubungan seksual dengannya sampai saat kelahiran Yesus (Matius 1:25). Maria mengandung rmelalui suatu pengaruh supra-alamiah dari Roh Kudus atas dirinya, tetapi itu bukan berarti bahwa Yesus adalah hasil persetubuhan antara Allah dan Maria.
Apakah Pembuahan yang terjadi dalam rahim Maria yang membawa dosa asal tidak berakibat juga pada Kristus ? Bagaimana Ia bisa dilahirkan tanpa dosa ?
Dalam Lukas 1:35 kita melihat apa yang dikatakan malaikat kepada Maria, "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Maha tinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah." Tampaknya mungkin bahwa pengaruh dari Roh Kudus begitu penuh kuasa dan bersifat menyucikan sehingga tidak ada penyaluran kerusakan atau kesalahan dari Maria kepada Yesus. Tanpa pengaruh khusus yang bersifat menyucikan itu maka Ia akan memiliki natur yang tercemar yang sesuai dengan kita.
Perlu kita ingat, bahwa yang berinkarnasi bukan Roh Kudus atau Bapa melainkan pribadi kedua dari Allah Tritunggal yaitu Yesus Kristus, sang Firman, yang pada mulanya bersama-sama dengan Allah dan yang adalah Allah (Yohanes 1:1-3, 14), namun memang dalam proses inkarnasi tersebut Roh Kudus berkarya. Ini adalah suatu hal yang bersifat supra-logika dan supra-natural seperti halnya memahami Allah Tritunggal, karena di sini juga menyangkut kedua natur Yesus. Di dalam diri Yesus ada dua natur yang tidak dapat dipisahkan, yakni ke-Allah-an-Nya dan ke-manusia-an-Nya. Yesus adalah sungguh-sungguh Allah sekaligus sungguh-sungguh manusia. Amin
Apakah Pembuahan yang terjadi dalam rahim Maria yang membawa dosa asal tidak berakibat juga pada Kristus ? Bagaimana Ia bisa dilahirkan tanpa dosa ?
Dalam Lukas 1:35 kita melihat apa yang dikatakan malaikat kepada Maria, "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Maha tinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah." Tampaknya mungkin bahwa pengaruh dari Roh Kudus begitu penuh kuasa dan bersifat menyucikan sehingga tidak ada penyaluran kerusakan atau kesalahan dari Maria kepada Yesus. Tanpa pengaruh khusus yang bersifat menyucikan itu maka Ia akan memiliki natur yang tercemar yang sesuai dengan kita.
Perlu kita ingat, bahwa yang berinkarnasi bukan Roh Kudus atau Bapa melainkan pribadi kedua dari Allah Tritunggal yaitu Yesus Kristus, sang Firman, yang pada mulanya bersama-sama dengan Allah dan yang adalah Allah (Yohanes 1:1-3, 14), namun memang dalam proses inkarnasi tersebut Roh Kudus berkarya. Ini adalah suatu hal yang bersifat supra-logika dan supra-natural seperti halnya memahami Allah Tritunggal, karena di sini juga menyangkut kedua natur Yesus. Di dalam diri Yesus ada dua natur yang tidak dapat dipisahkan, yakni ke-Allah-an-Nya dan ke-manusia-an-Nya. Yesus adalah sungguh-sungguh Allah sekaligus sungguh-sungguh manusia. Amin