Kisah Kehadiran Tuhan dalam Kehidupan Manusia (Lukas 1:1-45)

Pendahuluan

Injil Lukas, dalam keagungannya, membawa kita melampaui sekadar narasi keagamaan. Dengan membaca setiap barisnya, kita akan menggali keunikan seorang penulis yang tidak hanya ingin menyampaikan kisah, tetapi juga menciptakan suatu karya seni yang memikat hati dan pikiran.

Mari kita bersama-sama menjelajahi Injil Lukas, meresapi keindahan kata-kata yang terpilih dengan seksama, dan memahami bahwa setiap bagian dari tulisan ini adalah upaya seorang penulis yang ingin memberikan yang terbaik bagi pembacanya. Selamat menapaki jejak keunikan dalam Injil Lukas!
Kisah Kehadiran Tuhan dalam Kehidupan Manusia (Lukas 1:1-45)
𝐂𝐀𝐓𝐀𝐓𝐀𝐍 𝐒𝐄𝐎𝐑𝐀𝐍𝐆 𝐀𝐇𝐋𝐈 𝐒𝐄𝐉𝐀𝐑𝐀𝐇

“Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.” (Lukas 1:1-4)

Kalimat-kalimat pembukaan dalam Lukas dalam Injil-Nya ini paling unik di antara ketiga Injil lainnya, karena hanya di sinilah penulis tampil memakai ungkapan “Aku”. Ada tiga hal yang patut di catat di sini.

(1) Di sini dipakai bahasa Yunani yang terbaik dalam Perjanjian Baru. Di sini Lukas memakai bentuk kata pengantar yang biasanya dipakai oleh seorang ahli sejarah kenamaan dari Yunani. Herodotus memulai dengan, “Inilah hasil-hasil penyelidikan Herodotus dari Halicarnassus.” Seorang ahli sejarah yang lebih kemudian, Dionysius dari Halicarnassus, mengatakan dalam permulaan buku sejarahnya, “Sebelum mulai menulis saya mengumpulkan informasi, sebagian dari mulut orang-orang terpelajar yang saya hubungi, dan sebagiannya lagi dari sejarah-sejarah yang ditulis oleh orang-orang Romawi yang ternama.” Demikianlah Lukas, ketika ia memulai kisahnya dalam bahasa Yunani yang paling indah, ia mengikuti model-model yang paling tinggi yang ada pada saat itu.

Seolah-olah Lukas mengatakan kepada dirinya sendiri, “Aku menuliskan suatu cerita yang paling agung dalam dunia ini dan inilah yang terbaik.” Beberapa naskah kuno merupakan hasil-hasil yang sangat indah, ditulis dengan tinta perak di atas kulit merah lembayung; dan sering kali apabila penulis tiba pada nama Allah atau Yesus, ia menuliskannya dengan tinta emas. 

Dr. Boreham bercerita mengenai seorang pekerja tua, yang setiap hari Jum;at malam mengambil dari upah yang diterimanya, mata uang yang paling baru dan paling mengkilat untuk persembahan di Gereja pada hari Minggu. Ahli sejarah ini, penulis dan pekerja tua itu mempunyai ide yang sama yaitu hanya yang terbaiklah yang layak untuk Yesus. Mereka senantiasa memberikan apa yang paling indah bagi Yang tertinggi itu.

(2) Jelas sekali bahwa Lukas tidak puas dengan cerita-cerita orang lain tentang Kristus. Ia harus menulis sendiri. Agama tidak pernah meru-pakan suatu barang bekas. Agama adalah suatu penemuan yang bersifat pribadi. Ada yang mengatakan bahwa keempat Injil itu penting, namun di samping semuanya itu terdapat Injil yang merupakan pengalaman pribadi. Lukas telah menemukan kembali Yesus Kristus bagi dirinya sendiri.

(3) Tidak ada bagian dalam Alkitab yang menyoroti ajaran tentang pengilhaman Alkitab. Tidak seorang pun akan menyangkal bahwa Injil Lukas adalah suatu dokumen yang diilhamkan; walaupun Lukas memulai tulisannya dengan mengatakan bahwa itu adalah hasil dari suatu penyelidikan sejarah yang seksama. 

Ilham Allah tidak datang kepada seseorang yang hanya melipat tangan, malas berpikir dan hanya menanti, melainkan kepada orang yang mencari dan berpikir menyelidiki. Ilham yang sejati terjadi ketika pikiran manusia yang sedang mencari itu bertemu dengan Roh Kudus yang menyingkapkan. Firman Allah diberikan, tetapi itu hanya diberikan kepada manusia yang mencarinya. “Carilah maka kamu akan memperolehnya.” (Matius 7:7).

𝐒𝐄𝐎𝐑𝐀𝐍𝐆 𝐀𝐍𝐀𝐊 𝐋𝐀𝐊𝐈-𝐋𝐀𝐊𝐈 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐃𝐈𝐉𝐀𝐍𝐉𝐈𝐊𝐀𝐍 (LUKAS 1:5-25)

Zakharia adalah seorang imam, yang termasuk kelompok Abia. Setiap keturunan Harun langsung secara otomatis menjadi imam. Itu berarti bahwa untuk tugas keimaman sehari-hari terdapat terlalu banyak imam. Karena itu, mereka dibagi-bagi dalam dua puluh empat rombongan. Hanya pada waktu Paskah, Pentakosta dan Pesta Tabernakel semua imam itu bertugas. Dalam setahun setiap rombongan melayani dua periode, tiap periode satu minggu lamanya. Imam-imam yang mencintai pekerjaan mereka menanti-nantikan minggu pelayanan ini sebagai sesuatu yang istimewa, dan merupakan kegembiraan tersendiri dalam hidup mereka.

Seorang imam hanya boleh menikah dengan seorang wanita dalam garis keturunannya yang sungguh-sungguh murni Yahudi. Suatu keuntungan besar apabila seorang imam dapat menikah dengan seorang wanita keturunan Harun, sebagaimana Elisabet, istri Zakharia.

Seluruhnya sekitar 20.000 imam, berarti setiap rombongan terdiri dari lebih kurang seribu orang. Dalam rombongan itu penentuan siapa yang akan bertugas ditentukan dengan undi. Setiap pagi dan petang korban dipersembahkan bagi seluruh bangsa. Korban bakaran terdiri dari domba jantan, yang berumur satu tahun, tanpa noda atau cacat, bersama-sama dengan korban daging yang dipersembahkan dengan tepung dan minyak, dan korban minuman yang terdiri dari anggur. Sebelum korban pada waktu pagi dan sesudah korban petang, dupa dibakar di atas altar dupa sehingga seakan-akan, korban dapat naik ke hadapan Allah terbungkus dalam bau harum dupa tersebut. 

Banyak kemungkinan adanya imam yang seumur hidupnya tidak beruntung mendapat kesempatan untuk mengorbankan dupa di hadapan Allah, karena itu apabila undi jatuh kepada seorang imam, maka hari itu merupakan hari yang sangat besar dalam hidupnya, hari yang dirindukan dan yang diimpi-impikannya. Pada hari itu undi jatuh pada Zakharia dan ia gemetar karena terharu atas keberuntungannya tersebut.

Tetapi ada tragedi dalam kehidupan Zakharia. Ia dan Elisabet tidak mempunyai anak. Rabbi-rabbi Yahudi mempunyai daftar dari tujuh orang yang dikucilkan dari hadapan Tuhan yang dimulai dengan, “Seorang Yahudi yang tidak mempunyai istri, atau seorang Yahudi yang mempunyai istri tetapi tidak mempunyai anak.” Kemandulan itu adalah alasan sah untuk bercerai. Karena itu, sama sekali tidak aneh, bahkan dalam hari yang besar ini, Zakharia, berpikir mengenai tragedi pribadinya itu dan berdoa untuk itu. Kemudian penglihatan yang mencengangkan muncul dan berita gembira disampaikan bahwa meskipun sudah tak ada lagi harapan, toh seorang anak akan lahir baginya.

Dupa dibakar dan persembahan disajikan dalam ruangan Maha kudus dari Bait Suci itu, Bilik para imam itu. Sementara korban dipersembahkan, umat berkerumun di bilik yang lain, yaitu Bilik Umat Israel. Adalah hak istimewa imam pada upacara korban petang hari untuk datang kepada susunan tangga di antara dua bilik tersebut (ruangan Maha kudus dan Bilik Umat) sesudah dupa dibakar untuk menyampaikan berkat bagi Umat Israel. 

Orang-orang yang sedang menunggu itu heran karena Zakharia begitu lama di dalam kamar pembakaran korban tersebut. Ketika ia keluar dari bilik itu ia tidak dapat berbicara alias bisu dan amat tahu bahwa ia telah mendapat suatu penglihatan. Karena itu, dalam sukacita tanpa kata-kata ini, Zakharia menyelesaikan tugas mingguannya dan pulang ke rumahnya, dan kemudian amanat Allah menjadi nyata. Elisabet tahu bahwa ia akan mengandung dan mempunyai anak.

Satu hal ditandaskan di sini, bahwa dalam rumah Allah amanat Allah datang kepada Zakharia. Dapat saja kita menginginkan agar amanat Allah datang kepada kita. Dalam sandiwara Shaw yang berjudul “Saint Joan”, Joan mendengar suara Allah. Dauphin itu diganggu, ”Oh, suaramu, suaramu,” ia katakan, “Mengapa suara itu tidak datang kepadaku?” “Akulah raja bukan kau.” “Suara-suara itu datang kepadamu,” kata Joan, “tetapi Anda tidak mendengarnya. Anda tidak berada dalam lapangan pada waktu sore-sore untuk mendengarnya. 

Ketika tanda untuk berdoa dibunyikan Anda sedang tidur dan karena itu tidak mendengarnya; tetapi jikalau Anda berdoa dengan segenap hati, dan mendengarkan gema lonceng itu setelah dibunyikan, maka Anda akan mendengar suara yang kudengar itu.” Joan menyediakan diri untuk mendengar suara Allah. Zakharia berdoa dalam Bait Suci menanti-nantikan Allah. Suara Allah datang kepada mereka yang bersedia mendengarnya – seperti Zakharia dalam rumah Allah.

𝐀𝐌𝐀𝐍𝐀𝐓 𝐀𝐋𝐋𝐀𝐇 𝐊𝐄𝐏𝐀𝐃𝐀 𝐌𝐀𝐑𝐈𝐀 (LUKAS 1:26-38)

Maria bertunangan dengan Yusuf. Pertunangan biasanya berlangsung selama setahun dan merupakan ikatan yang agak sama seperti pernikahan. Pertunangan itu hanya dapat dibatalkan oleh perceraian. Seandainya pria tunangan wanita itu meninggal dunia, maka secara hukum ia adalah seorang janda. Ungkapan yang dipakai terdengar agak aneh, “seorang perawan yang adalah seorang janda.”

Dalam bagian ini kita diperhadapkan dengan sesuatu yang sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran tentang iman Kristen – Kelahiran dari seorang perawan. Gereja tidak mengatakan bahwa kita mempercayai ajaran ini. Baiklah kita meninjau alasan-alasan untuk menerima maupun menolak ajaran ini, dan kemudian kita memutuskan sendiri.

Ada dua alasan utama untuk menerima ajaran ini.

[1] Makna harfiah dari bagian ini, dan juga Matius 1:28-37 sangat jelas menyatakan bahwa Yesus dilahirkan tanpa seorang ayah insani.

[2] Adalah wajar untuk mempertahankan pendapat bahwa jika Yesus sebagaimana kita yakini, adalah seorang pribadi yang unik, maka tentunya dengan cara yang unik pula Ia masuk ke dalam dunia ini.

Sekarang marilah kita perhatikan hal-hal yang mungkin akan mengherankan bagi kita jika cerita mengenai kelahiran dari anak dara itu dipahami secara harfiah sebagaimana biasanya.

(a) Silsilah Yesus baik dalam Injil Lukas maupun dalam Injil Matius (Lukas 3:28-38; Matius 1:1-17) mengikuti silsilah Yusuf. Jadi aneh jika Yusuf bukan ayah-Nya.

(b) Ketika Maria mencari-cari Dia, sementara Yesus berdiskusi dalam Bait Suci, Maria berkata kepada-Nya, “Bapamu dan aku dengan cemas mencari engkau.” (Lukas 2:48). Sebutan bapa dengan pasti diberikan oleh Maria kepada Yusuf.

(c) Berulang-ulang Yesus diacu sebagai putra Yusuf (Matius 13:55; Yohanes 6:42).

(d) Kitab-kitab lainnya dalam Perjanjian Baru tidak mengenai kelahiran dari anak dara itu. Meskipun dalam Galatia 4:4 Paulus berkata-kata tentang Yesus sebagai “yang dilahirkan dari seorang wanita.” Tetapi inilah ungkapan yang lazim bagi setiap manusia yang fana (Band. Ayub 14:4; 15:14; 25:4).

Tetapi marilah kita bertanya, “Apabila kita tidak memahami hal kelahiran dari anak dara ini, lalu bagaimana timbulnya cerita itu?” Ada peribahasa Yahudi yang mengatakan bahwa pada setiap anak selalu ada tiga yang terlibat – bapa, ibu dan Roh Allah. Mereka yakin bahwa seorang anak tidak akan dilahirkan tanpa Roh Kudus. Ada kemungkinan bahwa cerita-cerita Perjanjian Baru mengenai kelahiran Yesus diungkapkan dalam kata-kata indah, yang secara puitis dikatakan bahkan kalaupun ia mempunyai seorang ayah manusiawi, Roh Kudus tetap bekerja dalam kelahiran-Nya secara unik.

Dalam hal ini kita dapat memutuskan sendiri. Kita dapat menerima ajaran harfiah mengenai kelahiran dari seorang perawan; tetapi biasa juga kita lebih suka untuk memahaminya sebagai suatu cara yang indah untuk menekankan kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan keluarga.

Penyerahan diri Maria merupakan sesuatu yang sangat indah. “Apa pun yang dikatakan Allah, saya menerimanya.” Maria telah belajar untuk melupakan doa duniawi yang lazim – “Kehendak-Mu berubahlah” – dan mengucapkan suatu doa agung –“Kehendak-Mu jadilah.”

𝐏𝐀𝐑𝐀𝐃𝐎𝐊𝐒 𝐃𝐀𝐑𝐈 𝐊𝐄𝐁𝐀𝐇𝐀𝐆𝐈𝐀𝐀𝐍 (LUKAS 1:39-45)

Ini seperti lirik suatu lagu mengenai kebahagiaan Maria. Di mana pun tidak kita temukan suatu paradoks kebahagiaan yang lebih baik daripada yang terjadi dalam kehidupannya. Kepada Maria dikaruniakan kebahagiaan untuk menjadi ibu dari anak Allah. Hatinya dipenuhi dengan sukacita oleh karena hak istimewa yang besar itu. Namun berkat yang besar itu juga merupakan pedang yang menusuk hatinya. Itu berarti bahwa pada suatu saat ia akan menyaksikan putranya tergantung di kayu salib.

Dipilih Allah sering kali berarti mahkota sukacita dan sekaligus salib dukacita pada saat yang sama. Allah tidak memilih seseorang untuk suatu kesuksesan yang mudah dan menyenangkan untuk diri sendiri, tetapi untuk suatu tugas yang harus dilaksanakan dengan segenap hati dan usaha. Allah memilih seseorang untuk dipakai-Nya.

Ketika Joan dari Arc mengetahui saat kematiannya sudah dekat ia berdoa,“ Aku hanya mempunyai waktu sampai akhir tahun ini, manfaatkanlah aku seberapa Engkau bisa memanfaatkan aku.” Ketika hal itu diwujudkan, maka dukacita dan kesulitan-kesulitan dalam melayani Allah bukan lagi perkara-perkara yang perlu diratapi; melainkan justru merupakan kemuliaan, karena semuanya diderita bagi Allah.

Setelah Richard Cameron, si penyanyi, ditangkap oleh serdadu-serdadu berkuda itu mereka membunuhnya. Lalu tangannya yang indah itu dipotong dan dikirimkan kepada ayahnya dengan pesan apakah ia mengenali tangan-tangan tersebut. “Ini tangan putraku,” katanya, “anakku sendiri yang kekasih. Kehendak Allah adalah baik dan tidak pernah salah bagiku atau milikku.” Bayang-bayang kehidupan diterangi oleh pengertian bahwa semua itu ada dalam rencana Allah. Seorang suci Spanyol berdoa bagi umatnya, “Kiranya Allah meniadakan sampai bagimu dan memberikan dikau kemuliaan.” Seorang pengkhotbah modern mengatakan, “Yesus Kristus datang bukan untuk membuat kehidupan ini mudah melainkan untuk membuat manusia agung.”

Adalah suatu paradoks bahwa seorang manusia pada saat yang sama dianugerahi sukacita yang maha besar dan sekaligus dukacita yang maha besar pula. Amin
Next Post Previous Post