4 Makna Doa Bagi Martin Luther

Pendahuluan:

Dalam pemahaman Martin Luther terhadap doa, terdapat empat dimensi makna yang menggambarkan kehidupan seorang percaya. Sebagai tokoh teologi, gembala, dan Reformator, Luther menjelaskan bahwa doa bukan sekadar percakapan dengan Tuhan, melainkan juga merupakan tindakan penghormatan terhadap nama-Nya, sebuah kewajiban rohani, dan bahkan dianggap sebagai pekerjaan yang terberat. Dalam konteks ini, makalah akan mengulas secara singkat empat aspek makna doa menurut Luther, yang membentuk landasan penting bagi praktik doa yang tepat bagi orang percaya.
4 Makna Doa Bagi Martin Luther
Makna Doa

Pengertian atau makna doa yang benar diperlukan untuk mendasari pelaksanaannya yang tepat. Menurut teologi doa Luther setidaknya ada empat makna doa bagi kehidupan orang percaya, keempat makna doa ini ditunjukkan dalam hidup dan pelayanannya sebagai teolog, gembala, dan reformator.

1. Pertama, bagi Luther doa adalah percakapan dengan Allah atau komunikasi dengan Allah, ia menjelaskan, “to pray is simply to call upon God’s holy name.” Robert Kolb dan Charles P. Arand menjelaskan pandangan Luther tersebut demikian,

Prayer is the conversation of the dependent and trusting child, who is eager to voice both thanks and requests with the loving Father, who in turn is eager to hear from his children.

Berbicara kepada Tuhan atau berdoa menurut Luther merupakan hak istimewa yang diberikan Allah kepada orang percaya, Luther mengatakan

To speak to God means to pray; this is indeed a great glory that the high majesty of heaven should stoop to us poor worms and permit us to open our mouths to him . . . but it is still more glorious and more precious that he should speak to us and that we should hear him.

Jadi bagi Luther dalam berdoa orang percaya bukan hanya memiliki hak istimewa berbicara kepada Allah yang mulia, tapi juga hal yang lebih mulia lagi adalah mendengarkan Allah yang mulia berbicara kepada orang percaya. Kesediaan Allah mendengarkan dan menjawab doa orang percaya merupakan anugerah yang benar-benar besar dan mulia bagi manusia yang hina.

2. Kedua, berdoa bagi Luther merupakan suatu tindakan menghormati nama Tuhan.

Luther menemukan makna doa ini pada saat ia mempelajari hukum kedua dari Sepuluh Hukum Allah. Luther berpendapat bahwa hukum kedua yang melarang orang menyebut nama Tuhan dengan sembarang juga secara bersamaan merupakan hukum yang memerintahkan orang untuk menghormati nama Tuhan.

Luther mengatakan demikian: “We are to fear and love God, so that we . . . instead use the very name in every time of need to call on, pray to, praise, and give thanks to God.” Pemahaman Luther ini dibangun di atas penafsiran bahwa menurutnya makna suatu teks Alkitab yang tersurat menyatakan juga makna sebaliknya, atau yang bertentangan dengan teks tersebut secara tersirat. Wengert menjelaskan pemikiran Luther tersebut,

If a text forbids something, it means God is promoting the opposite. If a text promises something, it also means it is excluding something harmful. Regarding the explanations to the commandments . . . this meant for Luther that negative commandments had a positive side and vice versa.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang yang tidak berdoa berarti tidak menghormati nama Tuhan, karena doa adalah wujud penghormatan kepada nama Tuhan. Perintah kedua bukan hanya melarang orang menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, tetapi sekaligus memerintah orang untuk menghormati nama Tuhan.

3. Ketiga, doa merupakan kewajiban atau tanggung jawab.

Luther secara tegas menyatakannya demikian, “it is our duty to pray.” Ia mendasarkan pengertian ini juga kepada perintah Allah, “Prayer is obligatory because ‘God has commanded it.” Dengan demikian, tidak berdoa merupakan dosa yang serius dan memiliki konsekuensi hukuman yang sama beratnya dengan hukuman karena berzina, membunuh, atau menyembah berhala

Prayer, therefore, is as strictly and solemnly commanded as all the other commandments (such as having no other God, not killing, not stealing, etc.) lest anyone thinks it makes no difference whether I pray or not, as vulgar people do who say in their delusion: “Why should I pray? Who knows whether God pays attention to my prayer or wants to hear it?

Karena itu, Luther menulis, “From the fact that prayer is so urgently commanded, we ought to conclude that we should by no means despise our prayers, but rather prize them highly

Berpijak pada uraian di atas, maka pengertian doa sebagai berseru kepada Allah dengan doa sebagai menghormati nama Allah dan sebagai kewajiban dapat menimbulkan kesalahpahaman terhadap pandangan Luther tersebut. Kesalahpahaman dapat berupa dugaan bahwa Luther tidak mementingkan ketulusan, dan kesungguhan hati orang yang berdoa. Oleh karena itu Luther juga menegaskan bahwa doa tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan manusia.

Wengert menulis, “Luther linked need with prayer.” Dalam hal ini, tampak Luther menunjukkan alasan, mengapa doa adalah suatu keharusan sekaligus kesungguhan hati. Oleh karena itu, doa merupakan kebutuhan orang percaya.

Luther bahkan memandang doa sebagai nafas kehidupan orang percaya. Ia mengatakan, “To be a Christian without prayer is no more possible than to be alive without breathing.” Pengertian ini menunjukkan bahwa doa merupakan kebutuhan pokok orang percaya. Doa sebagai kebutuhan orang percaya merangkum ketiga makna tentang doa sebelumnya sebagai kebutuhan orang percaya. Melalui doa orang percaya belajar menyadari bahwa kebutuhannya yang hakiki adalah untuk berseru kepada nama Tuhan; untuk menghormati nama Tuhan; dan untuk bertanggung jawab kepada Tuhan

4. Keempat, doa merupakan pekerjaan yang terberat.

Doa adalah sesuatu yang mustahil dilakukan oleh manusia secara alamiah. Manusia harus mengalami anugerah keselamatan untuk mampu berdoa. Luther mengatakan bahwa doa hanya dapat dikerjakan oleh orang percaya saja, “for before we are Christians and believe, we know neither for what nor how we are to pray.” Orang yang tidak percaya tidak dapat berdoa sama sekali.

Doa orang-orang yang tidak percaya bukanlah doa, melainkan cemoohan kepada Allah, karena menurut Luther, doa mereka tidak berdasarkan anugerah di dalam Kristus, tetapi berdasarkan apa yang dianggap oleh mereka sebagai jasa diri dan kelayakan diri.

Dengan demikian, bagi Luther, doa adalah the hardest work of all . . . a labor above all labors, since he who prays must wage a mighty warfare against the doubt and murmuring excited by the faintheartedness and unworthiness we feel within us

Kedagingan atau natur berdosa adalah penghalang utama doa, sedangkan selama di dunia orang percaya masih memiliki kedagingan atau natur berdosa. Luther memandang bahwa, “the Christian is a person who is simul justus et peccator (simultaneously righteous and sinful).” Realitas ini menyebabkan doa merupakan suatu perjuangan yang berat.

Alasan lain Luther memandang doa sebagai pekerjaan yang terberat, karena ia tahu betapa berat tuntutan rohaninya untuk berdoa. Menurutnya, doa merupakan pekerjaan yang lebih berat dari pada berkhotbah dan pekerjaan-pekerjaan lain di dalam gereja.

Luther berargumen demikian, When we are preaching the Word, we are more passive than active; God is speaking through us, and our teaching is His work. This is the reason why [prayer] is also very rare.

Baca Juga: Doa dan Kerja Menurut Luther

Khotbah atau mengajar merupakan sarana yang Allah gunakan untuk menyampaikan kehendak-Nya, sehingga sebenarnya Allah yang berbicara dan orang yang berkhotbah atau mengajar lebih pasif daripada aktif. Sedangkan doa menuntut orang yang berdoa untuk mencurahkan seluruh perhatiannya dalam iman kepada Allah, karena ia menentang kedagingan atau natur berdosanya yang selalu berusaha menghalanginya berdoa. Dengan demikian doa lebih menuntut secara rohani daripada berkhotbah. Bahkan khotbah akan menjadi berkuasa dan berdampak setelah pengkhotbah bergumul dalam doa.

Kesimpulan:

Dalam pandangan Martin Luther, doa bukan sekadar aktifitas spiritual, melainkan merangkum empat makna esensial: sebagai percakapan dengan Tuhan, tindakan penghormatan terhadap nama-Nya, kewajiban rohani, dan pekerjaan yang terberat. Doa bukan hanya hak istimewa berbicara kepada Allah, tetapi juga memperlihatkan penghormatan dan ketaatan. 

Bagi Luther, melibatkan diri dalam doa adalah tugas penting yang sama seriusnya dengan perintah-perintah rohani lainnya. Dengan pemahaman ini, praktik doa menjadi landasan kuat bagi kehidupan spiritual seorang percaya, mencerminkan keterhubungan yang dalam dengan Tuhan serta kebutuhan terus-menerus akan anugerah-Nya
Next Post Previous Post