Mengenal Kristus: Kekayaan yang Sejati dan Perubahan Nilai Hidup (Filipi 3:4-9)

Pendahuluan

Apa yang paling berharga dalam hidup kita? Seberapa berharganya hingga kita bersedia kehilangan segalanya demi meraihnya? Teks Filipi 3:4-9 kita hari ini mengajarkan bahwa mengenal Kristus secara pribadi dan benar adalah kekayaan yang paling berharga. Mereka yang memahami nilai ini pasti bersedia mengorbankan segalanya demi memperolehnya.
Mengenal Kristus: Kekayaan yang Sejati dan Perubahan Nilai Hidup (Filipi 3:4-9)
Pride Fisik (Filipi 3:4-6) 

Apa yang Paulus tulis di bagian ini tidak dapat dipisahkan dari situasi aktual yang dihadapi jemaat Filipi, yakni kehadiran pengajar sesat dengan latar belakang Yahudi. Mereka berusaha menerapkan praktik-praktik keagamaan lama, mengajarkan bahwa keselamatan dan kasih Allah tergantung pada ritual-ritual tertentu, seperti sunat dan ketaatan legalistik terhadap Taurat (lihat Filipi 3:2). Mereka juga mendukung tradisi Yahudi mereka.

Dengan menyebut semua prestasinya di Filipi 3:4b-6, Paulus ingin menunjukkan bahwa dia mampu bersikap bangga terhadap pencapaian-pencapaian fisiknya (Filipi 3:4a "Meskipun aku memiliki alasan untuk mempercayai hal-hal lahiriah"). Lebih dari itu, dia memiliki alasan yang lebih kuat dan lebih baik dibandingkan pengajar sesat tersebut (Filipi 3:4b "Jika ada orang lain yang berpikir dapat mempercayai hal-hal lahiriah, aku lebih lagi"). Jika keselamatan dan kasih Allah ditentukan oleh pencapaian-pencapaian yang dibanggakan oleh mereka, maka Paulus dapat dianggap sebagai yang terdepan.

Ketika menjelaskan kehebatannya secara fisik, Paulus membagi prestasinya menjadi dua kelompok: yang diterima (pasif) dan yang dicapai (aktif). Pembedaan ini penting untuk ditekankan. Beberapa orang mungkin kalah hanya karena kesombongan terkait dengan prestasi yang tidak mereka usahakan, seperti penampilan fisik, kekayaan keluarga, atau bakat alamiah. Paulus memiliki kelebihan pasif empat kali lipat: disunat pada hari kedelapan, keturunan Israel, dari suku Benyamin, dan seorang Ibrani asli (Filipi 3:5a).

Istilah "dari keturunan Israel" lebih mengacu pada etnis daripada kewarganegaraan. Masyarakat Yahudi sangat menghargai kemurnian rasial, dan ini merupakan faktor penting dalam hubungan antarbangsa di kalangan mereka. Selanjutnya, Paulus menjelaskan bahwa dia berasal dari suku Benyamin (Filipi 3:5a), sebuah keturunan yang memiliki kedudukan unik dalam sejarah Israel. Terakhir, dia menekankan statusnya sebagai "orang Ibrani asli" (3:5a), menunjukkan bahwa dia tumbuh dalam budaya Ibrani yang ketat meskipun lahir di tempat lain.

Di luar semua prestasi yang diterimanya secara pasif, Paulus juga mencapai berbagai hal dengan usahanya. Dalam Filipi 3:5b-6, dia hanya menyebutkan tiga pencapaian utama: menjadi seorang Farisi, mengejar dan menganiaya jemaat, dan ketundukan tanpa cela pada Taurat.

Pride yang Sejati (Filipi 3:7-9) 

Kata "tetapi" di awal Filipi 3:7 menunjukkan perubahan pandangan dari masa lalu ke saat ini. Masa lalu Paulus tetap sama, tetapi perspektifnya telah berubah.  Filipi 3:7-9 menggambarkan perubahan nilai secara progresif dari "apa yang dulunya dianggap keuntungan" (Filipi 3:7a) menjadi "segala sesuatu" (Filipi 3:8a), dan dari kebanggaan menjadi kerugian dan bahkan sampah (Filipi 3:7b-8b).

Perubahan nilai ini terjadi karena pengenalan Kristus. Pengenalan tentang Kristus dianggap lebih mulia daripada segala sesuatu (Filipi 3:8b). Ini bukan hanya pengetahuan intelektual, melainkan hubungan personal dengan Kristus. Menurut Paulus, segala hal yang menghalangi pandangan pada Kristus harus dilepaskan dan dianggap sebagai sampah.

Baca Juga: 3 Resep Hidup Bermakna dalam Kristus: Filipi 2:1-11

Paulus menekankan bahwa usaha untuk melepaskan semua itu harus dimulai dengan pengakuan bahwa kebenaran Kristus, yang diterima melalui iman, adalah dasar yang lebih kokoh daripada segala prestasi pribadi (Filipi 3:9b). Kita tidak dianggap benar oleh Allah karena usaha kita sendiri, melainkan melalui karya Kristus. Dengan demikian, kita dapat bersikap bangga dalam kebenaran Kristus yang kita terima secara beranugerah melalui iman, bukan melalui usaha kita sendiri.

Kesimpulan

Kita memahami bahwa kekayaan sejati dalam hidup tidak dapat diukur oleh pencapaian atau kebanggaan fisik semata. Melalui pengalaman Paulus di Filipi 3:4-9, kita belajar bahwa mengenal Kristus secara pribadi dan mendalam adalah harta yang tak ternilai. Perubahan nilai dari dunia material ke kebenaran Kristus membawa pemahaman bahwa segala sesuatu yang dianggap berharga tanpa Kristus sebenarnya hanyalah kerugian. Dengan melepaskan segala hal yang menghalangi pandangan kita pada Kristus, kita dapat merasakan kekayaan sejati dalam persekutuan dengan-Nya, membiarkan kebenaran-Nya menjadi dasar kebanggaan hidup kita
Next Post Previous Post