Mengorbankan Diri demi Kasih dan Pelayanan: Filipi 2:25-30

Pendahuluan:

Dalam pembahasan Filipi 2:25-30, kita diberikan gambaran tentang pengorbanan dan kerelaan untuk mengorbankan diri demi kepentingan orang lain. Pada fokus khotbah ini, kita akan menjelajahi karakteristik Epafroditus, seorang tokoh yang memperlihatkan kesediaan untuk mengambil risiko dan memprioritaskan kepentingan jemaat Filipi di atas dirinya sendiri. Mari kita memahami nilai-nilai kebajikan dalam tindakan mengurbankan diri dan mempertimbangkan panggilan untuk mengedepankan kepentingan orang lain dalam setiap langkah kehidupan kita.
Mengorbankan Diri demi Kasih dan Pelayanan: Filipi 2:25-30
1. Ciri-ciri Orang yang Mendahulukan Kepentingan Orang Lain

Pertama, seseorang yang mendahulukan kepentingan orang lain tidak akan mengecewakan kepercayaan orang lain. Epafroditus, dalam melaksanakan tugasnya untuk jemaat Filipi, menghadapi kondisi yang sulit dan hampir mati karena sakit (Filipi 2:27, 30).

Waktu terjadinya penyakitnya sulit dipastikan, tetapi frasa "mempertaruhkan nyawanya" (Filipi 2:30) mengindikasikan bahwa Epafroditus memiliki opsi untuk membatalkan tugasnya. Meskipun sakit di tengah perjalanan, dia memilih untuk menyelesaikan misi tersebut, menyadari besarnya kepercayaan yang diberikan oleh jemaat Filipi.

Kedua, seseorang yang mendahulukan kepentingan orang lain harus peka terhadap perasaan orang lain. Epafroditus merindukan jemaat Filipi dan bersusah hati, bukan hanya karena penyakitnya, melainkan karena tidak ingin menyusahkan mereka. Sikap serupa ditunjukkan oleh Paulus, yang memulangkan Epafroditus lebih awal untuk menghibur jemaat Filipi.

Pelajaran dari kisah ini adalah pentingnya memperhatikan perasaan dan kepentingan orang lain dalam relasi. Mementingkan diri sendiri dapat merusak hubungan, sementara berkurban untuk orang lain adalah tanda relasi yang sehat.

2. Upah Bagi Mereka yang Mementingkan Orang Lain

Meskipun mengurbankan diri bagi orang lain mungkin dianggap kebodohan oleh sebagian, Alkitab mengajarkan sebaliknya. Tindakan ini sejalan dengan pengosongan diri Tuhan Yesus (Filipi 2:5-8), yang dianggap agung.

Paulus memberikan pujian dan penghargaan kepada Epafroditus, menyebutnya saudara, teman sekerja, dan teman seperjuangan. Epafroditus layak dihormati karena komitmennya dalam pelayanan dan kesiapannya mengambil risiko.

Begitu juga, kita diajak untuk meneladani sikap mementingkan orang lain seperti yang ditunjukkan oleh Epafroditus. Karya penebusan Kristus harus menjadi dorongan bagi kita untuk terus-menerus mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan diri sendiri.

3. Memahami Nilai Kebajikan dalam Mengurbankan Diri

Mengurbankan diri demi orang lain bukanlah tindakan kebodohan, melainkan kebajikan. Alkitab mengajarkan bahwa tindakan ini sejalan dengan karakter Tuhan Yesus yang rela menjadi manusia, bahkan sampai merenggut kematian yang hina (Filipi 2:5-8). Meniru-Nya adalah suatu kehormatan.

Paulus memberikan penghargaan tinggi terhadap perbuatan Epafroditus. Penilaian positif ini terlihat dalam sebutan yang digunakan, seperti "saudara," "teman sekerja," dan "teman seperjuangan." Kata-kata ini mencerminkan hubungan erat Epafroditus dengan jemaat Filipi dan keterlibatannya dalam pelayanan.

Perlu diingat bahwa tindakan baik tidak selalu dihargai oleh semua orang, dan beberapa mungkin menganggapnya sia-sia. Namun, Alkitab mengajarkan bahwa mengurbankan diri demi orang lain adalah tindakan terpuji. Kita, seperti Epafroditus, diundang untuk mengambil bagian dalam kebajikan ini, mengikuti teladan Yesus.

4. Tantangan dan Panggilan untuk Mengedepankan Kepentingan Orang Lain

Kita dihadapkan pada tantangan untuk mengedepankan kepentingan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan diajukan: apakah kita bersedia membayar harga untuk menjaga kepercayaan dan perasaan orang lain? Kita diingatkan bahwa penebusan Kristus harus menjadi dorongan bagi kita.

Baca Juga: Pengenalan Kristus: Sifat, Cara, dan Tujuannya (Filipi 3:10-11)

Sebagai umat Kristus, kita dipanggil untuk mementingkan kepentingan orang lain di atas diri sendiri. Dalam dunia yang cenderung egois, sikap ini menjadi terang yang menyala bagi nilai-nilai Kerajaan Allah. Ketika kita mengedepankan kepentingan orang lain, kita juga dapat menemukan kebahagiaan dan kedamaian dalam relasi.

Kesimpulan

Kisah Epafroditus mengajarkan kita tentang pentingnya mengedepankan kepentingan orang lain, mempertahankan kepercayaan, dan memiliki kepekaan terhadap perasaan sesama. Tindakan di Filipi 2:25-30 mengorbankan diri yang dilakukan Epafroditus mendapatkan penghargaan dari Paulus, mencerminkan nilai-nilai kebajikan dalam iman Kristen. 

Tantangan pun dihadirkan untuk terus meneladani teladan Yesus Kristus, yang mengosongkan diri-Nya untuk kasih dan pelayanan. Sebagai umat Kristus, kita diajak untuk menghidupi nilai-nilai ini, menjadikan cinta dan pengorbanan sebagai dasar hubungan kita dengan sesama.
Next Post Previous Post