3 Resep Hidup Bermakna dalam Kristus: Filipi 2:1-11

Pendahuluan:

Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, Rasul Paulus memberikan resep-resep berharga untuk hidup yang penuh makna dan bermakna dalam Kristus. Surat Filipi 2:1-11 ini menggambarkan panggilan untuk hidup bersatu dalam Kristus, meneladani karakter-Nya, dan mengangkat nama-Nya dalam segala aspek kehidupan. Melalui panduannya, Paulus mengajak kita untuk menaklukkan virus egoisme, populisme, dan kesombongan yang dapat meracuni hidup kita. Mari kita telusuri bersama pesan inspiratif dari Surat Filipi ini, karena di dalamnya terdapat kunci-kunci berharga untuk membimbing kita menuju kehidupan yang sesuai dengan kehendak Tuhan.
3 Resep Hidup Bermakna dalam Kristus: Filipi 2:1-11
Resep Pertama: Hidup dalam Kristus (Filipi 2:1-4). 

Rasul Paulus menyatakan, "Filipi 2:1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, Filipi 2:2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan" (Filipi 2:1-2).

Di dalam Kristus, kita bersatu. Kristus menyatukan orang percaya dengan Allah. Kematian-Nya merobohkan tabir dari dalam Bait Suci dari atas sampai ke bawah (Markus 15:38). Di dalam Kristus, tidak ada lagi penghalang antara kita dan Allah. Dia adalah Imam Besar, pengantara abadi antara kita dan Allah. Selain itu, di dalam Kristus, kita juga bersatu dengan sesama. Kristus menyatukan orang yang berbeda. Dia menghancurkan dinding pemisah, yaitu permusuhan (Efesus 2:14). Oleh karena itu, di dalam Kristus, kita bersatu dengan Allah dan dengan sesama percaya (gereja).

Paulus juga mengingatkan kita bahwa di dalam Kristus terdapat nasihat, penghiburan kasih, persekutuan Roh, kasih mesra, dan belas kasihan. Pertanyaannya adalah: Apakah kita masih memperhatikan nasihat-Nya? Di tengah kesusahan, apakah kita masih menemukan penghiburan kasih-Nya? Apakah kita masih dikuatkan oleh persekutuan Roh Kudus? Apakah kita masih merasakan kasih mesra dari Tuhan? Jika tidak, mengapa? Mungkin karena kita tidak lagi benar-benar hidup dalam Kristus. Mungkin kita tidak lagi memperhatikan suara-Nya. Mungkin kita lebih suka dengan kebisingan dunia ini.

Jelas bahwa Yesus mengatakan kita tidak akan berbuah jika kita tidak tinggal di dalam-Nya (Yohanes 15:4), bahwa di luar Dia kita tidak dapat melakukan apa pun (Yohanes 15:4-5). Yesus mengatakan, "Jika kamu tinggal di dalam Aku dan perkataan-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya" (Yohanes 15:7), dan Yesus juga mengatakan, "Tinggallah di dalam kasih-Ku. Jika kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku" (Yohanes 15:9-10).

Nabi Yesaya dipanggil oleh Allah untuk menyampaikan pesan-Nya kepada bangsa Israel. Seringkali ia ditolak dan diperlakukan dengan sulit, bahkan oleh saudara sebangsa yang dikasihinya. Namun, Yesaya tetap teguh pada panggilannya. Rahasianya apa? Yesaya bersaksi, "Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid" (Yesaya 50:4). Yesaya mengingatkan kita akan hubungan erat antara apa yang kita katakan/lakukan dengan apa yang kita dengarkan/pelajari. Yesaya memilih membuka telinganya dengan baik-baik untuk mendengarkan suara Tuhan. Dari situlah dia tetap teguh dalam panggilannya memberikan pengharapan kepada yang letih lesu.

Kita juga perlu memahami ungkapan Paulus di ayat ke-2, "Lengkapilah sukacitaku dengan ini...". Sukacita Paulus adalah sukacita Tuhan. Paulus hidup dengan erat bersatu dengan Kristus – apa yang diinginkan Kristus, itulah yang dilakukan Paulus, dan apa yang dirasakan Kristus, itulah yang dirasakan oleh Paulus. Dengan kata lain, inilah sukacita Tuhan ketika kita, umat-Nya, hidup bersatu pikir, dengan satu kasih, satu jiwa, dan satu tujuan (ayat 1-2). Inilah resep pertama dari Tuhan untuk mengatasi virus egoisme, populisme, dan kesombongan: hiduplah dalam Kristus.

Resep Kedua: Hidup seperti Kristus (Filipi 2:5-8). 

"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama , menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus" (Filipi 2:5). Di sini, Paulus menasihati kita untuk berpikir dan merasa seperti Kristus. Dia "yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan" (Filipi 2: 6). Bagi Kristus, yang terpenting bukanlah pendapatku, pendapatmu, atau pendapat orang lain; tetapi yang terpenting adalah mewujudkan misi Allah, yaitu memulihkan gambar dan rupa Allah dalam diri setiap manusia, itulah yang harus dikedepankan. Yesus rela membayar harga yang mahal untuk itu.

Kristus juga "telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia" (Filipi 2:7). Predikat "hamba" merujuk kepada orang yang hidupnya hanya untuk melayani kebutuhan orang lain. Seseorang yang tidak lagi fokus pada kepentingan dirinya sendiri. Bukan saja rela menjadi hamba dan menjadi sama dengan manusia. Bahkan, "dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib" (Filipi 2: 8).

Jiwa inilah yang perlu selalu berkobar di dalam hati kita, orang-orang Kristen; jiwa yang rela berkorban, seperti Juruselamat kita, Yesus Kristus. Di sini ada sebuah teguran bagi saya, dan mungkin juga bagi Anda. Betapa mudahnya kita terjebak dan bertengkar karena perkara-perkara kecil yang tidak signifikan dalam hidup bersama kita. Kita bisa meributkan banyak hal, tetapi kemudian melupakan kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan Kerajaan Allah.

Mari kita mengevaluasi hidup kita selama ini. Apakah kita semakin hari semakin rendah hati? Apakah kita dengan rendah hati menerima kesalahan yang kita buat, atau cenderung melemparkannya kepada orang lain? Apakah kita mudah tersinggung oleh ide atau perkataan orang lain? Apakah kita tetap dengan rendah hati mendukung program-program gereja walaupun kita tidak lagi menjabat di dalamnya?

Saudara yang terkasih, kita bisa mengatasi perbedaan kita, dan kita bisa menyelesaikan persoalan kita; bila kita memiliki pikiran dan jiwa Kristus. Mari kita teladani kerendahan hati Kristus dalam pelayanan kita. Mari kita tunaikan pelayanan kita dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pikiran dan perasaan Kristus.

Resep Ketiga: Hidup untuk Kristus (Filipi 2:9-11). 

Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama yang di atas segala nama, supaya di dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa!" (Filipi 2:9-11).

Ayat-ayat ini berbicara tentang hasrat dan motivasi terdalam yang seharusnya ada di dalam hati setiap pengikut Kristus. Perhatikan ayat ke-9: "Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia". Jika Allah saja sangat meninggikan Yesus, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak meninggikan Yesus dalam hidup kita. Meninggikan nama Tuhan seharusnya menjadi motivasi terdalam kita untuk hidup. Ingat, saudara, meninggikan nama Tuhan, bukan meninggikan nama kita; bukan pula meninggikan nama gereja kita.

"Demi kehormatan nama Kristus" seharusnya menjadi semangat kita dalam menjalani kehidupan kita. Tidak ada semangat yang lebih kuat daripada kerinduan agar Kristus diberi kehormatan yang layak bagi nama-Nya. Yesus Kristus layak untuk kita tinggikan. Setiap kita dipanggil untuk memiliki, menjaga, dan menghormati semangat ini; semangat "demi kehormatan bagi nama Yesus." Pertanyaannya: Adakah nama Yesus digemari orang karena melihat hidup kita? Ataukah nama itu justru dicemari oleh tingkah laku kita?

Setiap kita bisa merasa sedih, marah, dan kecewa oleh banyak hal. Tapi semuanya itu tidak boleh membuat kita berhenti untuk berkarya bagi Tuhan. Mungkin sikap, kata, dan perlakuan sesama membuat kita lemah, tapi kita harus tetap bangkit dan bersikap positif demi menjaga kehormatan nama Tuhan.

Marilah kita bersepakat dengan firman Allah bahwa kita mau sungguh-sungguh tinggal di dalam Yesus, lebih sungguh lagi meneladani karakter Kristus, dan meninggikan Kristus dalam setiap aspek hidup kita. Jika kita melakukannya, tak ada lagi ruang bagi virus egoisme, populisme, kesombongan. Tak ada lagi medium tempat virus-virus itu dapat bercokol, karena seluruh hidup kita sudah menjadi panggung kemuliaan Allah. Tuhan memberkati kita.

Kesimpulan:

Surat Filipi 2:1-11 mengajarkan kita resep hidup yang bermakna dan penuh keberartian dalam Kristus. Dengan hidup bersatu dalam kasih dan persekutuan, meneladani karakter Kristus, serta mengangkat nama-Nya dalam segala aspek kehidupan, kita dapat menaklukkan tantangan egoisme, populisme, dan kesombongan yang dapat meracuni jiwa. Keseluruhan surat ini memberikan panduan konkret untuk mencapai hidup yang sejalan dengan kehendak Tuhan.

BACA JUGA: PERENDAHAN DAN PENINGGIAN TERHADAP YESUS (FILIPI 2:1-11)

Melalui panggilan untuk hidup dalam Kristus, kita diajak untuk mendengarkan suara-Nya, memperhatikan nasihat-Nya, dan memperkuat persekutuan dengan Roh Kudus. Resep hidup seperti Kristus mengajarkan kita untuk memiliki sikap rendah hati, melayani sesama, dan bersedia berkorban. Selanjutnya, resep hidup untuk Kristus menyerukan agar kita menghormati dan meninggikan nama-Nya dalam segala hal, dengan fokus pada kehormatan bagi nama Yesus.

Dengan menggali pesan-pesan inspiratif dari Surat Filipi 2:1-11, kita dapat meresapi nilai-nilai yang mendalam dan menerapkan resep-resep ini dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, hidup bersatu dalam Kristus, meneladani karakter-Nya, dan hidup untuk mengangkat nama-Nya akan membentuk landasan yang kokoh bagi kehidupan yang memuliakan Tuhan. Mari kita terus hidup sesuai dengan resep-resep berharga ini, karena di dalamnya terdapat kebijaksanaan untuk menjalani perjalanan kehidupan dengan penuh arti dan makna.
Next Post Previous Post