Tangguh di Tengah Penderitaan: Pembelajaran dari Surat 1 Petrus

Pendahuluan

Surat 1 Petrus memberikan kita wawasan yang mendalam tentang perjalanan iman, kemurnian hati, dan kasih karunia Kristus dalam menghadapi penderitaan. Melalui ayat-ayatnya yang penuh makna, Petrus mengajak para pembaca untuk memahami nilai kemurnian iman yang melebihi keberhargaan emas dan merenungi anugerah kasih karunia dalam setiap penderitaan. Mari kita bersama-sama menjelajahi pesan-pesan mendalam ini, menggali kekayaan spiritual yang tersembunyi dalam teks 1 Petrus, dan meresapi kebijaksanaan yang dapat menguatkan iman kita dalam setiap perjalanan hidup.
Tangguh di Tengah Penderitaan: Pembelajaran dari Surat 1 Petrus
1. Membuktikan Kemurnian Iman (1 Petrus 1:7)

Teks Alkitab 1 Petrus 1:7

“Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.”

Surat Petrus memberikan informasi bahwa tujuan surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan kepada para pembacanya akan Injil Yesus Kristus yang menjadi harapan mereka. Penderitaan atau kesukaran hidup yang dialami orang percaya merupakan bukti kemurnian iman mereka yang melebihi nilai emas yang fana.

Menurut Yanti Imariani Gea, iman adalah meyakini setiap janji Allah, hidup bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam segala aspek kehidupan sehari-hari tanpa ada keragu-raguan dan kekhawatiran. Edwer Dethan menyatakan bahwa iman adalah pengetahuan yang pasti dan keyakinan yang teguh bahwa Alkitab adalah firman Tuhan yang benar. 

Lebih lanjut disampaikan B. Samuel Sidjabat dalam bukunya bahwa iman merupakan keyakinan terhadap apa yang belum ataupun tidak terlihat. Kitab Ibrani 11:1 menjelaskan bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat

Iman yang benar akan menghasilkan perbuatan yang benar. Iman tanpa ketaatan dan tanpa penuh keyakinan kepada Firman Allah adalah mati. Di dalam Yakobus 2:17 dikatakan bahwa jika iman tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya mati. Di dalam Ibrani 11:1 ada kata yang perlu diperhatikan yaitu dasar dan bukti. 

Kata “dasar” secara harafiah artinya “menopang atau fondasi”, iman bagi seorang Kristen adalah bagi sebuah rumah. Iman memberikan keyakinan dan jaminan bahwa ia akan dapat bertahan. Kata “bukti” berarti “keyakinan atau kepastian”. Kepastian di dalam batin yang diberikan oleh Allah, bahwa apa yang dijanjikan Allah itu akan dilaksanakan-Nya. Adanya iman di dalam hati seseorang merupakan satu keyakinan yang cukup bahwa Allah akan menempati apa yang dikatakan-Nya di dalam Firman-Nya

Demikian juga kemurnian iman bisa didapatkan akibat dari adanya berbagai macam penderitaan atau kesukaran hidup yang dialami oleh umat Tuhan. Penderitaan karena nama Tuhan akan menghasilkan kemurnian iman yang nilainya jauh melebihi nilai emas yang fana. Ibarat emas akan dimurnikan dengan api, begitu pula iman akan dimurnikan dengan penderitaan akibat memikul salib Yesus Kristus. Petrus memberikan pengharapan bagi pengikut Kristus yang telah dan sedang mengalami penderitaan sehingga mereka dapat tetap bertahan dalam imannya. Bahwa penderitaan yang mereka alami berlangsung hanya “seketika lamanya” dan Allah selalu memelihara dalam kekuatan kuasa-Nya bagi orang percaya (1:5)

2. Penderitaan karena Kristus adalah kasih karunia (1 Petrus 2:19)

Teks Alkitab 1 Petrus 2:19

Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.

Kata “kasih karunia” berasal dari bahasa Yunani “Kharis” yang mempunyai arti anugerah, pemberian, kemurahan hati, keramahan. Dalam ayat ini digunakan bentuk kata feminin tunggal nominatif. Kata benda nominatif adalah kata kerja bentuk subjek dari kata dasar Khairo (Khairo) artinya joy fully, rejoice (kegembiraan yang secara penuh). Dalam kamus bahasa Yunani digunakan kata Kharis artinya belas kasihan, rahmat, kasih karunia, pernyataan istimewa dari Tuhan, kemurahan hati dan berkat.

Kasih karunia atau kharis merupakan suatu pemberian Allah kepada manusia tanpa ada unsur kelayakan pada penerimanya. Michael L. Brown, menjelaskan tentang kasih karunia sebagai berikut: Kasih karunia (grace) itu bukan hanya kemurahan Tuhan yang tidak layak kita terima, walaupun itu adalah titik awal yang bagus, sering diekspresikan sebagai God’s Riches At Christ’s Expense (Kekayaan Tuhan dengan Pengorbanan Kristus). 

Kasih karunia juga adalah kuasa-Nya yang terus memberdayakan, pekerjaan-Nya yang terus berlanjut di dalam kita – apa yang Yesus lakukan bagi kita ketika Ia menyelamatkan kita sebagai orang berdosa yang tersesat dan apa yang terus Ia kerjakan di dalam, melalui, dan untuk kita sekarang setelah kita diselamatkan. Mengutip perkataan A.M. Hunter, “Kasih karunia adalah kasih Tuhan yang mengampuni dan cuma-cuma di dalam Kristus untuk orang berdosa dan bekerjanya kasih itu di dalam hidup orang Kristen

Dari penjelasan di atas, kasih karunia adalah suatu anugerah dan pemberian Allah kepada manusia tanpa ada unsur kelayakan untuk menderita karena nama-Nya. Ketika seseorang mengalami suatu penderitaan atau kesukaran hidup, ketidakadilan atau yang lainya karena Allah haruslah ia menganggap hal itu sebagai suatu anugerah yang diberikan Allah kepadanya. Ketika menangis dan berteriak kepada Tuhan tanpa berbicara melawan terhadap dia yang memperlakukan dengan kasar, pujian datang dari Tuhan. 

Jadi kasih karunia adalah pemberian yang dari Allah. Maka jika menderita karena berbuat baik itu adalah kemurahan hati Allah sebab untuk itu kita dipanggil untuk menderita. Oleh karena itu sebagai orang percaya kepada Yesus Kristus penderitaan yang terjadi dalam hidup bukan suatu hal yang ditakutkan lagi, tetapi suatu anugerah yang harus disyukuri oleh karena diberi kesempatan untuk menderita karena-Nya

Orang-orang percaya dalam surat Petrus ialah mereka yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat mereka secara pribadi. Mereka meyakini bahwa hidup ini adalah anugerah dari Allah yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga, sekalipun oleh kematian. Petrus mengajak orang percaya untuk menerima anugerah dan kesempatan untuk memikul salib-Nya.

3. Penderitaan Kristus sebagai teladan mengikuti jejak-Nya (1 Petrus 2:21)

Teks Alkitab 1 Petrus 2:21

Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.

Petrus menjadikan Yesus Kristus sebagai model atau teladan penderitaan bagi mereka yang mengalami penindasan. Dalam bahaya Yunani, kata “teladan” adalah (hupogrammon) kata benda akusatif maskulin tunggal dari (hupogrammos) yang secara harfiah berarti “contoh” atau “model”. Kata ini juga digunakan sebagai model dari tulisan tangan untuk ditiru oleh anak-anak di sekolah. 

Yesus Kristus telah meninggalkan sebuah teladan, contoh atau model dalam penderitaan yang dialaminya. Ia harus menerima hukuman meskipun Ia tidak bersalah, bahkan Ia harus mati di atas kayu salib seperti seorang penjahat. Teladan inilah yang disampaikan Petrus kepada orang percaya supaya tetap bertahan menghadapi penderitaan karena Kristus telah menderita terlebih dahulu untuk kita

Baca Juga: Sikap Orang Kristen Menghadapi Penderitaan

Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus juga menjelaskan bahwa pencobaan-pencobaan yang dialami oleh mereka ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan jemaat Allah dicobai melampaui kekuatan mereka. Pada waktu dicobai Allah akan memberikan jalan ke luar, sehingga jemaat Allah dapat menanggungnya (1Korintus 10:13).

4. Menderita sebagai pengikut Kristus adalah suatu kebahagiaan

Teks Alkitab TB 1 Petrus 4:14

Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.

Mengikut Kristus bukanlah perkara yang mudah, dalam Injil Matius 16:24 dituliskan “Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku”. Menjadi pengikut Kristus tidaklah semudah membalikkan sebuah tangan, ada harga yang harus dibayar yaitu bersedia memikul salib-Nya. Menjadi pengikut Kristus harus siap menghadapi semua risiko kehidupan dunia, bahkan harus siap dibenci oleh dunia. Menjadi pengikut Kristus tidak akan luput juga dari penderitaan yang akan datang.

Di sini Petrus memberi nasihat kepada para pembacanya untuk dapat menerima penderitaan yang mereka alami sebagai suatu kebahagiaan dan tidak heran atau kaget ketika ada kesukaran hidup yang menimpanya sebagai pengikut Kristus. 

Dalam 1 Petrus 4: 12 dikatakan, “Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.”

Kata berbahagialah (Makarios) mempunyai arti berbahagia, diberkati, bahagia dan beruntung. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Manase Gulo yang menjelaskan konsep kata berbahagia. Berbahagia dalam bahasa Yunani μακαριος (makarios) artinya yang berbahagia adalah yang penuh bahagia; yang diberkati. 

Dengan kasus adjective nominative masculine singular artinya kata sifat yang bentuk tunggal yang memakai kata ganti yang tidak menentu akan tetapi sedang berlangsung. Kata ini mengandung arti “berbahagialah, atau diberkatilah”. Kata ini tertuju kepada orang yang mengasihi Tuhan yang mampu menahan diri dari berbagai pencobaan. Dalam Bahasa Inggris menggunakan kata blessed, yang artinya yang diberkati

Petrus menasihati bahwa penderitaan atau kesukaran hidup yang dialami umat Tuhan karena nama Kristus adalah suatu kebahagiaan, berbahagialah dan suatu keberuntungan dapat menderita karena nama-Nya. Bukan suatu ketakutan, melainkan suatu kebahagiaan yang patut disyukuri. Petrus juga menjelaskan bahwa orang percaya yang dinista karena nama Kristus harus berbahagia. Prinsipnya bahwa menderita karena Kristus merupakan suatu bentuk yang mampu memperdalam sukacita orang percaya dalam Tuhan

Baca Juga: Penjelasan Penderitaan Orang Kristen di Surat 1 Petrus

Roma 8:17 menjelaskan jika orang percaya menderita bersama dengan Kristus mengingatkan bahwa Yesus yang menderita dan kita yang mengikutinya juga akan menderita. Barclay dalam bukunya “Pemahaman Alkitab setiap hari” menjelaskan bahwa ketika seseorang harus menderita karena kekristenannya, sesungguhnya ia sedang melalui jalan-jalan yang pernah dilalui Tuhannya dan turut memikul salib yang dipikul Tuhannya

Kesimpulan

Dari perenungan mendalam terhadap Surat 1 Petrus, kita dapat menyimpulkan bahwa kemurnian iman merupakan perjalanan yang melebihi keberhargaan emas fana. Petrus memberikan gambaran tentang bagaimana penderitaan, kesukaran, dan dinista karena nama Kristus dapat menjadi pemurni iman yang membawa pujian, kemuliaan, dan kehormatan pada hari Kristus menyatakan diri-Nya.

Selain itu, konsep kasih karunia muncul sebagai landasan bagi umat Kristen dalam menghadapi penderitaan. Kasih karunia bukan hanya anugerah Tuhan yang tidak layak kita terima, melainkan juga kuasa-Nya yang terus memberdayakan dan pekerjaan-Nya yang terus berlanjut dalam hidup kita.

Sebagai pengikut Kristus, kita diajak untuk melihat penderitaan sebagai kebahagiaan dan berkat, karena kita mengikuti jejak-Nya yang telah menderita untuk kita. Pandangan ini menciptakan kebijaksanaan spiritual yang memandu kita melalui setiap ujian, sekaligus membawa kita pada kesukacitaan dalam pelayanan dan persekutuan dengan Kristus.

Dengan demikian, Surat 1 Petrus memberikan dorongan dan panduan bagi kita untuk memandang penderitaan sebagai bagian dari perjalanan rohani yang membentuk karakter kita dan mendekatkan diri kita kepada kasih karunia Kristus. Semoga kita dapat merangkul setiap tantangan dengan keyakinan bahwa iman yang dimurnikan oleh penderitaan akan membawa kita pada kehadiran-Nya yang penuh kemuliaan.
Next Post Previous Post