Ibadah Murni dalam Kehidupan Orang Percaya (Yakobus 1:26-27)

Pendahuluan:

Dalam kehidupan orang percaya, praktik ibadah yang murni memiliki peran penting sebagai wujud pengabdian kepada Allah. Yakobus 1:26-27 menggarisbawahi pentingnya menjaga perkataan, memperhatikan mereka yang kesusahan, dan hidup sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Pendekatan ini tidak hanya menjadi tuntutan rohani, tetapi juga mencerminkan esensi dari iman yang hidup dan relevan dalam setiap aspek kehidupan. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi makna dan aplikasi praktis dari ibadah yang murni bagi orang percaya.
Ibadah Murni dalam Kehidupan Orang Percaya (Yakobus 1:26-27)
1. Pertama, Menjaga Perkataan

Allah menaruh perhatian yang sangat besar terhadap kualitas dan kuantitas dari ucapan atau perkataan manusia sehari-hari (band. Matius 12:37). Sering kali yang terjadi ada orang Kristen yang mengaku percaya Yesus namun perkataannya tidak membangun. Contohnya suka gosip, menjelek-jelekkan orang lain, fitnah, kata-kata kasar, kata-kata sembrono, keluhan. Semuanya ini mengakibatkan konflik yang tidak bisa dihindarkan. 

Perkataan menjadi baik atau tidak, tergantung setiap orang percaya mempergunakan. Namun ketika perkataan atau lidah setiap orang percaya diserahkan kepada Tuhan, maka akan sangat memberkati dan membangun. Mengingat betapa pentingnya perkataan, maka setiap orang percaya harus menjaga perkataannya serta mengendalikan, supaya senantiasa membawa berkat bagi yang mendengarnya. Ini adalah ibadah yang murni. Tujuan menjaga perkataan adalah 

Pertama, mengarahkan hidup. 

Lidah disebut sebagai pengendali kehidupan, sebab hidup dan mati dikuasai lidah (Amsal 18:21). Apa yang ditabur itu juga yang akan dituainya. Jika menabur perkataan membangun akan menuai perkataan yang menguatkan. 

Kedua, perkataan mencerminkan hati. 

Segala sesuatu yang diucapkan manusia, asalnya dari hati (Amsal 27:19). Hati adalah pusat dari perilaku dan ucapan manusia.

Ketiga, perkataan memiliki kuasa. 

Kejadian 1 menyatakan bumi dan isinya diciptakan dengan kuasa perkataan Allah. Perkataan memiliki dampak mengubah hidup menjadi baik atau tidak. 

Keempat, perkataan mempengaruhi orang lain. 

Orang lain bisa semangat atau tidak tergantung juga dari perkataan. Kelima, perkataan membuat hidup lebih bahagia. Kebahagiaan diperoleh karena perkataan yang membangun dan menguatkan dan penuh hikmat. Lidah lembut adalah pohon kehidupan (Amsal 15:4).

2. Kedua, Memperhatikan Setiap Orang yang Kesusahan

Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil keluar dari kegelapan ke dalam terang-Nya yang ajaib yang mempunyai tugas keluar dan ke dalam. Bersaksi dan melayani. Gereja harus memiliki gaya hidup yang seimbang untuk menjadi berkat dalam tanggung jawab Injil dan tanggung jawab sosial. Seimbang antara iman dan perbuatan. Banyak orang percaya berfokus kepada penginjilan dan ibadah, namun tidak berfokus kepada pelayanan sosial yang sebetulnya menjadi paket lengkap dalam pelayanan gereja (Yakobus 1:27; Lukas 9:12; 1Timotius 5:3-16; Galatia 6:10).

Gereja juga harus mengambil bagian dalam pelayanan untuk memperhatikan mereka yang sedang mengalami kesusahan. Dengan peduli kepada jiwa-jiwa yang tersesat, peduli kepada kemiskinan, ketidakadilan dan penindasan. Memperhatikan orang yang sedang dalam kesusahan merupakan bagian gambaran citra Allah yang selalu memperhatikan setiap manusia tanpa memandang muka. Jadi penginjilan, ibadah dan pelayanan sosial menjadi sebuah kesatuan dalam tugas Penatalayanan gereja. Melayani manusia berarti melakukan apa yang sangat dibutuhkan.

Sebagai orang percaya harus bisa menjadi sahabat mereka yang lapar, telanjang, memberikan tumpangan, mengunjungi orang sakit dan melakukan yang terbaik untuk kebutuhannya. Ini merupakan bukti kasih yang sejati dan ibadah yang murni. Dan ini sebuah hubungan yang erat antara iman dan kasih. Yesus sudah memberikan teladan yang sempurna. Gereja mula-mula juga sudah menerapkan. Hal yang baik ini harus menjadi gaya hidup orang percaya masa kini, sebab semuanya adalah anggota keluarga Allah (Efesus 2:19).

3. Ketiga, Menjaga Diri untuk Hidup Sesuai Kebenaran Firman

Tuhan Menurut G. Christian Weiss, menyatakan bahwa banyak orang percaya yang mengalami kesulitan dalam melepaskan diri. Sebetulnya setelah orang percaya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi, sejak itu juga setiap orang percaya harus melepas segala ikatan duniawi. Sebab Tuhan tidak pernah kompromi dengan sifat dan karakter duniawi. 

Meskipun orang percaya ada di dunia ini, namun setiap orang percaya harus berani tampil beda untuk tidak menjadi serupa dengan dunia ini (Rm. 12:1-2). Jadi tegas menolak bagi setiap orang percaya yang sudah mengikut Yesus, tapi dalam kesempatan yang sama hidup dalam hawa nafsu duniawi. 

Cara yang paling efektif untuk tidak mengikuti cara hidup duniawi adalah mau dipenuhi dan dipimpin oleh Roh Kudus serta menjadi pelaku Firman. Setiap orang percaya yang mengikuti Yesus, seharusnya menyerahkan seluruh hidupnya bagi Kerajaan Allah dan hidup menjadi serupa dengan Yesus. Senantiasa menjaga persekutuan dengan Allah adalah poin penting agar setiap orang percaya tidak memungkiri kekuatan ibadahnya. Ibadah yang murni adalah hidup menjaga diri sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan

Kesimpulan:

Dari pembahasan mengenai praktik ibadah yang murni bagi orang percaya, kita dapat menyimpulkan bahwa hal ini bukanlah sekadar kewajiban, tetapi merupakan panggilan yang mendalam bagi setiap orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus. Yakobus 1:26-27 mengingatkan kita untuk menjaga perkataan, memperhatikan mereka yang membutuhkan, dan hidup sesuai dengan Firman Tuhan. 

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat memberikan kesaksian yang kuat tentang kasih Allah kepada dunia. Ibadah yang murni bukanlah hanya tentang ritual, tetapi lebih pada transformasi hati dan perilaku yang mencerminkan karakter Kristus. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama meneguhkan tekad untuk terus melangkah dalam kesetiaan kepada-Nya, menjalankan ibadah yang murni, dan menjadi berkat bagi sesama serta kemuliaan Allah
Next Post Previous Post