Prinsip Takut akan Tuhan - Pengkhotbah 3:14-15

Pendahuluan:

Dalam kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian, prinsip takut akan Tuhan menjadi titik pijak yang kuat bagi setiap manusia. Kehadiran-Nya yang abadi mengingatkan kita akan kekekalan-Nya dalam segala hal yang fana. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri mengapa kehadiran Tuhan begitu penting dalam membentuk fondasi kehidupan yang kekal dan bermakna
Prinsip Takut akan Tuhan - Pengkhotbah 3:14-15
1. Mengapa Kehadiran-Nya Penting dalam Kehidupan Kita

Pertama, segala sesuatu yang dilakukan Allah tetap ada untuk selamanya (Pengkhotbah 3:14).

Allah, Sang Pencipta, adalah manifestasi dari kekekalan dan keabadian. Dalam kehidupan manusia yang penuh dengan ketidakpastian, kehadiran-Nya adalah satu-satunya konstan yang dapat diandalkan. Betapa pun besarnya harta, jabatan, atau fisik yang dimiliki seseorang, pada akhirnya hanya roh manusia yang akan kekal setelah mati. Ini adalah titik penting yang harus kita renungkan.

Kehidupan yang tidak dilandaskan pada takut akan Tuhan sering kali dipenuhi dengan ketakutan yang sia-sia terhadap hal-hal yang fana. Manusia lebih takut kehilangan harta, jabatan, atau kesehatan fisiknya daripada kehilangan hubungan yang benar dengan Sang Pencipta. Sayangnya, hal ini terjadi karena manusia cenderung terfokus pada kepentingan duniawi sementara melupakan kekekalan yang dijanjikan melalui keselamatan di dalam Yesus Kristus.

Ketakutan akan Tuhan bukanlah ketakutan yang meruntuhkan, tetapi membangun. Ia membangkitkan kesadaran akan keagungan Allah yang menciptakan alam semesta ini. Melihat keindahan dan kerumitan ciptaan-Nya, dari bintang-bintang di langit hingga tumbuh-tumbuhan di bumi, membuat kita semakin takjub pada karya-Nya yang tiada tara.

Lukisan "Salvator Mundi" dan Nilai Sejati

Pada tahun 1500 M, seorang pelukis besar bernama Leonardo da Vinci menghasilkan sebuah karya yang masih memukau dunia hingga saat ini: "Salvator Mundi" atau "Juru Selamat Dunia". Lukisan ini menggambarkan Yesus Kristus, Juru Selamat umat manusia, dengan penuh kelembutan menatap ke depan sambil memegang sebuah kristal.

Kehebatan lukisan ini tidak hanya terletak pada keindahan visualnya, tetapi juga pada nilai-nilai yang tersembunyi di dalamnya. Saat seorang pangeran Arab Saudi membeli lukisan ini dengan harga yang fantastis, kita diajak untuk merenung. Apakah barang-barang fana seperti lukisan ini layak untuk mendapatkan perhatian dan pengorbanan sebanyak itu?

Di dunia ini, kita sering kali melihat bagaimana manusia rela mengeluarkan uang dan sumber daya yang besar untuk hal-hal yang bersifat sementara. Perang, pembunuhan, kemiskinan—semua ini terjadi di tengah-tengah kita, sementara kita terkadang lebih takut kehilangan hal-hal duniawi daripada takut akan kehilangan hubungan spiritual dengan Tuhan.

2. Kehidupan yang Kekal dan Tak Terbatas

Kedua, segala sesuatu tidak dapat ditambah dan tidak dapat dikurangi (Pengkhotbah 3:14).

Prinsip ini mengingatkan kita pada hikmat Tuhan yang abadi. Dalam kitab Ulangan 4:2, Tuhan menegaskan agar tidak ada yang menambah atau mengurangi dari firman-Nya. Hal ini diulang oleh Yesus dalam Matius 5:18, bahwa setiap bagian dari hukum Taurat tetap berlaku sampai akhir zaman.

Kita hidup dalam dunia yang terobsesi dengan pertambahan dan pengurangan. Kita mencari cara untuk menambah harta, jabatan, dan umur kita, tanpa menyadari bahwa segalanya sudah ditentukan oleh Sang Pencipta. Umur manusia adalah salah satu hal yang tidak dapat ditambah atau dikurangi oleh manusia. Setiap detik yang berlalu adalah anugerah dari Tuhan.

Di era modern ini, kita sering melihat bagaimana teknologi dan inovasi terus berkembang. Namun, pada prinsipnya, hukum alam dan prinsip kehidupan tetap tidak berubah. Gravitasi masih sama sejak zaman Yesus Kristus hingga masa Newton dan saat ini. Teknologi mungkin berubah, tetapi prinsip dasarnya untuk mempermudah kehidupan tetap ada.

3. Alam Semesta yang Terus Berkarya

Ketiga, Yang sekarang ada dan yang akan datang dahulu sudah ada (Pengkhotbah 3:15).

Prinsip ini mengingatkan kita bahwa tidak ada yang benar-benar baru di dunia ini. Semua telah ada sejak awal, tetapi bentuknya dapat berubah seiring waktu. Ilmu pengetahuan terus mengungkap misteri alam semesta, tetapi tidak ada yang benar-benar baru. Setiap penemuan hanya mengungkapkan keajaiban yang telah ada sejak awal.

Pada akhirnya, agama dan ilmu pengetahuan tidak saling bertentangan, tetapi saling melengkapi. Ilmu pengetahuan membantu kita memahami bagaimana alam semesta bekerja, sementara agama membawa kita kepada Sang Pencipta alam semesta itu sendiri.
Memahami Masa Lalu dan Menyongsong Masa Depan

4. Keempat, Allah mencari yang sudah lalu (Pengkhotbah 3:15).

Masa lalu adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Segala tindakan yang telah kita lakukan, baik baik atau buruk, akan mempengaruhi masa depan kita. Allah tidak melupakan masa lalu kita, tetapi Dia memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan.

Ketika kita hidup dalam kesadaran akan kehadiran-Nya, kita tidak hanya menghindari kesalahan masa lalu, tetapi juga menghadapi masa depan dengan keyakinan dan takut akan Tuhan. Kehidupan yang penuh takut akan Tuhan adalah kehidupan yang penuh hikmat dan pengertian.

Mengakhiri dengan Penuh Syukur

Sebagai manusia, kita hidup dalam keterbatasan dan ketidakpastian. Namun, ketika kita mengarahkan pandangan kita kepada Sang Pencipta yang abadi, semua ketakutan dan kebingungan akan sirna. Kesadaran akan kehadiran-Nya membuat kita bersyukur atas setiap detik yang kita miliki.

Jadi, Mengapa Takut akan Tuhan Penting?

Ketakutan akan Tuhan adalah landasan bagi kehidupan yang berarti. Ia mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini adalah sementara, dan yang kekal hanya hubungan kita dengan Sang Pencipta. Dalam segala hal, marilah kita hidup dengan penuh kesadaran akan kebesaran-Nya, dan bukan dalam ketakutan akan hal-hal yang fana.

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa prinsip takut akan Tuhan adalah landasan yang kokoh bagi kehidupan yang berarti. Ketika kita hidup dalam kesadaran akan kehadiran-Nya yang abadi, segala ketakutan terhadap hal-hal fana dan ketidakpastian dunia akan sirna. Kita diajak untuk mengarahkan pandangan kita kepada Sang Pencipta, yang telah menjanjikan kekekalan bagi mereka yang percaya.

Marilah kita memandang harta, jabatan, dan hal-hal duniawi lainnya sebagai sementara, sementara hubungan kita dengan Tuhan adalah yang kekal. Dalam segala hal, marilah kita hidup dengan penuh kesadaran akan kebesaran-Nya, dan bukan dalam ketakutan akan hal-hal yang fana.

Semoga prinsip takut akan Tuhan menjadi pijakan yang kokoh bagi kita dalam melangkah menuju kehidupan yang kekal dan berarti.
Next Post Previous Post