Yesus Mencuci Kaki Para Murid-Nya (Yohanes 13:1-17)
Pengantar:
Kisah tentang Yesus mencuci kaki para murid-Nya, yang terdapat dalam Yohanes 13:1-17, dimulai dengan latar belakang bahwa Yesus tahu waktunya di bumi akan segera berakhir. Ini adalah adegan sebelum makan Paskah, yang dikenal sebagai Perjamuan Terakhir, di mana Yesus menunjukkan kerendahan hati dan pelayanan yang mendalam kepada para murid-Nya.
Kisah tentang Yesus mencuci kaki para murid-Nya, yang terdapat dalam Yohanes 13:1-17, dimulai dengan latar belakang bahwa Yesus tahu waktunya di bumi akan segera berakhir. Ini adalah adegan sebelum makan Paskah, yang dikenal sebagai Perjamuan Terakhir, di mana Yesus menunjukkan kerendahan hati dan pelayanan yang mendalam kepada para murid-Nya.
Latar Belakang (Yohanes 13:1-3)
Kisah Mencuci Kaki dimulai dengan pernyataan bahwa Yesus tahu waktunya di bumi sudah dekat, dan "waktu itu" telah tiba. "Waktu itu" dalam bahasa Yunani adalah ώρα dan menandakan waktu yang penting. Menurut para ahli, momen ini menandakan permuliakan Yesus oleh Allah melalui kematian-Nya bagi dunia (Yohanes 12:24-26). Ini adalah waktu ketika dunia akan dihakimi, Setan dikalahkan, dan Yesus dimuliakan untuk menjalankan kedaulatan ilahi.
Kisah Mencuci Kaki dimulai dengan pernyataan bahwa Yesus tahu waktunya di bumi sudah dekat, dan "waktu itu" telah tiba. "Waktu itu" dalam bahasa Yunani adalah ώρα dan menandakan waktu yang penting. Menurut para ahli, momen ini menandakan permuliakan Yesus oleh Allah melalui kematian-Nya bagi dunia (Yohanes 12:24-26). Ini adalah waktu ketika dunia akan dihakimi, Setan dikalahkan, dan Yesus dimuliakan untuk menjalankan kedaulatan ilahi.
Ini juga adalah waktu ketika Yesus akan meninggalkan dunia ini dan kembali kepada Bapa. Dalam konteks ini, dikatakan bahwa Yesus mencintai yang adalah milik-Nya sendiri (Yohanes 13:1), menunjukkan kasih-Nya kepada para murid-Nya lebih dari sekadar sebagai murid, tetapi sebagai milik-Nya sendiri. Bahkan lebih, dikatakan bahwa Yesus mencintai mereka "sampai pada kesudahannya" (Yohanes 13:1), menekankan kasih-Nya yang lengkap dan abadi, yang ber puncak pada kematian-Nya di salib.
Berlawanan dengan kasih yang dalam Yesus kepada para murid-Nya, Yohanes 13:2 menyebutkan bahwa selama makan malam mereka, Setan sudah merangsang Yudas Iskariot untuk mengkhianati Yesus. Kata yang digunakan di sini untuk "hati" dalam bahasa Yunani, kardia, mengacu pada diri batin, pikiran, kehendak, keinginan, dan niat. Ironi ini sangat dalam; Yesus, yang sangat mencintai para murid-Nya, dikhianati dan diserahkan kepada musuh oleh salah satu murid-Nya sendiri, Yudas Iskariot, yang juga termasuk di antara mereka yang kaki-Nya dicuci oleh Yesus.
Dalam Yohanes 13:3, Yesus, yang sepenuhnya sadar akan asal-usul dan tujuan-Nya yang ilahi, tahu bahwa saatnya untuk kembali kepada Bapa. Pernyataan ini menyiapkan panggung untuk pencucian kaki, di mana Yesus, yang sadar akan keilahian-Nya sebagai "Guru dan Tuhan" (Yohanes 13:13), dengan sukarela melakukan tugas yang rendah ini untuk mengajarkan kepada para murid-Nya tentang pelayanan.
Berlawanan dengan kasih yang dalam Yesus kepada para murid-Nya, Yohanes 13:2 menyebutkan bahwa selama makan malam mereka, Setan sudah merangsang Yudas Iskariot untuk mengkhianati Yesus. Kata yang digunakan di sini untuk "hati" dalam bahasa Yunani, kardia, mengacu pada diri batin, pikiran, kehendak, keinginan, dan niat. Ironi ini sangat dalam; Yesus, yang sangat mencintai para murid-Nya, dikhianati dan diserahkan kepada musuh oleh salah satu murid-Nya sendiri, Yudas Iskariot, yang juga termasuk di antara mereka yang kaki-Nya dicuci oleh Yesus.
Dalam Yohanes 13:3, Yesus, yang sepenuhnya sadar akan asal-usul dan tujuan-Nya yang ilahi, tahu bahwa saatnya untuk kembali kepada Bapa. Pernyataan ini menyiapkan panggung untuk pencucian kaki, di mana Yesus, yang sadar akan keilahian-Nya sebagai "Guru dan Tuhan" (Yohanes 13:13), dengan sukarela melakukan tugas yang rendah ini untuk mengajarkan kepada para murid-Nya tentang pelayanan.
Yesus Mencuci Kaki Para Murid-Nya (Yohanes 13:4-5)
Dalam Yohanes 13:2, disebutkan bahwa Yesus sedang makan bersama para murid-Nya, dan dalam Yohanes 13:4, dikatakan, "Maka Ia bangun dari makan." Ini menekankan bahwa Yesus dengan sengaja memilih untuk melakukan tindakan ini selama makan, tidak seperti pencucian kaki biasa yang dilakukan sebelum masuk ke dalam ruangan. Itu adalah tindakan yang disengaja untuk menggunakan praktik budaya ini sebagai momen pengajaran bagi para murid-Nya.
Kain linen yang digunakan Yesus diikat di pinggang-Nya, dan Ia mencuci kaki para murid-Nya dengan kedua tangan-Nya. Setelah mencuci, Ia mengeringkan kaki mereka dengan kain yang diikat di pinggang-Nya. Tindakan mencuci kaki ini diperlukan pada masa itu karena jalan yang berdebu dan sandal atau sepatu terbuka yang dipakai orang. Kaki akan menjadi kotor, dan biasanya tuan rumah akan menyediakan seorang pelayan untuk mencuci kaki tamu sebelum pesta.
Namun, dalam kasus ini, karena tidak ada pelayan yang disediakan (diasumsikan Yesus sebagai tuan rumah), para murid merasa tidak nyaman dengan gagasan melakukan tugas yang begitu rendah. Terutama karena mereka baru saja bertengkar tentang siapa di antara mereka yang terbesar dalam Kerajaan Surga (Lukas 22:24). Jadi, tampaknya para murid merasa terlalu tinggi untuk melakukan tugas yang rendah ini.
Penting untuk memahami bahwa mencuci kaki dianggap sebagai tugas yang rendah, biasanya dilakukan oleh seorang pelayan atau budak. Carson bahkan menyatakan bahwa banyak orang Yahudi percaya bahwa budak Yahudi tidak boleh diminta untuk mencuci kaki orang lain tetapi budak non-Yahudi (Mekhilta § 1 tentang Keluaran 21:2). Jadi, Yesus membalikkan tradisi ini dengan mencuci kaki para murid-Nya, meskipun Ia adalah Guru mereka, adalah pesan yang kuat.
Dalam Yohanes 13:2, disebutkan bahwa Yesus sedang makan bersama para murid-Nya, dan dalam Yohanes 13:4, dikatakan, "Maka Ia bangun dari makan." Ini menekankan bahwa Yesus dengan sengaja memilih untuk melakukan tindakan ini selama makan, tidak seperti pencucian kaki biasa yang dilakukan sebelum masuk ke dalam ruangan. Itu adalah tindakan yang disengaja untuk menggunakan praktik budaya ini sebagai momen pengajaran bagi para murid-Nya.
Kain linen yang digunakan Yesus diikat di pinggang-Nya, dan Ia mencuci kaki para murid-Nya dengan kedua tangan-Nya. Setelah mencuci, Ia mengeringkan kaki mereka dengan kain yang diikat di pinggang-Nya. Tindakan mencuci kaki ini diperlukan pada masa itu karena jalan yang berdebu dan sandal atau sepatu terbuka yang dipakai orang. Kaki akan menjadi kotor, dan biasanya tuan rumah akan menyediakan seorang pelayan untuk mencuci kaki tamu sebelum pesta.
Namun, dalam kasus ini, karena tidak ada pelayan yang disediakan (diasumsikan Yesus sebagai tuan rumah), para murid merasa tidak nyaman dengan gagasan melakukan tugas yang begitu rendah. Terutama karena mereka baru saja bertengkar tentang siapa di antara mereka yang terbesar dalam Kerajaan Surga (Lukas 22:24). Jadi, tampaknya para murid merasa terlalu tinggi untuk melakukan tugas yang rendah ini.
Penting untuk memahami bahwa mencuci kaki dianggap sebagai tugas yang rendah, biasanya dilakukan oleh seorang pelayan atau budak. Carson bahkan menyatakan bahwa banyak orang Yahudi percaya bahwa budak Yahudi tidak boleh diminta untuk mencuci kaki orang lain tetapi budak non-Yahudi (Mekhilta § 1 tentang Keluaran 21:2). Jadi, Yesus membalikkan tradisi ini dengan mencuci kaki para murid-Nya, meskipun Ia adalah Guru mereka, adalah pesan yang kuat.
Makna dan Contoh dari Pencucian Kaki (Yohanes 13:6-17)
Seperti yang disebutkan sebelumnya, mencuci kaki oleh Yesus digunakan sebagai momen pengajaran bagi para murid-Nya. Tindakan ini dapat dipahami dari dua sudut pandang:
Seperti yang disebutkan sebelumnya, mencuci kaki oleh Yesus digunakan sebagai momen pengajaran bagi para murid-Nya. Tindakan ini dapat dipahami dari dua sudut pandang:
Pertama, sebagai simbol pembersihan dari dosa melalui pengorbanan Kristus di salib (Yohanes 13:6-11).
Kedua, sebagai contoh kerendahan hati dan kemauan untuk melayani satu sama lain, sebuah karakteristik yang seharusnya dimiliki setiap pengikut Kristus (Yohanes 13:12-17).
Barrett menggambarkannya sebagai "efektif dan teladan," menyatakan bahwa sama seperti penyaliban adalah perbuatan ilahi yang melepaskan manusia dari dosa, mencuci kaki adalah contoh yang harus ditiru manusia. Ini merangkum dua aspek penting dari pencucian kaki:
Barrett menggambarkannya sebagai "efektif dan teladan," menyatakan bahwa sama seperti penyaliban adalah perbuatan ilahi yang melepaskan manusia dari dosa, mencuci kaki adalah contoh yang harus ditiru manusia. Ini merangkum dua aspek penting dari pencucian kaki:
Pertama, melalui karya Kristus di salib, Allah telah membersihkan mereka yang datang kepada-Nya. Meskipun ada Yudas di antara murid-murid Yesus, yang tidak bersih dan akhirnya mengkhianati-Nya,
Kedua, Yesus mencuci kaki Yudas juga, menunjukkan kasih-Nya yang tak terbatas kepada semua murid-Nya. Ini adalah pengajaran yang penting bagi kita bahwa Allah mengasihi dan melayani kita, bahkan ketika kita tidak pantas.
Makna Simbolis (Yohanes 13:6-11)
a. Penolakan Awal Peter (Yohanes 13:6-8):
a. Penolakan Awal Peter (Yohanes 13:6-8):
Ketika Yesus datang kepada Petrus untuk mencuci kakinya, Petrus awalnya menolak, menyatakan pemahamannya tentang ketidakpantasannya Yesus mencuci kakinya. Ini kemungkinan karena pandangan tinggi Petrus terhadap Yesus dan pemahamannya tentang otoritas Yesus. Ia mempertanyakan mengapa Yesus akan melakukan tugas semacam itu.
b. Tanggapan Yesus (Yohanes 13:8-10):
b. Tanggapan Yesus (Yohanes 13:8-10):
Yesus menjelaskan kepada Petrus bahwa jika Petrus tidak mengizinkan-Nya mencuci kakinya, ia tidak akan memiliki bagian dengan-Nya. Pernyataan ini memiliki arti ganda: Pertama, ini merujuk pada kebutuhan penyucian rohani. Jika Petrus tidak mengizinkan Yesus menyucikan dia, dia tidak bisa menjadi bagian dari Kerajaan. Kedua, ini merujuk pada pentingnya kerendahan hati dan kesediaan untuk menerima pelayanan dari orang lain. Dengan menolak tindakan Yesus yang mencuci kakinya, Petrus menolak untuk menerima contoh Yesus sebagai pelayan.
c. Reaksi Berlebihan Peter (Yohanes 13:9-11):
c. Reaksi Berlebihan Peter (Yohanes 13:9-11):
Petrus, dalam semangatnya yang khas, kemudian meminta tidak hanya kakinya tetapi juga tangannya dan kepalanya dicuci. Ini menunjukkan keinginan Petrus untuk dibersihkan sepenuhnya oleh Yesus. Namun, Yesus menjelaskan bahwa orang yang sudah mandi tidak perlu mandi lagi, kecuali kakinya, artinya mereka yang sudah disucikan oleh Kristus melalui iman hanya perlu disucikan harian karena kontak terus-menerus dengan dosa di dunia.
Contoh Kerendahan Hati (Yohanes 13:12-17)
Setelah mencuci kaki mereka, Yesus kembali ke tempat duduk-Nya di meja dan bertanya kepada murid-murid-Nya apakah mereka mengerti apa yang telah Ia lakukan. Ia menjelaskan bahwa karena Ia, Tuhan dan Guru mereka, telah mencuci kaki mereka, mereka juga harus mencuci kaki satu sama lain. Yesus memberikan contoh ini sebagai perintah kepada mereka, bahwa mereka harus saling mengasihi sebagaimana Dia telah mengasihi mereka. Kasih ini bukan hanya emosi tetapi kasih yang mengarah pada tindakan, terutama dalam melayani satu sama lain.
Baca Juga: Yohanes 13:1-17 (Saling Membasuh Kaki)
Setelah mencuci kaki mereka, Yesus kembali ke tempat duduk-Nya di meja dan bertanya kepada murid-murid-Nya apakah mereka mengerti apa yang telah Ia lakukan. Ia menjelaskan bahwa karena Ia, Tuhan dan Guru mereka, telah mencuci kaki mereka, mereka juga harus mencuci kaki satu sama lain. Yesus memberikan contoh ini sebagai perintah kepada mereka, bahwa mereka harus saling mengasihi sebagaimana Dia telah mengasihi mereka. Kasih ini bukan hanya emosi tetapi kasih yang mengarah pada tindakan, terutama dalam melayani satu sama lain.
Baca Juga: Yohanes 13:1-17 (Saling Membasuh Kaki)
Di Yohanes 13:16, Yesus menekankan prinsip: "Tidak seorang hamba pun yang lebih besar daripada tuannya, juga tidak seorang utusan yang lebih besar daripada yang mengutusnya." Ini berarti bahwa jika Yesus, Tuhan mereka, bersedia merendahkan diri dan melayani, maka mereka, murid-murid-Nya, juga harus bersedia melakukan hal yang sama satu sama lain.
Kesimpulan
Kisah Yesus mencuci kaki para murid-Nya di Yohanes 13:1-17 adalah pelajaran yang mendalam tentang kerendahan hati, kasih, dan pelayanan. Ini menunjukkan kasih yang dalam Yesus kepada para murid-Nya, bahkan saat tahu bahwa salah satunya akan mengkhianati-Nya. Ini juga menjadi tindakan simbolis pembersihan, menunjukkan kepada kebenaran rohani yang lebih besar tentang pengorbanan Kristus di salib.
Lebih lanjut, itu menantang para pengikut-Nya untuk mewujudkan kerendahan hati dan kemauan untuk melayani satu sama lain. Dengan mencuci kaki mereka, Yesus tidak hanya menunjukkan kepada mereka bagaimana mengasihi tetapi juga memberikan contoh yang nyata tentang apa artinya menjadi seorang pemimpin pelayan. Tindakan ini bukan hanya tindakan kebersihan tetapi ilustrasi yang kuat tentang inti iman Kristen: kasih pengorbanan dan pelayanan yang rendah hati.
Kisah Yesus mencuci kaki para murid-Nya di Yohanes 13:1-17 adalah pelajaran yang mendalam tentang kerendahan hati, kasih, dan pelayanan. Ini menunjukkan kasih yang dalam Yesus kepada para murid-Nya, bahkan saat tahu bahwa salah satunya akan mengkhianati-Nya. Ini juga menjadi tindakan simbolis pembersihan, menunjukkan kepada kebenaran rohani yang lebih besar tentang pengorbanan Kristus di salib.
Lebih lanjut, itu menantang para pengikut-Nya untuk mewujudkan kerendahan hati dan kemauan untuk melayani satu sama lain. Dengan mencuci kaki mereka, Yesus tidak hanya menunjukkan kepada mereka bagaimana mengasihi tetapi juga memberikan contoh yang nyata tentang apa artinya menjadi seorang pemimpin pelayan. Tindakan ini bukan hanya tindakan kebersihan tetapi ilustrasi yang kuat tentang inti iman Kristen: kasih pengorbanan dan pelayanan yang rendah hati.