10 Ayat Penting dalam Alkitab tentang Pernikahan

 Pendahuluan:

Pernikahan adalah lembaga yang diciptakan Allah sejak awal penciptaan. Alkitab menggambarkan pernikahan sebagai perjanjian kudus antara seorang pria dan seorang wanita, dirancang untuk mencerminkan kasih, kesetiaan, dan kemuliaan Allah. Dalam tradisi teologi Reformed, pernikahan dipandang sebagai sarana yang Allah gunakan untuk menggenapi tujuan-Nya di bumi dan menyatakan 
kasih-Nya kepada gereja-Nya.

10 Ayat Penting dalam Alkitab tentang Pernikahan
Artikel ini akan membahas 10 ayat penting dalam Alkitab tentang pernikahan, memberikan interpretasi berdasarkan teologi Reformed, serta mengutip pandangan beberapa pakar seperti John Calvin, Herman Bavinck, dan Martyn Lloyd-Jones. Melalui kajian ini, kita akan memahami bagaimana firman Tuhan memberi landasan bagi pernikahan Kristen.

1. Kejadian 2:24

"Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging."

Interpretasi:
Ayat ini adalah dasar pernikahan sejak penciptaan. Dalam tradisi Reformed, ayat ini dipahami sebagai institusi ilahi yang menetapkan bahwa pernikahan adalah hubungan eksklusif dan permanen. John Calvin menulis dalam komentarnya:"Pernikahan adalah kehendak Allah yang menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, menjadikannya lengkap melalui persekutuan dengan pasangan hidupnya."

Pernikahan mencerminkan kesatuan yang Allah maksudkan, bukan hanya dalam aspek fisik tetapi juga dalam aspek emosional dan spiritual.

2. Efesus 5:22-23

"Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat."

Interpretasi:
Ayat ini sering menjadi bahan diskusi dalam konteks peran dalam pernikahan. Dalam tradisi Reformed, tunduk tidak dimengerti sebagai inferioritas, tetapi sebagai pengaturan ilahi untuk harmoni. Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menulis:"Kepemimpinan suami dan tunduknya istri adalah refleksi dari hubungan antara Kristus dan jemaat-Nya. Ini adalah pola kasih, pelayanan, dan pengorbanan."

3. Efesus 5:25

"Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya."

Interpretasi:
Suami dipanggil untuk mencintai istri mereka dengan kasih yang rela berkorban, seperti Kristus mencintai gereja. Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa ini adalah panggilan tertinggi bagi suami. Dia menulis:"Seorang suami sejati akan menyerahkan dirinya untuk istrinya, memberikan segalanya demi kesejahteraannya, bahkan nyawanya sekalipun."

Panggilan ini menempatkan tanggung jawab besar pada suami untuk mencerminkan kasih Kristus.

4. Matius 19:6

"Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

Interpretasi:
Ayat ini menegaskan sifat permanen dari pernikahan. Dalam teologi Reformed, perceraian dipandang sebagai hal yang sangat serius dan hanya diperbolehkan dalam kondisi tertentu, seperti perzinahan (Matius 19:9). John Calvin menulis:"Kesatuan dalam pernikahan adalah pekerjaan Allah, dan tidak seorang pun memiliki hak untuk menghancurkan apa yang telah dipersatukan oleh-Nya."

5. 1 Korintus 7:3-4

"Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya; demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya."

Interpretasi:
Ayat ini berbicara tentang saling memberikan diri dalam hubungan pernikahan. Dalam tradisi Reformed, ayat ini dipahami sebagai panggilan untuk saling menghormati dan melayani pasangan. Herman Bavinck menekankan bahwa pernikahan adalah hubungan kasih dan tanggung jawab yang timbal balik.

6. Amsal 18:22

"Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN."

Interpretasi:
Ayat ini menggarisbawahi nilai dan berkat dari pernikahan. Pernikahan dipandang sebagai anugerah Tuhan bagi manusia untuk menikmati hubungan yang penuh kasih dan membangun keluarga. Dalam komentarnya, Calvin menulis:"Pernikahan adalah bukti kebaikan Allah kepada manusia, sarana untuk menggenapi panggilan-Nya di bumi."

7. Kejadian 1:27-28

"Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu."

Interpretasi:
Perintah ini menunjukkan tujuan pernikahan sebagai sarana untuk melanjutkan keturunan dan memenuhi bumi. Dalam tradisi Reformed, pernikahan dipandang sebagai konteks utama untuk prokreasi. Herman Bavinck menulis bahwa keluarga adalah struktur dasar masyarakat yang dirancang untuk mencerminkan kehendak Allah.

8. 1 Petrus 3:7

"Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia kehidupan."

Interpretasi:
Ayat ini menekankan penghormatan dan perlakuan yang bijaksana terhadap istri. Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa suami harus memahami kebutuhan emosional dan fisik istri mereka dengan cara yang mencerminkan kasih Kristus.
"Pernikahan bukanlah tempat untuk dominasi, tetapi untuk kasih yang penuh hormat dan perhatian."

9. Kolose 3:18-19

"Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia."

Interpretasi:
Ayat ini kembali menyoroti harmoni dalam pernikahan yang dicapai melalui tunduk dan kasih. Tradisi Reformed menekankan bahwa pernikahan Kristen harus mencerminkan hubungan yang penuh kasih dan saling melayani. Calvin mengingatkan bahwa kekerasan atau dominasi dalam pernikahan adalah penghinaan terhadap maksud Allah.

10. Ibrani 13:4

"Hendaklah kamu semua menghormati perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan orang-orang berzinah akan dihakimi Allah."

Interpretasi:
Ayat ini menegaskan bahwa pernikahan adalah lembaga yang harus dihormati dan dijaga dalam kekudusan. Dalam teologi Reformed, menjaga kekudusan pernikahan berarti setia kepada pasangan dan memelihara hubungan yang sesuai dengan firman Tuhan. Herman Bavinck menulis bahwa kekudusan pernikahan mencerminkan kekudusan Allah sendiri.

Kesimpulan

Pernikahan dalam perspektif Alkitab adalah lembaga yang kudus, dirancang oleh Allah untuk mencerminkan kasih-Nya kepada manusia. Kesepuluh ayat ini menyoroti elemen-elemen penting dalam pernikahan Kristen, termasuk kesatuan, kasih, penghormatan, dan kesetiaan. Teologi Reformed menegaskan bahwa pernikahan bukan hanya hubungan duniawi, tetapi juga panggilan rohani yang dimaksudkan untuk memuliakan Allah.

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjalani pernikahan dengan prinsip-prinsip Alkitabiah ini, sambil terus bergantung pada kasih karunia Allah untuk menghadapi tantangan dalam hubungan pernikahan. Pernikahan yang didasarkan pada firman Tuhan adalah kesaksian hidup tentang kasih, keadilan, dan kemuliaan Allah.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post