Imam Besar Kita yang Agung: Ibrani 4:14-16

Pendahuluan: Yesus, Imam Besar yang Melampaui Segalanya

Dalam Perjanjian Lama, institusi imam besar adalah inti dari hubungan umat Israel dengan Allah. Imam besar bertugas mempersembahkan korban bagi dosa umat, menjadi perantara antara Allah yang kudus dan manusia yang berdosa. Namun, institusi ini hanya bayangan dari karya yang jauh lebih besar, yaitu 
karya Yesus Kristus, Imam Besar Agung kita yang sejati.

Imam Besar Kita yang Agung
Ibrani 4:14-16 dengan indah menggambarkan peran Yesus sebagai Imam Besar:"Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya."

Artikel ini akan membahas Yesus sebagai Imam Besar yang agung dari tiga perspektif utama:

  1. Peran Yesus sebagai Imam Besar dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
  2. Mengapa Yesus adalah Imam Besar yang unik dan sempurna.
  3. Bagaimana kita sebagai orang percaya dapat hidup dalam terang karya-Nya sebagai Imam Besar kita.

I. Peran Imam Besar dalam Alkitab

  1. Imam Besar dalam Perjanjian Lama
    Imam besar dalam Perjanjian Lama memiliki tugas utama sebagai perantara antara Allah dan umat Israel. Dia bertanggung jawab atas pelayanan di Kemah Suci dan kemudian di Bait Allah. Salah satu tugas terpentingnya adalah mempersembahkan korban penghapus dosa pada Hari Pendamaian (Imamat 16).

Pada hari itu, imam besar masuk ke dalam Ruang Maha Kudus untuk mempersembahkan darah korban demi pengampunan dosa umat. Namun, korban ini harus dilakukan setiap tahun, karena darah domba dan lembu tidak pernah benar-benar dapat menghapus dosa (Ibrani 10:4).

  1. Bayangan dari Yesus Kristus
    Institusi imam besar dalam Perjanjian Lama adalah gambaran dari Yesus Kristus, Imam Besar yang sempurna. Dalam Ibrani 8:5, kita membaca bahwa pelayanan imam-imam dalam Kemah Suci adalah "salinan dan bayangan dari apa yang ada di surga."

Yesus datang untuk menggenapi institusi ini, bukan dengan membawa korban hewan, tetapi dengan mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban yang sempurna.

Pandangan Teologis:
John Calvin, dalam Institutes of the Christian Religion, menulis bahwa "Yesus adalah penggenapan dari semua simbol dan ritus dalam Perjanjian Lama. Dia adalah Imam Besar sejati yang membuka akses langsung kepada Allah bagi semua orang percaya."

II. Mengapa Yesus Adalah Imam Besar yang Unik dan Sempurna?

  1. Yesus Masuk ke Ruang Maha Kudus yang Sejati
    Berbeda dengan imam besar dalam Perjanjian Lama yang hanya masuk ke Ruang Maha Kudus di Bait Allah, Yesus, sebagai Imam Besar kita, masuk ke dalam Ruang Maha Kudus yang sejati di surga. Ibrani 9:11-12 berkata:"Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang; Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna yang bukan dibuat oleh tangan manusia, artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus dengan membawa darah-Nya sendiri."

Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak hanya membawa korban yang sempurna, tetapi juga melakukannya di hadapan Allah Bapa, membawa pendamaian yang kekal.

  1. Yesus sebagai Korban yang Sempurna
    Imam besar dalam Perjanjian Lama mempersembahkan korban yang diulang setiap tahun karena korban itu tidak pernah sempurna. Namun, Yesus mempersembahkan diri-Nya sendiri satu kali untuk selama-lamanya. Ibrani 10:10 berkata:"Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus."

Dietrich Bonhoeffer, dalam The Cost of Discipleship, menyebutkan bahwa korban Yesus adalah "kasih karunia yang mahal." Dia menulis: "Yesus tidak hanya menjadi imam, tetapi juga korban. Dalam satu tindakan yang penuh kasih, Dia menghapus dosa dan membuka jalan menuju Allah."

  1. Yesus Memahami Kelemahan Kita
    Ibrani 4:15 berkata bahwa Yesus adalah Imam Besar yang dapat "turut merasakan kelemahan-kelemahan kita." Meskipun Dia tanpa dosa, Dia mengalami pencobaan seperti kita, sehingga Dia memahami perjuangan kita.

R.C. Sproul, dalam The Holiness of God, menulis bahwa pemahaman Yesus terhadap kelemahan manusia menunjukkan kasih-Nya yang mendalam. "Yesus tidak hanya menyelamatkan kita, tetapi Dia juga memahami kita, sehingga kita dapat datang kepada-Nya dengan keberanian."

  1. Yesus Memberikan Akses Langsung kepada Allah
    Dalam Perjanjian Lama, hanya imam besar yang dapat masuk ke Ruang Maha Kudus, tetapi Yesus telah membuka jalan bagi semua orang percaya untuk mendekati Allah. Ibrani 10:19-20 berkata:"Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri."

III. Hidup dalam Terang Karya Yesus sebagai Imam Besar Kita

  1. Menghampiri Takhta Kasih Karunia dengan Keberanian
    Sebagai Imam Besar kita, Yesus mengundang kita untuk mendekati takhta kasih karunia Allah. Ibrani 4:16 berkata:"Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya."

Ini berarti kita tidak perlu takut atau merasa tidak layak, karena Yesus telah membuka jalan bagi kita.

  1. Hidup dalam Kekudusan
    Yesus tidak hanya mempersembahkan diri-Nya sebagai korban, tetapi juga menguduskan kita untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah. Dalam 1 Petrus 1:15-16, kita dipanggil untuk hidup kudus seperti Allah adalah kudus.

Jonathan Edwards, dalam Religious Affections, menulis bahwa hidup dalam kekudusan adalah respons alami dari orang yang telah mengalami kasih karunia Allah. "Iman yang sejati selalu menghasilkan kehidupan yang mencerminkan kekudusan Allah."

  1. Melayani sebagai Imam Kerajaan
    Sebagai orang percaya, kita juga dipanggil untuk menjadi "imam-imam kerajaan" (1 Petrus 2:9). Ini berarti kita dipanggil untuk melayani sesama dan membawa mereka kepada Allah melalui doa, kasih, dan kesaksian hidup kita.

Ilustrasi:
Seperti imam besar yang mempersembahkan korban untuk membawa umat kepada Allah, kita dipanggil untuk mempersembahkan hidup kita sebagai korban yang hidup (Roma 12:1) dan menjadi terang bagi dunia.

Kesimpulan: Yesus, Imam Besar Kita yang Agung

Yesus Kristus adalah Imam Besar kita yang agung, yang telah melampaui semua batas institusi Perjanjian Lama. Dia tidak hanya mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna, tetapi juga membuka jalan bagi kita untuk mendekati Allah dengan keberanian dan hidup dalam kekudusan.

Sebagai respons, mari kita:

  1. Menghampiri takhta kasih karunia Allah dengan iman dan keberanian.
  2. Hidup dalam kekudusan sebagai ungkapan syukur atas karya Yesus.
  3. Melayani sesama dengan kasih, membawa mereka kepada Allah melalui kesaksian hidup kita.

Yesus, Imam Besar kita yang agung, telah memberikan segalanya bagi kita. Mari kita hidup dengan penuh iman, sukacita, dan pengabdian kepada-Nya. Amin.

Referensi:

  1. John Calvin, Institutes of the Christian Religion.
  2. Jonathan Edwards, Religious Affections.
  3. Dietrich Bonhoeffer, The Cost of Discipleship.
  4. R.C. Sproul, The Holiness of God.
Next Post Previous Post