Penggenapan Perjanjian Daud dalam Kristus
Pendahuluan:
Perjanjian Allah dengan Daud merupakan salah satu tema teologis paling signifikan dalam Alkitab. Dalam 2 Samuel 7:12-16, Allah berjanji kepada Daud bahwa kerajaannya akan kekal dan keturunannya akan memerintah selamanya. Perjanjian ini bukan hanya janji politis tetapi juga menyatakan hubungan perjanjian yang sangat mendalam antara Allah dan umat-Nya, yang mencapai puncaknya dalam
kedatangan Yesus Kristus.
1. Latar Belakang Historis Perjanjian Allah dengan Daud
Setelah Daud menjadi raja Israel dan menaklukkan Yerusalem, ia membawa Tabut Perjanjian ke kota tersebut, yang menandakan pusat ibadah dan pemerintahan Israel. Dalam 2 Samuel 7, Daud ingin mendirikan rumah bagi Allah (Bait Allah) sebagai tempat tinggal permanen bagi Tabut Perjanjian. Namun, Allah melalui Nabi Natan menolak rencana tersebut dan malah menjanjikan sesuatu yang lebih besar kepada Daud: sebuah perjanjian kekal.
Konsep Kerajaan dan Keturunan:
- Pada zaman kuno, stabilitas dinasti dan kerajaan menjadi simbol keamanan dan kedaulatan. Perjanjian ini memberikan jaminan kepada Daud bahwa kerajaannya akan berlangsung selamanya, meskipun secara historis dinasti Daud berakhir pada zaman pembuangan Babel. Penggenapannya kemudian ditemukan dalam Kristus sebagai Raja Kekal.
2. Ayat-Ayat Kunci dalam Perjanjian Daud
a. 2 Samuel 7:12-16
“Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama nenek moyangmu, Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, yang akan keluar dari tubuhmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya untuk selama-lamanya.” (2 Samuel 7:12-13, AYT)
Ayat ini mencerminkan janji Allah yang bersifat kekal kepada Daud. Keturunan Daud yang dimaksud pertama-tama merujuk pada Salomo yang membangun Bait Allah, tetapi janji ini memiliki dimensi eskatologis yang mengarah kepada Mesias.
b. Mazmur 89:3-4
“Aku telah mengikat perjanjian dengan orang pilihan-Ku, Aku telah bersumpah kepada Daud, hamba-Ku: Aku akan menegakkan keturunanmu untuk selama-lamanya, dan membangun takhtamu turun-temurun.”
Mazmur ini menggemakan janji Allah kepada Daud, yang menggarisbawahi kekekalan kerajaan Daud sebagai bagian dari rencana Allah untuk umat-Nya.
c. Yeremia 33:20-21
“Beginilah firman TUHAN: Jika kamu dapat memutuskan perjanjian-Ku dengan siang dan malam, sehingga siang dan malam tidak datang pada waktunya, maka juga perjanjian-Ku dengan Daud, hamba-Ku, dapat diputuskan.”
Allah menegaskan kekuatan dan ketidakberubahan janji-Nya kepada Daud, mengaitkan perjanjian itu dengan tatanan penciptaan.
d. Lukas 1:32-33
“Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan memerintah atas keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berakhir.”
Janji kepada Daud digenapi sepenuhnya dalam Yesus Kristus, yang memerintah sebagai Raja Kekal.
3. Tafsiran Teologis tentang Perjanjian Daud
a. Pengertian Perjanjian dalam Alkitab
Perjanjian (Ibrani: berith) adalah komitmen ilahi yang menetapkan hubungan antara Allah dan manusia. Dalam konteks Daud, perjanjian ini bersifat unilateral (sepihak), artinya Allah sendirilah yang menginisiasi dan menjamin janji tersebut tanpa syarat langsung dari pihak Daud.
- Charles H. H. Scobie menjelaskan bahwa Perjanjian Daud merupakan bagian dari narasi besar Alkitab tentang hubungan perjanjian antara Allah dan umat-Nya. Perjanjian ini memperluas janji kepada Abraham (Kejadian 12:1-3) dengan menambahkan elemen kerajaan.
- Walter Brueggemann menegaskan bahwa perjanjian ini melampaui batas waktu dan ruang, menyatakan kehendak Allah untuk menyatakan diri-Nya melalui pemerintahan Daud dan keturunannya.
b. Perjanjian Daud dalam Konteks Teologi Keselamatan
Perjanjian Daud adalah dasar penting dalam teologi mesianis. Allah menjanjikan seorang keturunan yang akan memerintah selamanya, yang menunjuk kepada Kristus. Dalam Yesus, Perjanjian Daud menemukan penggenapan sepenuhnya.
- Craig G. Bartholomew dan Michael W. Goheen melihat perjanjian ini sebagai fondasi narasi Kerajaan Allah yang digenapi dalam Injil.
- N.T. Wright menyoroti bahwa janji kepada Daud merupakan elemen sentral dalam pemahaman Yahudi tentang harapan Mesianik.
4. Perspektif Para Pakar Teologi
a. John Calvin
Calvin dalam komentarnya tentang 2 Samuel 7 mengungkapkan bahwa janji kepada Daud bukan hanya untuk stabilitas politik Israel, tetapi lebih kepada pewahyuan kasih karunia Allah. Calvin menekankan bahwa perjanjian ini menunjukkan kepedulian Allah terhadap keselamatan umat-Nya melalui Mesias.
b. Charles Hodge
Hodge melihat Perjanjian Daud sebagai bukti providensi Allah yang terus bekerja dalam sejarah untuk mengarahkan segala sesuatu kepada kedatangan Kristus. Perjanjian ini, menurut Hodge, tidak hanya bersifat historis tetapi juga memiliki implikasi eskatologis.
c. John Bright
Bright memandang Perjanjian Daud sebagai pusat dari teologi Perjanjian Lama. Dalam bukunya A History of Israel, ia menekankan bahwa kerajaan Daud menjadi gambaran pemerintahan Allah di dunia, yang mencapai puncaknya dalam kedatangan Kristus.
5. Makna Perjanjian Daud untuk Orang Kristen Masa Kini
a. Pengharapan dalam Kristus
Perjanjian ini mengajarkan bahwa Allah adalah setia. Janji-Nya kepada Daud digenapi dalam Kristus, yang menjadi Raja Kekal. Hal ini memberikan pengharapan bagi umat Kristen bahwa Allah akan menggenapi semua janji-Nya.
b. Pemahaman tentang Kerajaan Allah
Perjanjian Daud memperkenalkan konsep kerajaan yang kekal. Dalam Kristus, orang percaya dipanggil untuk menjadi bagian dari kerajaan ini dan hidup dalam ketaatan kepada Raja yang Kudus.
c. Komitmen Allah kepada Umat-Nya
Perjanjian ini menunjukkan kasih Allah yang tak tergoyahkan kepada umat-Nya. Dalam konteks masa kini, hal ini mengingatkan kita bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya dan selalu bekerja untuk memenuhi rencana-Nya.
6. Dimensi Eskatologis Perjanjian Daud
Perjanjian Allah dengan Daud tidak hanya memiliki implikasi historis tetapi juga eskatologis. Yesus Kristus, sebagai keturunan Daud, memerintah selamanya, dan Kerajaan-Nya akan mencapai kepenuhan pada akhir zaman.
- Dalam Wahyu 22:16, Yesus menyebut diri-Nya sebagai “Akar dan Keturunan Daud.” Ini menegaskan bahwa Kristus adalah penggenapan penuh dari perjanjian tersebut.
- George Eldon Ladd mencatat bahwa Kerajaan Allah yang dijanjikan kepada Daud akan mencapai puncaknya dalam pemerintahan Kristus yang sempurna di langit dan bumi yang baru.
7. Tantangan dan Relevansi untuk Gereja Masa Kini
a. Menghidupi Panggilan Sebagai Bagian dari Kerajaan Allah
Gereja sebagai tubuh Kristus dipanggil untuk menghidupi nilai-nilai Kerajaan Allah. Perjanjian Daud mengingatkan kita bahwa misi gereja adalah melanjutkan pekerjaan Raja yang Kekal.
b. Menghadapi Ketidakpastian dengan Iman
Seperti Daud yang percaya kepada janji Allah di tengah tantangan politik dan pribadi, gereja masa kini juga harus mempercayai kesetiaan Allah di tengah tantangan global dan spiritual.
c. Memberitakan Yesus sebagai Raja
Perjanjian Daud memberikan dasar bagi pemberitaan Injil bahwa Yesus adalah Raja segala raja. Gereja dipanggil untuk menyatakan pemerintahan Kristus melalui kehidupan dan kesaksian.
Penutup
Perjanjian Allah dengan Daud merupakan salah satu perjanjian yang paling penting dalam sejarah penebusan. Melalui janji ini, Allah tidak hanya menjamin stabilitas kerajaan Israel tetapi juga menyatakan rencana keselamatan-Nya yang kekal. Dalam Kristus, Perjanjian Daud digenapi sepenuhnya, membawa pengharapan dan janji kehidupan kekal bagi semua orang percaya.
Sebagai umat Allah, kita diajak untuk hidup dalam pengharapan bahwa Allah adalah setia. Janji-Nya kepada Daud adalah bukti bahwa Ia bekerja dalam sejarah untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Penggenapan Perjanjian Daud dalam Kristus