Renungan Pagi: Tuhan Itu Sumber Kekuatan Kita (Habakuk 3:16)

Renungan Pagi: Tuhan Itu Sumber Kekuatan Kita (Habakuk 3:16)

Pendahuluan:

Saudara-saudari dalam Kristus, pagi ini kita kembali diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk merenungkan kebenaran-Nya. Kita hidup di dunia yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian. Setiap hari, kita menghadapi berbagai pergumulan—baik dalam pekerjaan, keluarga, kesehatan, maupun kehidupan rohani kita.

Ketika kita melihat keadaan dunia yang semakin rusak dan penuh penderitaan, ke mana kita mencari kekuatan? Apakah kita mengandalkan diri sendiri, orang lain, atau hal-hal duniawi? Ataukah kita datang kepada Tuhan sebagai sumber kekuatan kita?

Nabi Habakuk menghadapi tantangan besar dalam zamannya. Bangsa Yehuda mengalami kemunduran moral dan ketidaktaatan, sementara bangsa Babel yang penuh dengan kekerasan dan kejahatan semakin kuat. Tuhan menyatakan kepada Habakuk bahwa hukuman akan datang, tetapi rencana-Nya tetap baik. Meskipun ia gemetar ketakutan, Habakuk memilih untuk percaya kepada Tuhan dan menjadikan-Nya sebagai sumber kekuatannya.

Firman Tuhan dalam Habakuk 3:16 berkata:

"Aku mendengar, maka hatiku gemetar, bibirku bergetar mendengar bunyinya; tulang-tulangku menjadi lemah, aku gemetar di tempat aku berdiri. Namun dengan tenang aku akan menantikan hari kesusahan yang akan datang menimpa bangsa yang bergerombolan menyerang kami."

Ayat ini mengajarkan bahwa meskipun Habakuk takut dan lemah, ia tetap memilih untuk menantikan Tuhan dengan keyakinan bahwa Dia adalah sumber kekuatannya.

Dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa Tuhan berdaulat atas segala sesuatu dan hanya Dia yang dapat memberikan kekuatan sejati bagi umat-Nya. Oleh karena itu, kita harus belajar untuk bersandar kepada Tuhan dan bukan kepada kekuatan kita sendiri.

Hari ini, kita akan merenungkan tiga kebenaran utama dari Habakuk 3:16:

  1. Ketakutan dan Kelemahan Manusia adalah Kenyataan yang Harus Kita Akui
  2. Tuhan adalah Sumber Kekuatan Sejati bagi Umat-Nya
  3. Menantikan Tuhan dengan Iman dan Kepercayaan yang Teguh

1. Ketakutan dan Kelemahan Manusia adalah Kenyataan yang Harus Kita Akui

a) Habakuk Gemetar Ketakutan

Dalam ayat ini, Habakuk berkata, "Aku mendengar, maka hatiku gemetar, bibirku bergetar mendengar bunyinya; tulang-tulangku menjadi lemah, aku gemetar di tempat aku berdiri."

Habakuk mengalami ketakutan yang sangat besar setelah mendengar keputusan Tuhan untuk mendatangkan penghukuman atas Yehuda melalui bangsa Babel. Ia tidak menyangkal bahwa ia takut—bahkan tubuhnya gemetar dan tulangnya menjadi lemah.

Ketakutan adalah reaksi manusiawi ketika kita menghadapi sesuatu yang besar, mengerikan, atau tidak dapat kita kendalikan.

Dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa kejatuhan manusia dalam dosa telah membuat kita rentan terhadap ketakutan dan kelemahan. Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan kesulitan dan penderitaan, sehingga rasa takut adalah sesuatu yang nyata dan tidak bisa kita hindari.

b) Kita Sering Kali Merasa Lemah dan Takut dalam Hidup Ini

Seperti Habakuk, kita pun sering merasa:

  • Takut akan masa depan yang tidak pasti.
  • Takut kehilangan pekerjaan atau sumber penghidupan kita.
  • Takut menghadapi penyakit atau kematian.
  • Takut melihat kejahatan dan penderitaan yang terjadi di dunia ini.

Mazmur 55:5-6 berkata:

"Hatiku gelisah, kegentaran maut telah menimpa aku; aku dirundung takut dan gentar, perasaan seram meliputi aku."

Ketakutan adalah reaksi yang wajar, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita merespons ketakutan itu.

c) Mengakui Kelemahan Kita adalah Langkah Awal untuk Bersandar pada Tuhan

Ketika kita menyadari bahwa kita lemah, kita juga harus menyadari bahwa hanya Tuhan yang dapat menjadi kekuatan kita.

2 Korintus 12:9 berkata:

"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna."

Ini berarti bahwa kita tidak perlu menyembunyikan ketakutan atau berpura-pura kuat, tetapi kita harus datang kepada Tuhan dan mencari kekuatan-Nya.

Pertanyaan untuk direnungkan:

  • Apa yang menjadi ketakutan dan kelemahan saya hari ini?
  • Apakah saya bersedia mengakui kelemahan saya dan menyerahkannya kepada Tuhan?

2. Tuhan adalah Sumber Kekuatan Sejati bagi Umat-Nya

a) Kekuatan Sejati Tidak Berasal dari Manusia

Manusia sering kali mencari kekuatan dari hal-hal duniawi, seperti:

  • Harta dan kekayaan.
  • Pengaruh dan kekuasaan.
  • Kecerdasan dan kemampuan diri sendiri.

Namun, semua hal ini adalah sementara dan tidak dapat memberikan kekuatan yang sejati.

Mazmur 20:7 berkata:

"Orang mempercayakan kereta dan orang mempercayakan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita."

b) Tuhan Memberikan Kekuatan kepada Mereka yang Bersandar kepada-Nya

Habakuk tahu bahwa kekuatan sejati hanya berasal dari Tuhan. Dalam ayat berikutnya, ia berkata:

"TUHAN ALLAH itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku." (Habakuk 3:19)

Ini berarti bahwa meskipun situasi di sekitar kita tampak mengerikan, Tuhan tetap menjadi sumber kekuatan yang tidak tergoyahkan.

Yesaya 40:31 berkata:

"Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah."

Tuhan tidak pernah mengecewakan orang-orang yang mengandalkan Dia.

Pertanyaan untuk direnungkan:

  • Apakah saya lebih mengandalkan kekuatan sendiri daripada kekuatan Tuhan?
  • Bagaimana saya bisa lebih bersandar kepada Tuhan dalam hidup saya?

3. Menantikan Tuhan dengan Iman dan Kepercayaan yang Teguh

a) "Namun dengan Tenang Aku Akan Menantikan Tuhan"

Meskipun Habakuk takut dan gemetar, ia memutuskan untuk tetap menantikan Tuhan dengan tenang.

Ini adalah sikap iman sejati—percaya bahwa Tuhan tetap memegang kendali, bahkan di tengah situasi yang menakutkan.

Mazmur 46:10 berkata:

"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!"

Kita harus belajar untuk menantikan Tuhan dalam segala situasi dan percaya bahwa Dia akan bertindak tepat pada waktunya.

b) Berserah kepada Tuhan dalam Doa

Salah satu cara kita menantikan Tuhan adalah melalui doa.

Filipi 4:6-7 berkata:

"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal akan memelihara hatimu dan pikiranmu dalam Kristus Yesus."

Ketika kita berdoa, kita menyerahkan ketakutan kita kepada Tuhan dan menerima damai sejahtera-Nya.

Pertanyaan untuk direnungkan:

  • Apakah saya sudah belajar menantikan Tuhan dengan iman?
  • Bagaimana saya bisa lebih tekun dalam doa dan berserah kepada Tuhan?

Kesimpulan

Saudara-saudari dalam Kristus, Habakuk 3:16 mengajarkan bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan kita, bahkan di tengah ketakutan dan kesulitan hidup.

  1. Ketakutan dan kelemahan manusia adalah kenyataan yang harus kita akui.
  2. Tuhan adalah sumber kekuatan sejati yang tidak tergoyahkan.
  3. Kita harus belajar menantikan Tuhan dengan iman dan kepercayaan yang teguh.

Pagi ini, marilah kita menyerahkan seluruh hidup kita kepada Tuhan dan mengandalkan kekuatan-Nya dalam segala hal. Soli Deo Gloria!

Doa Pagi

"Tuhan yang Maha Kuasa, Engkau adalah sumber kekuatan kami. Tolong kami untuk tetap percaya kepada-Mu, bahkan di tengah ketakutan dan kelemahan kami. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin."

Next Post Previous Post