Yohanes 13:1: Kasih Kristus yang Kekal dan Pengorbanan-Nya
Pendahuluan
Yohanes 13:1 adalah salah satu ayat paling mendalam dalam Injil Yohanes yang menunjukkan kasih Yesus yang tak terbatas kepada murid-murid-Nya sebelum Ia menghadapi salib. Ayat ini berbunyi:
"Sebelum Hari Raya Paskah, Yesus tahu bahwa saat-Nya telah tiba bahwa Dia akan meninggalkan dunia ini kepada Bapa, setelah mengasihi kepunyaan-Nya sendiri di dunia, Dia mengasihi mereka sampai akhir." (Yohanes 13:1, AYT)
Dalam teologi Reformed, ayat ini menegaskan keberdaulatan Yesus atas waktu dan peristiwa, kasih-Nya yang sempurna kepada umat-Nya, serta pengorbanan-Nya sebagai puncak dari kasih tersebut. Artikel ini akan membahas makna Yohanes 13:1 dalam konteksnya, relevansinya dengan doktrin Reformed, serta implikasinya bagi kehidupan Kristen berdasarkan pandangan para teolog seperti John Calvin, R.C. Sproul, John Piper, Martyn Lloyd-Jones, dan lainnya.
1. Eksposisi Yohanes 13:1 dalam Konteks Injil Yohanes
Injil Yohanes memiliki struktur teologis yang kuat dan menyoroti keilahian Yesus serta kasih-Nya yang mendalam kepada umat-Nya. Yohanes 13 menandai transisi dari pelayanan publik Yesus kepada pelayanan pribadi-Nya kepada murid-murid-Nya, menjelang penderitaan-Nya di kayu salib.
A. "Sebelum Hari Raya Paskah"
1. Hubungan antara Paskah dan Pengorbanan Kristus
Hari Raya Paskah dalam Perjanjian Lama mengingatkan umat Israel akan pembebasan mereka dari perbudakan di Mesir melalui darah anak domba yang dioleskan pada ambang pintu rumah mereka (Keluaran 12:13).
Namun, dalam Perjanjian Baru, Yesus adalah Anak Domba Allah yang sejati, yang akan memberikan diri-Nya sebagai korban untuk menebus dosa umat-Nya.
1 Korintus 5:7 berkata:
"Sebab, Anak Domba Paskah kita juga telah dikorbankan, yaitu Kristus."
John Calvin dalam Commentary on John menulis:
"Kristus adalah penggenapan sejati dari Paskah; pengorbanan-Nya adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan."
2. Waktu yang Ditentukan dalam Rencana Allah
Yesus tahu bahwa saat-Nya telah tiba. Dalam Injil Yohanes, kesadaran Yesus akan waktu-Nya sangat ditekankan.
Yohanes 2:4 berkata:
"Waktu-Ku belum tiba."
Tetapi sekarang, Yesus mengetahui bahwa waktu-Nya telah tiba untuk menggenapi rencana penebusan.
John Piper dalam Providence menjelaskan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan Yesus berjalan sesuai dengan kehendak Allah yang berdaulat.
B. "Yesus tahu bahwa saat-Nya telah tiba bahwa Dia akan meninggalkan dunia ini kepada Bapa"
1. Kedaulatan Yesus dalam Penderitaan-Nya
Yesus tidak mengalami kematian secara kebetulan atau di luar kendali-Nya. Ia tahu persis apa yang akan terjadi dan menghadapinya dengan ketaatan penuh kepada Bapa.
Yohanes 10:18 berkata:
"Tidak seorang pun mengambilnya dari-Ku, melainkan Aku memberikannya atas kehendak-Ku sendiri."
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menegaskan bahwa Yesus tidak pasif dalam kematian-Nya, tetapi aktif menyerahkan diri-Nya demi keselamatan umat-Nya.
2. Yesus Kembali kepada Kemuliaan-Nya
Yesus akan "meninggalkan dunia ini kepada Bapa", yang berarti kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya kembali ke surga.
Filipi 2:9 berkata:
"Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama."
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa Yesus kembali kepada kemuliaan yang telah dimiliki-Nya sebelum dunia dijadikan (Yohanes 17:5).
C. "Setelah mengasihi kepunyaan-Nya sendiri di dunia"
1. Kasih Yesus yang Bersifat Spesifik dan Efektif
Yesus mengasihi "kepunyaan-Nya sendiri", yaitu mereka yang telah diberikan Bapa kepada-Nya (Yohanes 6:37).
Efesus 5:25 berkata:
"Kristus mengasihi jemaat dan menyerahkan diri-Nya baginya."
John Calvin menegaskan bahwa kasih Yesus kepada umat-Nya bukanlah kasih yang umum dan tidak terbatas, tetapi kasih yang ditujukan secara spesifik kepada mereka yang dipilih oleh Bapa.
2. Kasih Yesus yang Konstan dan Tidak Berubah
Kasih Kristus kepada umat-Nya tidak bergantung pada kebaikan mereka, tetapi pada kasih karunia Allah yang kekal.
Roma 8:39 berkata:
"Tidak ada sesuatu pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita."
John Piper dalam God is the Gospel menjelaskan bahwa kasih Kristus kepada umat-Nya adalah kasih yang aktif dan tidak tergoyahkan, yang membawa mereka kepada keselamatan kekal.
D. "Dia mengasihi mereka sampai akhir"
1. Kasih yang Sempurna Hingga Kematian-Nya
Frasa "mengasihi mereka sampai akhir" menunjukkan bahwa kasih Yesus mencapai puncaknya dalam pengorbanan-Nya di kayu salib.
Yohanes 15:13 berkata:
"Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seorang yang memberikan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya."
Martyn Lloyd-Jones dalam The Cross menekankan bahwa kasih Kristus tidak hanya dalam perkataan, tetapi dinyatakan melalui penderitaan dan kematian-Nya.
2. Kesetiaan Yesus terhadap Umat-Nya
Yesus tetap mengasihi murid-murid-Nya meskipun mereka akan meninggalkan Dia dalam penderitaan-Nya.
2 Timotius 2:13 berkata:
"Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya."
Herman Bavinck menjelaskan bahwa kesetiaan Yesus kepada umat-Nya adalah bagian dari sifat ilahi-Nya yang tidak bisa berubah.
2. Yohanes 13:1 dan Doktrin Teologi Reformed
A. Kasih Yesus dalam Doktrin Pemilihan (Election)
Yesus mengasihi "kepunyaan-Nya sendiri", yang mengacu kepada orang-orang pilihan yang telah diberikan Bapa kepada-Nya.
Efesus 1:4 berkata:
"Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan."
John Calvin menegaskan bahwa kasih Yesus kepada umat-Nya adalah kasih yang berdasarkan pemilihan kekal Allah.
B. Perseverance of the Saints: Kasih Yesus Menjamin Keselamatan Umat-Nya
Yesus mengasihi umat-Nya sampai akhir, yang berarti bahwa mereka yang benar-benar ditebus akan tetap bertahan dalam iman sampai akhir.
Filipi 1:6 berkata:
"Ia yang telah memulai pekerjaan baik di antara kamu, Ia juga yang akan menyempurnakannya."
R.C. Sproul menegaskan bahwa keselamatan kita terjamin karena kasih Yesus yang tidak pernah berubah.
3. Implikasi Yohanes 13:1 dalam Kehidupan Kristen
A. Hidup dalam Kasih Kristus
Kita harus mengasihi sesama seperti Yesus telah mengasihi kita (Yohanes 15:12).
B. Mengandalkan Kesetiaan Yesus
Kita bisa percaya bahwa Yesus tidak akan meninggalkan kita, bahkan dalam kelemahan kita (Ibrani 13:5).
C. Bersiap untuk Mengorbankan Diri bagi Sesama
Kasih sejati bukan hanya perasaan, tetapi tindakan nyata dalam melayani sesama.
Kesimpulan
Yohanes 13:1 mengajarkan bahwa:
- Kasih Yesus kepada umat-Nya adalah kasih yang abadi dan tidak tergoyahkan.
- Yesus secara sadar menyerahkan diri-Nya dalam ketaatan kepada Bapa.
- Keselamatan kita terjamin karena kasih-Nya yang sempurna.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam kasih Kristus dan meneladani pengorbanan-Nya.
Soli Deo Gloria!