Ibrani 4:9: Makna Perhentian Sejati

Pendahuluan
Dalam teologi Reformed, konsep "perhentian" dalam Ibrani 4:9 menjadi topik yang kaya akan makna teologis dan relevan bagi pemahaman akan Injil, keselamatan, serta eskatologi. Ayat ini berbunyi:
"Jadi masih tersedia suatu hari perhentian bagi umat Allah." (Ibrani 4:9)
Artikel ini akan mengupas ayat ini berdasarkan eksposisi dari beberapa pakar teologi Reformed, seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan beberapa pemikir modern lainnya.
1. Konteks Ibrani 4:9
Surat Ibrani ditulis untuk orang-orang Kristen berlatar belakang Yahudi yang mengalami tekanan untuk kembali kepada Yudaisme. Dalam pasal 3 dan 4, penulis Ibrani mengacu pada peristiwa di Keluaran dan Bilangan, ketika Israel gagal masuk ke dalam tanah perjanjian karena ketidakpercayaan mereka.
Pasal 4 menyoroti konsep "perhentian" (Sabatismos), yang tidak hanya merujuk pada hari Sabat secara literal tetapi juga pada perhentian rohani yang lebih dalam, yang dijanjikan oleh Allah bagi umat-Nya.
2. Makna "Hari Perhentian" (Sabatismos) dalam Ibrani 4:9
Kata Yunani sabbatismos hanya muncul satu kali dalam seluruh Alkitab, yaitu di ayat ini. Beberapa tafsiran utama dalam teologi Reformed tentang makna ayat ini adalah:
a. Perhentian Sabat dalam Kristus (Calvin & Owen)
John Calvin dalam Commentary on Hebrews menjelaskan bahwa "perhentian" dalam ayat ini adalah gambaran tentang penyelesaian karya keselamatan di dalam Kristus. Sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan penciptaan pada hari ketujuh (Kejadian 2:2), demikian juga orang percaya dipanggil untuk "berhenti" dari usaha mereka sendiri dan beristirahat dalam anugerah Kristus.
John Owen, seorang teolog Puritan, memperkuat pandangan ini dengan mengatakan bahwa Sabat Perjanjian Lama adalah bayangan dari istirahat sejati yang ada dalam Injil. Kristus adalah penggenapan perhentian itu, dan orang percaya memasukinya dengan iman (Matius 11:28-30).
b. Perhentian dalam Janji Eskatologis (Bavinck & Berkhof)
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa perhentian dalam Ibrani 4:9 memiliki aspek eskatologis. Ini merujuk pada "perhentian terakhir" dalam Kerajaan Allah yang akan datang, ketika orang percaya akan mengalami damai sejahtera yang sempurna dalam kehadiran Allah.
Louis Berkhof dalam Systematic Theology menambahkan bahwa konsep ini sejajar dengan doktrin the already and the not yet dalam teologi Reformed. Orang percaya sudah mengalami "perhentian" dalam Kristus, tetapi perhentian yang penuh masih menanti di masa depan, dalam langit dan bumi yang baru.
3. Eksposisi Berdasarkan Struktur Alkitabiah
Untuk memahami Ibrani 4:9 dengan lebih baik, kita harus melihatnya dalam terang narasi alkitabiah yang lebih luas:
a. Perhentian dalam Penciptaan (Kejadian 2:2-3)
Allah menetapkan hari ketujuh sebagai hari perhentian-Nya. Ini bukan karena Allah lelah, tetapi sebagai tanda bahwa karya-Nya telah sempurna. Sabat menjadi pola bagi manusia untuk beristirahat dalam Allah.
b. Perhentian dalam Tanah Perjanjian (Yosua 1:13, Mazmur 95:11)
Ketika Israel memasuki tanah Kanaan, hal itu dipandang sebagai "perhentian" yang dijanjikan Allah. Namun, Mazmur 95:11 menunjukkan bahwa generasi tertentu tidak bisa masuk ke dalamnya karena ketidakpercayaan mereka.
c. Perhentian dalam Kristus (Matius 11:28-30, Ibrani 4:3)
Yesus mengundang semua yang letih lesu untuk datang kepada-Nya dan menemukan perhentian. Ibrani 4:3 menegaskan bahwa mereka yang percaya telah masuk ke dalam perhentian itu.
d. Perhentian dalam Eskatologi (Wahyu 14:13)
Dalam kitab Wahyu, mereka yang mati di dalam Kristus disebut sebagai "beristirahat dari jerih lelah mereka." Ini adalah penggenapan akhir dari perhentian yang dijanjikan dalam Ibrani 4:9.
4. Aplikasi Teologis dan Praktis
a. Menemukan Perhentian Sejati dalam Kristus
Teologi Reformed menekankan bahwa keselamatan bukanlah hasil usaha manusia, tetapi murni anugerah Allah. Orang percaya harus berhenti mengandalkan pekerjaan mereka sendiri dan mempercayai karya Kristus yang telah selesai.
b. Sabat sebagai Bayangan dari Perhentian Kekal
Ibrani 4:9 mengingatkan kita bahwa Sabat dalam Perjanjian Lama adalah simbol dari sesuatu yang lebih besar. Ini berarti, meskipun orang Kristen tidak terikat pada Sabat secara seremonial, tetapi prinsip "perhentian" tetap berlaku—yaitu, beristirahat dalam Kristus setiap hari dan menantikan perhentian akhir di surga.
c. Panggilan untuk Hidup dengan Iman dan Ketaatan
Ibrani 4:11 memperingatkan kita untuk "berusaha masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorang pun jatuh karena ketidaktaatan yang sama." Ini mengajarkan bahwa iman sejati akan membuahkan kehidupan yang taat.
Kesimpulan
Ibrani 4:9 adalah ayat yang kaya dengan makna teologis. Dalam perspektif Reformed, ayat ini mengandung aspek:
-
Kristologis – Kristus sebagai perhentian sejati bagi umat-Nya.
-
Eskatologis – Perhentian akhir di dalam Kerajaan Allah.
-
Soteriologis – Keselamatan oleh anugerah, bukan usaha manusia.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup dalam perhentian rohani sekarang, sambil menantikan perhentian kekal yang telah disediakan Allah bagi kita.
Soli Deo Gloria!