Ibrani 4:11: Panggilan untuk Masuk ke dalam Perhentian Allah

Ibrani 4:11: Panggilan untuk Masuk ke dalam Perhentian Allah

Pendahuluan

Surat Ibrani adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Baru yang kaya akan teologi dan memiliki banyak rujukan kepada Perjanjian Lama. Ibrani 4:11 adalah bagian dari perikop yang membahas tentang "Perhentian bagi Umat Allah." Ayat ini berbunyi:

"Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorang pun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga." (Ibrani 4:11)

Ayat ini mengandung perintah yang mendesak bagi orang percaya untuk masuk ke dalam perhentian Allah dengan cara bertekun dalam iman dan menghindari ketidaktaatan seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel di padang gurun. Dalam artikel ini, kita akan mengeksposisi Ibrani 4:11 berdasarkan perspektif beberapa teolog Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan beberapa pemikir lainnya.

1. Konteks Ibrani 4:11 dalam Keseluruhan Surat Ibrani

Surat Ibrani ditulis untuk jemaat Kristen Yahudi yang menghadapi tekanan untuk kembali kepada sistem keagamaan Yahudi. Penulis Ibrani menggunakan banyak referensi dari Perjanjian Lama untuk menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah penggenapan semua janji Allah.

Pasal 3 dan 4 membahas tentang peristiwa di Keluaran dan Bilangan, ketika bangsa Israel gagal masuk ke dalam tanah perjanjian karena ketidakpercayaan mereka. Peristiwa ini menjadi peringatan bagi orang percaya untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, melainkan untuk berusaha masuk ke dalam perhentian Allah dengan iman dan ketaatan.

2. Makna "Berusaha untuk Masuk ke dalam Perhentian Allah"

a. Perhentian Allah sebagai Pekerjaan Keselamatan (Calvin & Owen)

John Calvin dalam Commentary on Hebrews menjelaskan bahwa perhentian yang dimaksud dalam Ibrani 4 bukan hanya sekadar tanah Kanaan, tetapi merujuk pada keselamatan di dalam Kristus. Calvin menekankan bahwa kita tidak boleh menjadi malas atau apatis dalam kehidupan iman, melainkan harus dengan sungguh-sungguh mengejar anugerah keselamatan.

John Owen, seorang teolog Puritan, menambahkan bahwa "berusaha" di sini bukan berarti manusia dapat memperoleh keselamatan dengan usaha sendiri. Sebaliknya, ini berbicara tentang ketaatan sebagai bukti dari iman sejati yang telah bekerja dalam diri seseorang.

b. Perhentian sebagai Kegenapan Janji Eskatologis (Bavinck & Berkhof)

Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menjelaskan bahwa perhentian Allah adalah gambaran dari keadaan eskatologis di mana umat Allah akan menikmati kehadiran-Nya dalam kemuliaan yang kekal. Ini selaras dengan konsep "already but not yet" dalam teologi Reformed, di mana orang percaya telah menerima janji keselamatan tetapi masih menantikan penggenapan penuh di masa depan.

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menegaskan bahwa perhentian ini mencakup dua aspek:

  1. Aspek Present (Saat Ini) – Orang percaya sudah dapat mengalami perhentian rohani dalam Kristus melalui iman.

  2. Aspek Eskatologis (Masa Depan) – Perhentian sempurna akan terjadi ketika kita masuk ke dalam Kerajaan Allah secara penuh di langit dan bumi yang baru.

3. Eksposisi Berdasarkan Narasi Alkitabiah

a. Perhentian dalam Penciptaan (Kejadian 2:2-3)

Allah berhenti dari pekerjaan penciptaan pada hari ketujuh sebagai tanda bahwa segala sesuatu telah diselesaikan. Ini menjadi pola bagi umat manusia untuk mengalami perhentian dalam hubungan dengan Allah.

b. Perhentian dalam Tanah Perjanjian (Mazmur 95:11, Yosua 1:13)

Tanah Kanaan dijanjikan sebagai perhentian bagi Israel, tetapi mereka gagal masuk karena ketidaktaatan mereka. Mazmur 95:11 menegaskan bahwa mereka yang tidak taat tidak akan masuk ke dalam perhentian Allah.

c. Perhentian dalam Kristus (Matius 11:28-30, Ibrani 4:3)

Yesus Kristus menawarkan perhentian sejati bagi jiwa yang letih. Ibrani 4:3 menegaskan bahwa mereka yang percaya telah masuk ke dalam perhentian itu.

d. Perhentian dalam Eskatologi (Wahyu 14:13)

Di masa depan, mereka yang meninggal dalam Kristus akan mengalami perhentian kekal dari jerih lelah mereka. Ini adalah penggenapan dari perhentian yang dijanjikan dalam Ibrani 4:11.

4. Makna "Jangan Seorang pun Jatuh karena Ketidaktaatan"

a. Contoh Ketidaktaatan Israel di Padang Gurun

Ketidaktaatan Israel di padang gurun menjadi contoh bagi kita tentang bahaya ketidakpercayaan (Bilangan 14:22-23). Mereka telah melihat mukjizat Allah, tetapi tetap bersungut-sungut dan menolak untuk percaya.

b. Bahaya Kekerasan Hati dalam Kehidupan Kristen

John Calvin menekankan bahwa iman sejati harus disertai dengan ketekunan. Orang yang hanya mengaku percaya tetapi tidak menunjukkan buah ketaatan berisiko jatuh seperti bangsa Israel.

c. Panggilan untuk Hidup dalam Iman dan Ketaatan

Ibrani 4:11 adalah ajakan bagi orang percaya untuk terus bertekun dalam iman dan tidak menyerah pada godaan untuk kembali ke kehidupan lama.

5. Aplikasi Teologis dan Praktis

a. Ketekunan dalam Iman

Kehidupan Kristen bukanlah perjalanan yang mudah. Kita dipanggil untuk tetap setia dan tidak menjadi seperti Israel yang gagal masuk ke dalam perhentian karena ketidakpercayaan.

b. Mencari Perhentian Sejati dalam Kristus

Keselamatan hanya dapat ditemukan dalam Kristus. Kita harus beristirahat dalam karya-Nya yang telah selesai di kayu salib.

c. Pengharapan akan Perhentian Kekal

Kehidupan di dunia ini penuh dengan tantangan, tetapi ada pengharapan akan perhentian kekal bersama Allah di surga.

Kesimpulan

Ibrani 4:11 adalah panggilan bagi orang percaya untuk bertekun dalam iman dan tidak jatuh dalam ketidaktaatan seperti bangsa Israel di padang gurun. Beberapa poin utama yang bisa kita ambil adalah:

  1. Perhentian Allah adalah anugerah keselamatan dalam Kristus.

  2. Perhentian itu sudah dimulai tetapi akan mencapai puncaknya dalam eskatologi.

  3. Iman sejati harus disertai dengan ketekunan dan ketaatan.

Sebagai umat Allah, kita dipanggil untuk "berusaha masuk ke dalam perhentian itu" dengan tetap setia dalam iman, mengandalkan Kristus, dan menantikan penggenapan janji-Nya dalam kekekalan.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post