Pelayan Injil oleh Anugerah: Efesus 3:7

Pendahuluan
Dalam Efesus 3:7, Rasul Paulus mengakui bahwa ia telah dipanggil menjadi pelayan Injil bukan karena kehebatannya sendiri, tetapi semata-mata oleh anugerah dan kuasa Allah. Ayat ini berbunyi:
"Aku menjadi pelayan Injil sesuai dengan karunia dari anugerah Allah, yang diberikan kepadaku menurut pekerjaan kuasa-Nya." (Efesus 3:7, AYT)
Ayat ini mengandung beberapa konsep teologis penting dalam pemahaman Reformed, seperti anugerah Allah dalam panggilan pelayanan, pekerjaan kuasa Allah dalam hidup orang percaya, dan sifat pelayanan Kristen yang sejati. Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi eksposisi Efesus 3:7 berdasarkan pandangan beberapa teolog Reformed serta makna teologisnya dalam kehidupan Kristen.
Konteks Efesus 3:7
Surat Efesus ditulis oleh Paulus ketika ia berada dalam penjara (sekitar tahun 60-62 M). Dalam pasal 3, Paulus berbicara tentang rahasia Kristus yang telah diungkapkan kepada para rasul dan nabi, yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi juga turut menjadi bagian dalam keselamatan yang dijanjikan dalam Kristus.
Efesus 3:7 berada dalam bagian yang membahas panggilan Paulus sebagai pelayan Injil. Dalam ayat-ayat sebelumnya (Efesus 3:1-6), Paulus menjelaskan bagaimana misteri keselamatan yang sebelumnya tersembunyi kini telah diungkapkan, dan bagaimana ia ditunjuk sebagai rasul untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa.
Ayat ini menunjukkan bahwa:
- Pelayanan Injil adalah hasil anugerah Allah, bukan usaha manusia.
- Paulus menjadi pelayan bukan karena kemampuannya sendiri, tetapi karena pekerjaan kuasa Allah dalam dirinya.
- Setiap orang yang dipanggil melayani harus mengandalkan anugerah dan kuasa Allah, bukan kekuatan sendiri.
Eksposisi Efesus 3:7 dalam Perspektif Teologi Reformed
1. Paulus Sebagai Pelayan Injil oleh Anugerah Allah
"Aku menjadi pelayan Injil sesuai dengan karunia dari anugerah Allah..."
Dalam bagian pertama ayat ini, Paulus menekankan bahwa ia menjadi pelayan Injil bukan karena pilihannya sendiri, tetapi karena anugerah Allah.
a. Pelayanan adalah Panggilan dari Allah, Bukan Ambisi Pribadi
John Calvin dalam Commentary on Ephesians menjelaskan bahwa Paulus tidak mengklaim jabatan ini berdasarkan prestasinya sendiri, tetapi menerima panggilan ini sebagai anugerah murni dari Allah. Calvin menekankan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa melayani Tuhan dengan benar tanpa menerima panggilan yang sah dari-Nya.
Paulus adalah contoh sempurna dari seorang yang dahulu adalah musuh Injil tetapi kemudian dipanggil untuk melayaninya. Ini menunjukkan bahwa Allah dapat memakai siapa saja untuk pekerjaan-Nya, bukan berdasarkan kelayakan manusia, tetapi berdasarkan rencana-Nya sendiri.
b. Doktrin Anugerah dalam Pelayanan
Teologi Reformed menekankan bahwa setiap aspek dalam kehidupan orang percaya, termasuk pelayanan, adalah hasil dari anugerah Allah (Sola Gratia).
Jonathan Edwards dalam Religious Affections menekankan bahwa segala sesuatu yang baik yang dilakukan oleh orang percaya adalah hasil dari pekerjaan anugerah Allah dalam hati mereka. Pelayanan bukanlah sesuatu yang bisa kita banggakan, karena itu semua adalah pemberian Tuhan.
c. Tidak Ada yang Bisa Melayani dengan Kekuatan Sendiri
R.C. Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan bahwa kemampuan manusia tidak cukup untuk melayani Tuhan. Setiap pelayanan yang sejati adalah hasil dari panggilan dan anugerah Tuhan.
2. Kuasa Allah dalam Pelayanan Paulus
"...yang diberikan kepadaku menurut pekerjaan kuasa-Nya."
Bagian kedua ayat ini menegaskan bahwa pelayanan Paulus bukan hanya karena anugerah, tetapi juga karena pekerjaan kuasa Allah dalam hidupnya.
a. Kuasa Allah yang Mengubah Seorang Pendosa Menjadi Rasul
John MacArthur dalam The Gospel According to the Apostles menekankan bahwa kehidupan Paulus adalah bukti dari kuasa transformatif Allah. Paulus dulunya adalah penganiaya gereja, tetapi Allah dengan kuasa-Nya mengubahnya menjadi salah satu pemberita Injil terbesar dalam sejarah.
Ini menunjukkan bahwa Allah tidak hanya memberikan panggilan kepada hamba-Nya, tetapi juga memberikan kuasa untuk menjalankan panggilan itu.
b. Keselamatan dan Pelayanan adalah Karya Allah, Bukan Manusia
Martin Lloyd-Jones dalam God’s Ultimate Purpose menegaskan bahwa baik keselamatan maupun pelayanan adalah pekerjaan Allah dari awal hingga akhir. Tidak ada yang bisa melayani Tuhan dengan benar tanpa kuasa-Nya yang bekerja dalam dirinya.
Lloyd-Jones menekankan bahwa kita sering merasa tidak layak untuk melayani, tetapi Tuhanlah yang memampukan kita dengan Roh Kudus-Nya.
c. Roh Kudus sebagai Sumber Kekuatan dalam Pelayanan
Dalam teologi Reformed, pekerjaan Roh Kudus sangat penting dalam pelayanan. Charles Spurgeon dalam The Power of the Holy Spirit menjelaskan bahwa tidak ada pelayanan yang sejati tanpa kuasa Roh Kudus. Paulus dapat melayani bukan karena kekuatannya sendiri, tetapi karena kuasa Roh Kudus yang bekerja dalam dirinya.
Makna Teologis Efesus 3:7 dalam Teologi Reformed
1. Panggilan untuk Melayani adalah Anugerah, Bukan Hak Pribadi
Paulus tidak menjadikan pelayanan sebagai sesuatu yang ia kejar untuk kemuliaan dirinya sendiri. Sebaliknya, ia memahami bahwa menjadi pelayan Injil adalah anugerah murni dari Tuhan.
Hal ini mengajarkan bahwa tidak ada seorang pun yang bisa menuntut posisi dalam pelayanan sebagai haknya. Semua panggilan dalam gereja, baik sebagai pendeta, pengajar, atau pelayan lainnya, adalah hasil dari kasih karunia Allah.
2. Hanya dengan Kuasa Allah Kita Bisa Melayani dengan Efektif
Pelayanan tidak bisa dilakukan dengan kekuatan manusia semata. Paulus menegaskan bahwa hanya karena pekerjaan kuasa Allah ia bisa menjadi pelayan Injil.
Dalam kehidupan kita, kita sering merasa lemah dan tidak mampu. Namun, Efesus 3:7 mengingatkan kita bahwa Allah yang memanggil kita juga akan memberikan kekuatan untuk menjalankan panggilan itu.
3. Keselamatan dan Pelayanan Adalah Pekerjaan Allah dari Awal hingga Akhir
Teologi Reformed menekankan bahwa baik keselamatan maupun pelayanan adalah karya Allah dari awal hingga akhir (Sola Gratia). Kita tidak bisa mengandalkan kekuatan kita sendiri, tetapi harus bergantung sepenuhnya pada Tuhan.
Implikasi Praktis dalam Kehidupan Kristen
1. Rendah Hati dalam Pelayanan
Karena pelayanan adalah anugerah Tuhan, tidak ada tempat untuk kesombongan dalam pelayanan.
Sebagai orang percaya, kita harus selalu mengingat bahwa kita tidak layak melayani Tuhan, tetapi oleh kasih karunia-Nya, kita diberikan kesempatan untuk bekerja bagi-Nya.
2. Mengandalkan Kuasa Tuhan dalam Segala Hal
Banyak orang merasa tidak mampu melayani karena merasa tidak cukup pintar, tidak cukup kuat, atau tidak cukup suci. Tetapi Paulus mengingatkan bahwa pelayanan bukan tentang kemampuan kita, tetapi tentang kuasa Tuhan yang bekerja dalam kita.
Kita harus belajar bersandar pada kuasa Roh Kudus dalam segala hal yang kita lakukan untuk Tuhan.
3. Melayani dengan Sukacita karena Itu adalah Anugerah
Paulus menyadari bahwa menjadi pelayan Injil adalah sebuah karunia besar. Sebagai orang percaya, kita harus melayani dengan sukacita, bukan dengan paksaan atau keluhan.
Kita tidak layak untuk melayani Tuhan, tetapi Dia telah memilih kita untuk menjadi alat-Nya. Ini adalah hak istimewa terbesar dalam hidup kita.
Kesimpulan
Efesus 3:7 mengajarkan bahwa:
- Pelayanan adalah hasil dari anugerah Allah, bukan usaha manusia.
- Tidak ada yang bisa melayani Tuhan tanpa kuasa-Nya yang bekerja dalam dirinya.
- Keselamatan dan pelayanan adalah karya Allah dari awal hingga akhir.
- Setiap orang percaya harus melayani dengan rendah hati, mengandalkan kuasa Tuhan, dan bersukacita dalam panggilan yang diberikan Tuhan.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk melayani Tuhan bukan dengan kekuatan kita sendiri, tetapi dengan anugerah dan kuasa-Nya. Soli Deo Gloria!