Roma 3:10-18: Kejatuhan Total Manusia dan Anugerah Allah

Pendahuluan
Surat Roma merupakan salah satu kitab yang memiliki pengaruh besar dalam pemahaman teologi Kristen, khususnya dalam doktrin keselamatan. Roma 3:10-18 adalah bagian penting yang menegaskan keadaan manusia yang telah jatuh dalam dosa dan ketidakmampuannya untuk mencari Allah dengan kekuatannya sendiri. Paulus dalam bagian ini mengutip berbagai ayat dari Perjanjian Lama untuk menunjukkan bahwa tidak ada manusia yang benar di hadapan Allah.
Dalam eksposisi ini, kita akan menelaah ayat-ayat ini dari perspektif beberapa pakar teologi Reformed seperti Martin Luther, John Calvin, R.C. Sproul, dan John MacArthur. Dengan demikian, kita dapat memahami lebih dalam bagaimana ayat-ayat ini mengajarkan tentang natur manusia, total depravity (kejatuhan total), dan kebutuhan akan anugerah Allah.
Teks Roma 3:10-18
“Seperti ada tertulis, ‘Tidak ada yang berbuat baik, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang memahami. Tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Mereka semua telah menyimpang, mereka bersama-sama telah menjadi keji. Tidak ada seorang pun yang berbuat baik. Seorang pun tidak!’
‘Kerongkongan mereka adalah kuburan yang menganga, mereka menggunakan lidah mereka untuk menipu, racun ular berbisa ada pada bibir mereka.’
‘Mulut mereka dipenuhi dengan kutukan dan kepahitan.’
‘Kaki mereka bergegas menumpahkan darah. Ada keruntuhan dan kehancuran di jalan mereka. Hidup dalam damai tidak mereka kenal.’
‘Tidak ada rasa takut akan Allah di hadapan mata mereka.’” (Roma 3:10-18, AYT)
Eksposisi Ayat Per Ayat
1. Roma 3:10-12 – Tidak Ada yang Benar
Paulus memulai dengan pernyataan bahwa tidak ada seorang pun yang benar di hadapan Allah. Ini adalah kutipan dari Mazmur 14:1-3 dan Mazmur 53:1-3.
Pendapat John Calvin:
Calvin dalam Institutes of the Christian Religion menegaskan bahwa manusia, setelah jatuh dalam dosa, tidak hanya kehilangan kebenaran, tetapi juga tidak mampu mencari Allah dengan kemauan bebasnya sendiri. Calvin menekankan doktrin Total Depravity (kerusakan total), yang menyatakan bahwa setiap aspek manusia telah dirusak oleh dosa.
Pendapat Martin Luther:
Luther dalam The Bondage of the Will (Perbudakan Kehendak) menyatakan bahwa kehendak manusia tidak bebas untuk memilih Allah, tetapi diperbudak oleh dosa. Inilah sebabnya manusia tidak dapat datang kepada Allah tanpa anugerah-Nya yang bekerja lebih dahulu dalam hidup mereka.
Dengan demikian, ayat ini menegaskan bahwa tanpa anugerah Allah, manusia tidak mungkin mencari kebenaran atau melakukan kehendak-Nya.
2. Roma 3:13-14 – Dosa dalam Perkataan
Paulus kemudian menggambarkan bagaimana dosa juga mencemari perkataan manusia. Ia mengutip Mazmur 5:9, Mazmur 10:7, dan Yesaya 59:3-4 untuk menunjukkan bahwa perkataan manusia dipenuhi dengan kebohongan, kutukan, dan kepahitan.
Pendapat R.C. Sproul:
Sproul dalam bukunya The Holiness of God menjelaskan bahwa perkataan manusia adalah cerminan dari hatinya. Karena hati manusia telah rusak oleh dosa, maka dari mulutnya keluar perkataan yang jahat. Ini sesuai dengan ajaran Yesus dalam Matius 12:34, “Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.”
Aplikasi Praktis:
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menggunakan perkataan kita untuk membangun dan bukan merusak. Yakobus 3:9-10 menegaskan bahwa dengan lidah yang sama kita bisa memuji Allah dan mengutuk manusia, yang tidak seharusnya terjadi.
3. Roma 3:15-17 – Dosa dalam Tindakan
Paulus melanjutkan dengan menggambarkan bagaimana dosa manusia tidak hanya dalam perkataan, tetapi juga dalam tindakan. Kutipan dari Yesaya 59:7-8 menunjukkan bahwa manusia cenderung kepada kekerasan, kehancuran, dan tidak mengenal jalan damai.
Pendapat John MacArthur:
Dalam The MacArthur New Testament Commentary, MacArthur menjelaskan bahwa bagian ini menunjukkan konsekuensi dari hati yang berdosa: mereka cepat dalam melakukan kejahatan dan tidak memiliki hati yang damai. Ini mengingatkan kita akan Kejadian 6:5, di mana Allah melihat bahwa hati manusia cenderung jahat sepanjang hidupnya.
Aplikasi Praktis:
Sebagai orang percaya, kita harus berusaha untuk mencerminkan damai sejahtera Allah dalam kehidupan kita. Yesus berkata dalam Matius 5:9, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”
4. Roma 3:18 – Tidak Ada Rasa Takut Akan Allah
Ayat terakhir dari bagian ini menyatakan bahwa manusia tidak memiliki rasa takut akan Allah, mengutip Mazmur 36:1.
Pendapat John Calvin:
Calvin berpendapat bahwa rasa takut akan Allah adalah dasar dari kebijaksanaan (Amsal 1:7), dan tanpa rasa takut akan Allah, manusia akan hidup dalam pemberontakan terus-menerus.
Pendapat R.C. Sproul:
Sproul dalam The Holiness of God menekankan bahwa tanpa pemahaman akan kekudusan Allah, manusia akan terus hidup dalam dosa tanpa merasa bersalah. Inilah yang terjadi ketika manusia kehilangan rasa takut akan Allah.
Kesimpulan: Kejatuhan Total dan Kebutuhan akan Anugerah Allah
Eksposisi Roma 3:10-18 menunjukkan bahwa:
-
Manusia sepenuhnya berdosa (Total Depravity) dan tidak bisa mencari Allah dengan usahanya sendiri.
-
Dosa mencemari perkataan manusia, yang tercermin dalam kebohongan, kepahitan, dan kutukan.
-
Dosa mempengaruhi tindakan manusia, yang menyebabkan mereka cepat melakukan kejahatan dan tidak mengenal damai.
-
Manusia tidak memiliki rasa takut akan Allah, yang membuat mereka terus hidup dalam pemberontakan.
Doktrin Total Depravity yang ditekankan dalam teologi Reformed menunjukkan bahwa manusia hanya dapat diselamatkan oleh anugerah Allah. Efesus 2:8-9 menegaskan bahwa keselamatan adalah pemberian Allah, bukan hasil usaha manusia.
Panggilan bagi Orang Percaya
Sebagai orang percaya, kita harus:
-
Menyadari betapa dalamnya dosa kita dan kebutuhan kita akan Kristus.
-
Berhati-hati dalam perkataan dan tindakan kita, mencerminkan kasih dan damai sejahtera Allah.
-
Hidup dengan rasa takut akan Allah, yang membawa kita kepada kebijaksanaan dan pertobatan.
Sebagaimana Paulus melanjutkan di Roma 3:23-24,
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, tetapi mereka dibenarkan dengan cuma-cuma oleh anugerah-Nya melalui penebusan dalam Kristus Yesus.”
Semoga kita semua semakin memahami kebergantungan kita kepada anugerah Allah dan semakin bersyukur atas keselamatan yang telah diberikan kepada kita melalui Kristus. Soli Deo Gloria!