Rut 1:13 – Kedaulatan Allah dalam Penderitaan

Pendahuluan
Kitab Rut adalah salah satu kitab yang kaya dengan makna teologis dan historis. Kitab ini menggambarkan penyertaan Allah dalam kehidupan umat-Nya melalui kisah tentang kesetiaan dan pemeliharaan ilahi di tengah kesulitan. Salah satu ayat yang mencerminkan perasaan mendalam dan tantangan yang dihadapi oleh tokoh utama adalah Rut 1:13:
"Akankah kamu menunggu sampai mereka dewasa? Akankah kamu menahan diri sendiri untuk tidak bersuami? Tidak, anak-anakku. Sebab, hal ini akan lebih mendukakan aku karena tangan TUHAN telah menindas aku!" (Rut 1:13, AYT)
Ayat ini merupakan bagian dari perkataan Naomi kepada kedua menantunya, Orpa dan Rut, ketika ia mendorong mereka untuk kembali ke keluarga mereka masing-masing setelah kematian suami mereka. Eksposisi ini akan menganalisis ayat tersebut berdasarkan beberapa pakar teologi Reformed serta melihat relevansinya dalam kehidupan Kristen.
Konteks Historis dan Naratif
Kitab Rut terjadi pada zaman para hakim, suatu masa di mana Israel sering jatuh dalam siklus dosa, penghukuman, pertobatan, dan pemulihan (Hakim-hakim 21:25). Naomi dan keluarganya meninggalkan Betlehem ke Moab karena kelaparan, tetapi di sana, ia mengalami kehilangan besar: suaminya, Elimelekh, serta kedua putranya, Mahlon dan Kilyon, meninggal.
Dalam budaya kuno, seorang janda berada dalam posisi rentan. Oleh karena itu, Naomi menyarankan agar menantunya kembali ke keluarga asal mereka karena ia tidak bisa menjamin masa depan mereka di Israel.
Ayat ini menunjukkan pergumulan batin Naomi. Ia menyadari bahwa ia tidak dapat memberikan suami baru bagi mereka dan mengungkapkan keyakinannya bahwa tangan Tuhan telah menindasnya.
Eksposisi Teologis Berdasarkan Pakar Teologi Reformed
1. John Calvin: Pemeliharaan Allah dalam Penderitaan
John Calvin dalam Commentary on Ruth menyoroti bahwa pernyataan Naomi tentang Tuhan yang menindasnya bukanlah ungkapan putus asa, tetapi pengakuan akan kedaulatan Allah dalam penderitaan. Calvin menulis:
"Naomi tidak berbicara sebagai seseorang yang memberontak terhadap Tuhan, tetapi sebagai seorang yang memahami bahwa segala sesuatu ada dalam tangan-Nya."
Dalam pandangan Reformed, Allah mengatur segala sesuatu menurut kehendak-Nya, bahkan dalam penderitaan. Calvin mengajarkan bahwa penderitaan bukanlah bukti bahwa Allah meninggalkan umat-Nya, tetapi cara untuk menyatakan rencana-Nya yang lebih besar (Roma 8:28).
Aplikasi:
-
Seorang Kristen yang mengalami penderitaan dapat berpegang pada kedaulatan Allah, mengetahui bahwa bahkan dalam kesulitan, Allah tetap memelihara umat-Nya.
2. Matthew Henry: Kesetiaan di Tengah Kepahitan
Matthew Henry dalam komentarnya tentang Rut 1:13 menyoroti bagaimana Naomi mengalami kesedihan yang mendalam, tetapi tidak kehilangan imannya kepada Allah. Ia menulis:
"Naomi menyadari bahwa Tuhan-lah yang mengizinkan penderitaan ini terjadi, tetapi ini tidak menghentikannya untuk berusaha melindungi orang lain."
Henry menunjukkan bahwa sikap Naomi mencerminkan kasih yang rela berkorban. Ia tidak ingin menantunya mengalami kepahitan yang sama, meskipun itu berarti mereka harus meninggalkannya.
Aplikasi:
-
Dalam kehidupan Kristen, kita diajar untuk tidak membiarkan kepahitan mendikte tindakan kita, tetapi tetap setia dan peduli terhadap orang lain meskipun dalam penderitaan.
3. Herman Bavinck: Hikmat dalam Kedaulatan Allah
Herman Bavinck, seorang teolog Reformed Belanda, menekankan hubungan antara penderitaan dan hikmat Allah. Dalam tulisannya tentang Providence, ia menjelaskan bahwa penderitaan sering kali merupakan cara Allah menuntun umat-Nya kepada rencana yang lebih baik.
Dalam konteks Rut 1:13, Naomi tidak menyadari bahwa di balik penderitaannya, Tuhan sedang mengatur peristiwa yang akan membawa Rut ke dalam garis keturunan Mesias.
Aplikasi:
-
Seperti Naomi, kita sering kali tidak dapat memahami tujuan Allah dalam penderitaan kita. Namun, dalam iman Reformed, kita percaya bahwa Allah sedang mengarahkan segala sesuatu untuk kemuliaan-Nya dan kebaikan umat-Nya.
4. R.C. Sproul: Tuhan Tidak Pernah Meninggalkan Umat-Nya
R.C. Sproul dalam bukunya The Invisible Hand menjelaskan bahwa Allah tidak pernah jauh dari umat-Nya, bahkan ketika mereka merasa ditinggalkan.
Ketika Naomi berkata bahwa tangan Tuhan menindasnya, itu bukan berarti Tuhan benar-benar meninggalkannya, tetapi hanya karena ia belum melihat tujuan ilahi dari penderitaannya. Sproul menulis:
"Tangan Tuhan yang sama yang menindas kita dalam satu musim kehidupan adalah tangan yang akan menuntun kita kepada pemulihan di musim berikutnya."
Ini menjadi jelas ketika kisah Rut berlanjut: Rut akhirnya menikah dengan Boas, dan melalui keturunan mereka, lahirlah Raja Daud dan akhirnya Yesus Kristus.
Aplikasi:
-
Ketika mengalami penderitaan, orang percaya harus mengingat bahwa Allah tetap bekerja di balik layar untuk menggenapi rencana-Nya.
Implikasi Teologis dan Aplikasi dalam Kehidupan Kristen
-
Kedaulatan Allah dalam Penderitaan
-
Seperti yang diajarkan oleh Calvin, tidak ada penderitaan yang terjadi di luar kendali Allah. Kita harus mempercayai bahwa Allah sedang bekerja meskipun kita tidak memahaminya.
-
-
Kasih yang Rela Berkorban
-
Seperti yang ditunjukkan oleh Matthew Henry, kesetiaan dan kasih Naomi terhadap Rut mencerminkan kasih Kristus, yang rela berkorban bagi umat-Nya.
-
-
Pengharapan dalam Pemeliharaan Tuhan
-
Kisah Naomi dan Rut mengajarkan bahwa Tuhan tidak meninggalkan umat-Nya, tetapi sedang mempersiapkan sesuatu yang lebih besar.
-
-
Kesabaran dalam Menunggu Rencana Tuhan
-
Sering kali, kita tidak melihat tangan Tuhan bekerja saat ini, tetapi seperti Naomi dan Rut, kita harus tetap beriman dan setia.
-
Kesimpulan
Rut 1:13 adalah ayat yang mengandung makna teologis mendalam tentang penderitaan, pemeliharaan Allah, dan kasih yang rela berkorban. Berdasarkan pandangan para teolog Reformed seperti Calvin, Henry, Bavinck, dan Sproul, kita melihat bahwa:
-
Allah berdaulat dalam penderitaan kita
-
Kita dipanggil untuk tetap setia dan mengasihi orang lain di tengah kesulitan
-
Allah sedang bekerja di balik layar untuk menggenapi rencana-Nya
Kisah Naomi dan Rut menjadi gambaran tentang bagaimana Allah membentuk sejarah untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya melalui Yesus Kristus. Sebagai orang percaya, kita dapat mengambil penghiburan dari fakta bahwa Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya, bahkan dalam saat-saat tergelap kehidupan kita.
"Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri." (Amsal 3:5)