A Treatise on Grace and Free Will: Anugerah dan Kehendak Bebas

A Treatise on Grace and Free Will: Anugerah dan Kehendak Bebas

Pendahuluan: Apakah Manusia Benar-benar Bebas?

Pertanyaan tentang anugerah Allah dan kehendak bebas manusia telah menjadi salah satu tema teologis yang paling penting dan juga paling kontroversial dalam sejarah gereja. Dalam dunia yang menjunjung tinggi kebebasan dan pilihan pribadi, gagasan bahwa keselamatan sepenuhnya bergantung pada anugerah Allah sering kali ditolak atau disalahpahami.

Dalam kerangka teologi Reformed, pembahasan tentang grace (anugerah) dan free will (kehendak bebas) menempatkan Allah sebagai pusat dari keselamatan manusia. Artikel ini akan mengupas secara sistematis, mendalam, dan Alkitabiah ajaran tentang anugerah dan kehendak bebas menurut pemikiran para teolog Reformed seperti Augustinus, John Calvin, Jonathan Edwards, R.C. Sproul, Louis Berkhof, dan John Piper.

1. Konteks Historis: Augustinus dan Pelagius

Persoalan anugerah dan kehendak bebas telah menjadi pusat perdebatan sejak awal abad ke-5 ketika Augustinus berhadapan dengan Pelagius.

a. Pelagianisme:

  • Menekankan bahwa manusia memiliki kehendak bebas utuh untuk memilih baik atau jahat.

  • Menganggap anugerah Allah sebagai bantuan eksternal, tetapi tidak mutlak dibutuhkan.

b. Pandangan Augustinus:

  • Menegaskan total depravity (kerusakan total) manusia.

  • Mengajarkan bahwa hanya anugerah Allah yang efektif (grace alone) dapat memampukan manusia untuk percaya dan bertobat.

“Tuhan, perintahkan apa yang Engkau kehendaki, dan berikan apa yang Engkau perintahkan.” – Augustinus

2. John Calvin: Anugerah yang Berdaulat atas Kehendak yang Rusak

Dalam Institutes of the Christian Religion, John Calvin menjelaskan bahwa manusia tidak memiliki kehendak bebas dalam hal-hal rohani karena ia mati dalam dosa (Efesus 2:1).

Poin Kunci Calvin:

  • Kehendak manusia telah diperbudak oleh dosa (bondage of the will).

  • Anugerah Allah membangkitkan manusia secara rohani, memberinya hati yang baru untuk mengasihi Allah.

  • Keselamatan adalah hasil dari inisiatif Allah, bukan hasil kerjasama antara kehendak manusia dan anugerah.

“Keselamatan berasal dari anugerah, bukan dari kehendak manusia.” – John Calvin

3. Jonathan Edwards: Freedom of the Will

Jonathan Edwards, dalam karyanya Freedom of the Will, membedakan antara:

  • Natural ability (kemampuan untuk memilih).

  • Moral inability (ketidakmampuan untuk menginginkan kebenaran tanpa anugerah).

Gagasan Edwards:

  • Manusia selalu memilih berdasarkan apa yang paling diinginkannya.

  • Karena hati manusia telah rusak oleh dosa, maka keinginannya selalu melawan Allah, kecuali jika diperbarui oleh Roh Kudus.

“Kebebasan sejati adalah ketika kehendak manusia dikuasai oleh kasih kepada Allah.”

4. Louis Berkhof: Sinergisme vs Monergisme

Dalam Systematic Theology, Louis Berkhof menegaskan bahwa keselamatan bukan hasil sinergi antara manusia dan Allah, tetapi murni karya Allah (monergisme).

Pandangan Berkhof:

  • Regenerasi (kelahiran baru) mendahului iman.

  • Manusia tidak bisa dan tidak akan memilih Allah kecuali terlebih dahulu dilahirkan kembali.

  • Anugerah bukan sekadar tawaran, tapi kuasa yang membangkitkan.

“Dalam keselamatan, Allah bekerja sendiri. Manusia hanya merespons setelah dilahirkan kembali.”

5. R.C. Sproul: Anugerah Tidak Dapat Ditolak oleh Mereka yang Dipilih

R.C. Sproul menekankan bahwa anugerah Allah tidak dapat ditolak (irresistible grace) oleh orang-orang yang telah dipilih-Nya.

Poin-Poin Sproul:

  • Kedaulatan Allah dalam keselamatan adalah inti Injil.

  • Kehendak manusia tidak bisa lebih kuat daripada kehendak Allah.

  • Sproul menolak gagasan bahwa Allah menunggu “izin” dari manusia untuk menyelamatkannya.

“Kita bukan hanya sakit karena dosa; kita mati. Dan orang mati tidak bisa memilih hidup—kecuali Allah menghidupkannya.”

6. John Piper: Anugerah yang Menjadikan Hati Baru

John Piper menulis bahwa iman adalah hasil dari anugerah, bukan prasyarat untuk menerimanya. Dalam karya-karyanya seperti Desiring God dan Finally Alive, Piper menegaskan bahwa:

  • Hati batu tidak akan mencari Allah.

  • Anugerah Allah menciptakan rasa haus akan Allah.

  • Allah mencurahkan anugerah secara efektif kepada mereka yang dipilih-Nya, dan itu mengubah kehendak mereka dari dalam.

“Kita mencintai karena Allah terlebih dahulu mengasihi dan mengubah kita.”

7. Apa Itu Kehendak Bebas Menurut Teologi Reformed?

Teologi Reformed mengakui adanya kehendak bebas dalam pengertian tertentu, tetapi tidak seperti definisi populer.

a. Kehendak bebas sebelum kelahiran baru:

  • Terikat pada natur dosa.

  • Memiliki kebebasan memilih dalam hal duniawi, tetapi tidak dalam hal rohani.

b. Kehendak bebas setelah kelahiran baru:

  • Dibebaskan oleh Roh Kudus untuk memilih Allah dan hidup kudus.

  • Menjadi kehendak yang berubah oleh anugerah, bukan bebas secara netral.

8. Konsep Doctrinal: Total Depravity dan Efektifitas Anugerah

a. Total Depravity (Kebejatan Total)

  • Dosa merusak seluruh bagian diri manusia.

  • Tidak ada bagian dari manusia yang tidak tercemar.

  • Termasuk kemauan dan kehendak.

b. Irresistible Grace (Anugerah yang Tidak Dapat Ditolak)

  • Ketika Allah memanggil seseorang secara efektif, ia pasti datang.

  • Bukan karena paksaan eksternal, tetapi karena hati yang diubah dan kini merespon sukarela.

9. Perbedaan dengan Arminianisme

AspekReformedArminian
Natur kehendakTerikat oleh dosaTerbatas, tapi masih bebas
Peran anugerahEfektif dan tak tertolakDapat ditolak
Urutan keselamatanAnugerah → Iman → PertobatanIman → Anugerah → Keselamatan
Siapa yang diselamatkanMereka yang dipilih secara kekalMereka yang memilih percaya

10. Implikasi Praktis bagi Kehidupan Kristen

a. Kerendahan Hati

“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, itu adalah pemberian Allah.”
(Efesus 2:8)

Mengetahui bahwa keselamatan berasal dari anugerah membuat kita:

  • Tidak menyombongkan iman kita.

  • Tidak menghakimi orang lain.

  • Hidup penuh syukur.

b. Kepastian Keselamatan

Karena keselamatan tidak bergantung pada kehendak manusia, maka:

  • Tidak bisa hilang.

  • Dijaga oleh kuasa Allah sendiri.

c. Penginjilan yang Berani

Kita memberitakan Injil bukan karena kesanggupan manusia untuk merespon, tapi karena kuasa Injil yang menyelamatkan.

“Firman-Ku... tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia.”
(Yesaya 55:11)

Kesimpulan: Kedaulatan Anugerah dan Kehendak yang Dibebaskan

A Treatise on Grace and Free Will menurut teologi Reformed menyimpulkan bahwa:

  • Manusia tidak memiliki kehendak bebas dalam hal keselamatan tanpa anugerah.

  • Anugerah Allah bukan hanya menawarkan, tetapi mengubah dan menyelamatkan secara pasti.

  • Keselamatan adalah karya Allah dari awal sampai akhir.

  • Setelah diselamatkan, kehendak manusia dipulihkan untuk hidup dalam kebenaran dan kasih.

“Bukan kehendak manusia yang memimpin kepada anugerah, tetapi anugerah yang membangkitkan kehendak.” – Augustinus

Next Post Previous Post