Doktrin Predestinasi Mutlak

Pendahuluan: Mengapa Predestinasi Menjadi Isu Sentral?
Di antara semua doktrin dalam kekristenan, predestinasi mungkin adalah salah satu yang paling sering menimbulkan perdebatan. Bagi sebagian orang, ini tampak seperti kejam: bagaimana bisa Allah menentukan siapa yang akan diselamatkan dan siapa yang binasa?
Namun dalam tradisi Reformed, predestinasi bukanlah gambaran Allah yang semena-mena, melainkan sebuah pernyataan kemuliaan-Nya dalam kedaulatan dan kasih-Nya. Artikel ini akan mengeksplorasi doktrin predestinasi mutlak secara mendalam – berdasarkan eksposisi Alkitab, serta pandangan dari teolog-teolog Reformed.
1. Apa Itu Predestinasi Mutlak?
Predestinasi mutlak adalah keyakinan bahwa Allah, dalam kekekalan, telah menetapkan secara mutlak dan tidak bersyarat siapa yang akan menerima keselamatan (dikenal sebagai eleksi) dan siapa yang akan dibiarkan dalam kebinasaan (dikenal sebagai reprobasi).
Ini berbeda dari pandangan semi-Pelagian atau Arminian, yang mengatakan bahwa Allah memilih berdasarkan apa yang Dia lihat akan dilakukan oleh manusia di masa depan (misalnya, siapa yang akan percaya).
2. Landasan Alkitabiah Doktrin Predestinasi Mutlak
Efesus 1:4-5 (AYT)
“Karena di dalam Dia, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan untuk menjadi kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih, Dia telah menetapkan kita dari semula untuk diangkat menjadi anak-anak-Nya melalui Yesus Kristus, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.”
Roma 9:15-16
“Sebab, Dia berkata kepada Musa: ‘Aku akan menunjukkan belas kasihan kepada siapa Aku akan menunjukkan belas kasihan, dan Aku akan berbelas kasih kepada siapa Aku akan berbelas kasih.’ Jadi, itu bukan tergantung pada kehendak atau usaha manusia, tetapi kepada Allah yang menunjukkan belas kasihan.”
Eksposisi:
-
John Calvin menekankan bahwa kata-kata ini sangat jelas menunjukkan bahwa keselamatan adalah berdasarkan kehendak Allah, bukan kehendak manusia.
-
Louis Berkhof menyebut ayat ini sebagai “bukti kuat bahwa pemilihan adalah tindakan bebas dari Allah dan tidak didasarkan pada apa pun dalam diri manusia.”
3. Dua Aspek Predestinasi: Eleksi dan Reprobasi
Eleksi (Election):
Allah memilih sebagian manusia untuk diselamatkan tanpa syarat, hanya berdasarkan kehendak-Nya. Ini adalah kasih karunia murni, bukan ganjaran atas iman, usaha, atau keputusan manusia.
Reprobasi (Penolakan):
Allah juga memutuskan untuk membiarkan sebagian manusia dalam dosanya, sebagai manifestasi keadilan-Nya.
Roma 9:22-23 – “Bagaimana jika Allah, walaupun ingin menunjukkan murka dan menyatakan kuasa-Nya, telah dengan sangat sabar menanggung bejana-bejana murka yang telah disiapkan untuk kebinasaan?”
Herman Bavinck menulis dalam Reformed Dogmatics, bahwa “reprobasi bukanlah tindakan aktif seperti eleksi, tetapi keputusan untuk membiarkan orang berdosa dalam kehendaknya sendiri.”
4. Pandangan Para Teolog Reformed
John Calvin (1509–1564)
Dalam Institutes of the Christian Religion, Calvin menyebut predestinasi sebagai:
“Decretum horribile” – keputusan yang mengerikan jika tidak dipahami dengan benar, tetapi indah ketika dilihat dalam terang kasih karunia Allah.
Ia menulis:
“Allah memilih kita bukan karena kita baik, tetapi karena Dia baik. Pemilihan adalah dasar keselamatan, bukan hasil dari perbuatan atau iman.”
Louis Berkhof
Dalam Systematic Theology, Berkhof menyatakan bahwa predestinasi adalah doktrin yang:
“Mengajarkan kedaulatan mutlak Allah, dan membebaskan keselamatan dari bergantung pada manusia.”
R.C. Sproul (1939–2017)
Sproul menjelaskan doktrin ini dalam bukunya Chosen by God:
“Jika kita tidak percaya pada predestinasi, maka kita percaya bahwa kehendak manusia lebih kuat daripada kehendak Allah, dan itu adalah bentuk penyembahan berhala.”
Sproul melihat doktrin ini bukan sebagai penghalang kasih karunia, tetapi sebagai garansi keselamatan.
5. Kesalahpahaman Umum tentang Predestinasi
A. Allah Tidak Adil?
Sering kali orang merasa bahwa predestinasi membuat Allah tampak tidak adil. Namun Roma 9:14 secara eksplisit bertanya:
“Apakah ada ketidakadilan pada Allah?”
Jawaban Paulus: “Sekali-kali tidak!”
Allah berdaulat atas semua, dan keadilan-Nya tidak dapat diukur oleh standar manusia.
B. Manusia Jadi Robot?
Predestinasi tidak meniadakan tanggung jawab manusia. Dalam teologi Reformed, dikenal prinsip concursus – Allah bekerja secara aktif, tetapi tidak meniadakan kehendak manusia. Manusia tetap memilih, tetapi Allah adalah penguasa atas segala keputusan.
6. Implikasi Pastoral dan Praktis
A. Jaminan Keselamatan
Jika keselamatan ditentukan Allah, maka iman kita kokoh – bukan pada diri sendiri, tetapi pada janji-Nya. Ini memberikan penghiburan dan kedamaian dalam pergumulan iman.
Yohanes 10:28-29 – “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka tidak akan binasa selama-lamanya, dan tidak seorang pun akan merebut mereka dari tangan-Ku.”
B. Motivasi Penginjilan
Meskipun Allah telah memilih siapa yang akan diselamatkan, Dia memakai penginjilan sebagai sarana keselamatan (Roma 10:14-15). Eleksi tidak membunuh misi, justru memotivasi karena hasilnya dijamin.
C. Kesalehan Hidup
Predestinasi memanggil kita untuk hidup kudus. Dalam Efesus 1:4, kita dipilih untuk menjadi “kudus dan tidak bercacat.”
7. Tanggapan terhadap Kritik Teologis
a. Arminianisme
Pandangan ini menyatakan bahwa Allah memilih berdasarkan pengetahuan ke depan terhadap siapa yang akan percaya. Namun, ini membuat iman sebagai syarat keselamatan, bukan buah dari pemilihan.
Sproul menulis: “Jika Allah memilih karena Dia tahu siapa yang akan memilih-Nya, maka pemilihan itu bukan dari kasih karunia, melainkan dari merit.”
b. Universalisme
Beberapa teolog mencoba menyatukan kasih Allah dengan gagasan bahwa semua akan diselamatkan. Namun ini bertentangan dengan Alkitab:
Matius 25:46 – “Dan mereka ini akan masuk ke hukuman yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal.”
Kesimpulan: Kemuliaan Allah dalam Predestinasi
Doktrin predestinasi mutlak adalah tentang kemuliaan Allah, kasih-Nya yang tidak terbatas, dan keadilan-Nya yang sempurna. Dalam rencana kekal-Nya, Allah telah menetapkan segala sesuatu untuk tujuan kemuliaan-Nya (Efesus 1:11).
Ringkasan Poin Penting:
-
Predestinasi adalah pilihan Allah yang mutlak, bukan berdasarkan apapun dalam manusia.
-
Eleksi adalah tindakan kasih karunia; reprobasi adalah ekspresi keadilan.
-
Manusia tetap bertanggung jawab atas pilihannya.
-
Doktrin ini memberikan jaminan keselamatan dan motivasi pelayanan.
-
Teologi Reformed mempertahankan keseimbangan antara kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia.