Kabar Baik di Tengah Penghakiman: Nahum 1:15

Pendahuluan
Dalam dunia yang penuh dengan kekacauan dan kejahatan, manusia selalu mencari kabar baik—sebuah harapan bahwa keadilan akan ditegakkan dan damai akan berkuasa. Kitab Nahum, meskipun didominasi oleh tema murka Allah atas Niniwe, secara mengejutkan menyisipkan sebuah pesan penghiburan dan sukacita dalam Nahum 1:15. Bagi tradisi teologi Reformed, ayat ini menjadi pernyataan agung tentang kedaulatan Allah, janji penebusan, dan pengharapan akan damai sejati.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi Nahum 1:15 melalui lensa teologi Reformed, menggali maknanya dalam konteks historis, teologis, dan relevansi kekinian.
Teks dan Terjemahan
Nahum 1:15 (AYT):
"Lihatlah! Di atas gunung-gunung, berjalan orang yang membawa kabar baik, yang mengabarkan damai sejahtera. Rayakanlah hari-hari rayamu, hai Yehuda, bayarlah nazarmu! Sebab, tidak akan datang lagi orang-orang dursila yang melewatimu, mereka sudah dilenyapkan habis!"
Teks ini menggambarkan suasana kemenangan setelah kehancuran musuh besar Yehuda—Niniwe, ibu kota Asyur.
Konteks Historis Nahum
Kitab Nahum adalah nubuat terhadap Niniwe, kota besar dan penuh kekejaman yang pernah bertobat di masa Yunus tetapi kemudian kembali kepada dosa. Sekitar abad ke-7 SM, Asyur menjadi ancaman besar bagi Yehuda, memaksakan dominasi politik dan menindas bangsa lain.
Menurut pakar Reformed seperti John Calvin, Niniwe melambangkan kekuatan duniawi yang melawan kedaulatan Allah. Calvin menekankan bahwa murka Allah atas Niniwe bukanlah tindakan sewenang-wenang, melainkan keadilan yang suci terhadap dosa yang membangkang.
Dengan demikian, konteks Nahum adalah pesan tentang keadilan ilahi yang membebaskan umat Allah dari penindasan.
Eksposisi Nahum 1:15
1. "Lihatlah! Di atas gunung-gunung..."
Penggunaan "gunung-gunung" menunjukkan gambaran visual yang kuat: para pembawa kabar baik berjalan menuruni pegunungan menuju kota yang menunggu berita kemenangan.
Dalam teologi Reformed, hal ini mengingatkan pada Roma 10:15, di mana Paulus mengutip Yesaya 52:7—"Betapa indahnya kaki-kaki mereka yang membawa kabar baik!" Ini menyiratkan bahwa penyataan tentang keselamatan bukan hanya berita biasa, tetapi bagian dari karya penebusan Allah yang berdaulat.
Kedaulatan Allah ditekankan di sini: Allah sendiri yang bertindak untuk mengalahkan musuh dan mengirim kabar kemenangan kepada umat-Nya.
2. "Membawa kabar baik, yang mengabarkan damai sejahtera"
Dalam kerangka Reformed, damai sejahtera (shalom) tidak hanya berarti tidak adanya perang, tetapi juga pemulihan segala sesuatu sesuai dengan maksud Allah.
Pdt. R.C. Sproul menjelaskan bahwa damai sejahtera dalam Alkitab berkaitan erat dengan rekonsiliasi antara manusia dengan Allah. Nahum menyatakan bahwa Allah bukan hanya menghancurkan musuh, tetapi juga memulihkan relasi antara umat dan diri-Nya.
Ini adalah kabar Injil dalam bentuk perjanjian lama—pemberitahuan tentang pembebasan dan penyertaan Allah yang setia.
3. "Rayakanlah hari-hari rayamu, hai Yehuda"
Perintah untuk merayakan adalah tanda bahwa keselamatan sudah diberikan.
Dalam teologi Reformed, anugerah keselamatan mendorong respons umat dalam bentuk ibadah dan perayaan.
Menurut Herman Bavinck, dalam "Reformed Dogmatics," respons iman adalah bagian dari keselamatan itu sendiri. Anugerah Allah tidak menghasilkan sikap pasif, melainkan hidup penuh sukacita dalam kekudusan.
Hari-hari raya, dalam konteks ini, bukan sekadar festival budaya, melainkan perayaan atas kesetiaan Allah kepada perjanjian-Nya.
4. "Bayarlah nazarmu!"
Nazir (nazar) dalam budaya Israel adalah janji sukarela yang dibuat kepada Allah sebagai bentuk syukur atau dedikasi.
Teologi Reformed memandang nazar bukan sebagai usaha untuk memperoleh berkat, melainkan respon kasih atas anugerah yang telah diterima.
John Owen menegaskan bahwa seluruh hidup orang percaya adalah sebuah "nazar"—dedikasi total kepada kemuliaan Allah.
Sehingga, Nahum 1:15 memanggil umat untuk menanggapi pembebasan Allah dengan kesetiaan dan komitmen yang diperbarui.
5. "Tidak akan datang lagi orang-orang dursila... mereka sudah dilenyapkan habis!"
Kata "dursila" di sini merujuk pada bangsa Asyur yang menindas.
Pemusnahan musuh menggambarkan penghakiman final atas kejahatan.
Teologi Reformed menekankan bahwa keadilan Allah adalah bagian integral dari kasih-Nya.
Jonathan Edwards, dalam khotbah terkenalnya "Sinners in the Hands of an Angry God," menyatakan bahwa murka Allah terhadap dosa adalah cermin dari kesucian dan kasih-Nya kepada kebenaran.
Dengan demikian, penghancuran Niniwe adalah manifestasi kasih Allah kepada umat-Nya—membersihkan segala yang menghalangi hubungan mereka dengan Dia.
Aplikasi Teologis dalam Kehidupan Orang Percaya
1. Allah adalah Raja yang Berdaulat
Nahum 1:15 meneguhkan doktrin utama Reformed: Allah berdaulat atas sejarah.
Semua bangsa, kerajaan, dan kekuatan dunia ada di bawah pemerintahan-Nya.
Implikasinya, orang percaya tidak perlu takut terhadap kekuatan duniawi, karena Allah tetap memegang kendali.
2. Kabar Baik Melalui Kristus
Apa yang dinubuatkan di Nahum 1:15 akhirnya digenapi dalam Kristus.
Dia adalah Pembawa Kabar Baik sejati, yang membawa damai dengan Allah melalui salib-Nya (Roma 5:1).
Kristus tidak hanya menghancurkan musuh fisik, melainkan mengalahkan dosa, maut, dan Iblis.
3. Perayaan dan Ibadah adalah Respons atas Anugerah
Seperti Yehuda diperintahkan untuk merayakan, demikian pula orang percaya dipanggil untuk hidup dalam sukacita ibadah.
Setiap ibadah Minggu adalah perayaan kemenangan Kristus.
Dalam Reformed liturgy, ibadah bukan sekadar aktivitas religius, melainkan respons umat yang telah ditebus.
4. Panggilan untuk Setia dan Membayar "Nazar" Kita
Kita dipanggil untuk menghidupi iman kita secara nyata, menjaga kekudusan, dan mempersembahkan seluruh hidup kita sebagai korban yang hidup (Roma 12:1-2).
Komitmen ini bukan untuk memperoleh keselamatan, melainkan sebagai ekspresi rasa syukur yang lahir dari hati yang diperbarui.
Penutup
Nahum 1:15 memberikan kepada kita sebuah gambaran indah tentang berita pembebasan, damai sejahtera, dan kedaulatan Allah yang mutlak.
Bagi teologi Reformed, ayat ini adalah seruan untuk mempercayai bahwa Allah memerintah atas sejarah, membebaskan umat-Nya, dan menjamin masa depan yang penuh damai.
Ketika kita membaca ayat ini, kita diingatkan untuk bersukacita dalam Injil, mempersembahkan hidup kita kepada Allah, dan hidup dalam pengharapan bahwa pada akhirnya semua kejahatan akan dilenyapkan, dan damai Allah akan memerintah selamanya.
Soli Deo Gloria!