The Novelty of Popery: Inovasi dalam Gereja Roma

Pendahuluan
Sejak masa Reformasi Protestan abad ke-16, salah satu kritik tajam terhadap Gereja Katolik Roma adalah tuduhan bahwa banyak ajarannya merupakan novelty — inovasi baru yang tidak memiliki dasar dalam Kitab Suci atau praktik gereja mula-mula. Para reformator seperti Martin Luther, John Calvin, dan Ulrich Zwingli memperingatkan bahwa Popery (istilah yang mereka gunakan untuk menggambarkan sistem kepausan) telah menyimpang jauh dari ajaran Kristen yang murni.
Buku atau karya bertema The Novelty of Popery seringkali membahas bagaimana banyak dogma dan praktik Katolik berkembang jauh setelah zaman rasul-rasul, dan tidak berakar dalam ajaran asli Alkitab.
Dalam artikel ini, kita akan membahas:
-
Apa yang dimaksud dengan novelty dalam konteks Popery
-
Kritik utama dari para teolog Reformed
-
Sejarah pertumbuhan doktrin baru dalam Katolik
-
Prinsip Sola Scriptura sebagai antitesis Popery
-
Implikasi bagi gereja masa kini
Kita akan mengaitkan pemahaman ini dengan pandangan tokoh-tokoh seperti John Calvin, Francis Turretin, Louis Berkhof, R.C. Sproul, dan Joel Beeke.
1. Apa Itu "The Novelty of Popery"?
Popery mengacu pada keseluruhan sistem doktrin dan praktik yang terkait dengan Kepausan di Roma.
Novelty berarti bahwa ajaran-ajaran ini dianggap sebagai penambahan baru yang tidak berasal dari Kristus atau para rasul, melainkan dari pengembangan manusia sepanjang abad-abad.
John Calvin dalam Institutes of the Christian Religion berkata:
"Segala sesuatu yang tidak ditanamkan oleh tangan Kristus, harus dicabut, betapapun lama tradisinya bertahan."
Dalam pandangan Reformed, banyak ajaran Katolik seperti:
-
Immaculate Conception (Maria tanpa dosa)
-
Transubstansiasi (perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus secara substansial)
-
Kepausan universal
-
Api penyucian (purgatory)
-
Indulgensi (surat pengampunan dosa)
adalah contoh inovasi yang tidak ada dalam iman rasuli.
2. Sejarah Munculnya Inovasi dalam Gereja Roma
Para pakar Reformed menunjuk kepada beberapa fase perkembangan ajaran baru:
a) Abad Awal (100-400 M)
-
Mulai ada kecenderungan menghormati martir secara berlebihan.
-
Awal mula berkembangnya struktur hirarkis gereja.
b) Abad Pertengahan Awal (400-1000 M)
-
Purgatory mulai diajarkan oleh Gregory Agung.
-
Mulai muncul konsep otoritas paus yang lebih absolut.
c) Abad Pertengahan Tinggi (1000-1500 M)
-
Dogma Transubstansiasi secara resmi diajarkan di Lateran IV (1215).
-
Penjualan indulgensi menjadi praktik umum, terutama menjelang Reformasi.
Francis Turretin, dalam Institutes of Elenctic Theology, menunjukkan bahwa:
"Tidak ada dogma Paus yang tidak baru. Semuanya berkembang dari tradisi manusia, bukan dari Kristus."
Turretin menegaskan bahwa ketidakmurnian gereja Roma bukan hanya dalam penyimpangan satu-dua ajaran, melainkan dalam keseluruhan sistemnya yang mengandalkan inovasi manusia.
3. Prinsip Sola Scriptura versus Inovasi Popery
Reformasi berpegang pada prinsip Sola Scriptura: bahwa hanya Kitab Suci adalah otoritas tertinggi dalam iman dan kehidupan.
R.C. Sproul mengajarkan:
"Sola Scriptura tidak berarti kita menolak tradisi, tetapi bahwa semua tradisi harus diuji dan tunduk kepada Alkitab."
Dalam konteks ini, inovasi seperti purgatory, transubstansiasi, atau dogma Maria dikritik karena:
-
Tidak didasarkan pada Kitab Suci
-
Sering bertentangan dengan Alkitab
-
Mengaburkan Injil keselamatan oleh anugerah melalui iman
Oleh sebab itu, Popery dilihat sebagai pengkhianatan terhadap otoritas ilahi Firman Tuhan.
4. Beberapa Contoh "Novelty" yang Dikritik
a) Kepausan Universal
Kristus tidak pernah mengangkat seorang Paus untuk menjadi kepala universal gereja. Dalam Kitab Suci, Kristus adalah Kepala satu-satunya dari gereja (Efesus 5:23).
John Calvin berargumen:
"Jika Kristus adalah Kepala, bagaimana bisa ada kepala kedua di bumi?"
Kepausan adalah inovasi yang berkembang dari kebutuhan administratif, bukan institusi ilahi.
b) Transubstansiasi
Transubstansiasi baru didefinisikan secara dogmatis pada abad ke-13. Alkitab mengajarkan bahwa Perjamuan Kudus adalah peringatan dan persekutuan rohani, bukan perubahan substansi roti dan anggur.
Louis Berkhof berkata:
"Transubstansiasi adalah pengkhianatan terhadap sifat sakramental Perjamuan Kudus."
c) Purgatory
Konsep purgatory tidak pernah diajarkan dalam Kitab Suci. 2 Korintus 5:8 menyatakan:
"Kami penuh keberanian dan lebih suka beralih dari tubuh ini untuk diam bersama-sama dengan Tuhan."
Tidak ada 'tempat penyucian sementara'; orang percaya langsung bersama Tuhan setelah kematian.
5. Kenapa Inovasi Popery Terjadi?
Teolog Reformed melihat ada beberapa alasan:
-
Kelemahan manusia yang mencari keamanan dalam bentuk dan ritual eksternal
-
Kebutuhan administratif untuk mengatur gereja besar
-
Kompromi politik antara gereja dan negara
-
Kurangnya ketundukan pada Alkitab yang menyebabkan mencari otoritas alternatif dalam tradisi
Joel Beeke mencatat:
"Ketika gereja menggantikan otoritas Firman dengan otoritas manusia, inovasi pasti mengikuti."
6. Dampak Negatif dari Inovasi Popery
Teolog Reformed mengidentifikasi beberapa akibat buruk:
a) Mengaburkan Injil
Dengan menambahkan keharusan-keharusan baru (seperti sakramen sebagai syarat keselamatan), Popery menggantikan Injil anugerah murni dengan Injil bercampur perbuatan.
b) Memenjarakan Hati Nurani
Dengan dogma-dogma tambahan, umat dipaksa tunduk pada sistem yang membebani hati nurani mereka.
c) Menggantikan Kristus
Dalam praktiknya, Paus, Maria, dan para kudus mengambil tempat yang seharusnya hanya menjadi milik Kristus sebagai Pengantara satu-satunya.
7. Tanggapan Teologi Reformed: Kembali ke Sumber
Jawaban Reformasi terhadap inovasi adalah ad fontes — kembali ke sumber:
-
Kembali ke Alkitab sebagai satu-satunya otoritas.
-
Kembali ke Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat dan Kepala Gereja.
-
Kembali ke Injil anugerah melalui iman saja.
R.C. Sproul berkata:
"Reformasi bukan tentang menemukan sesuatu yang baru. Itu tentang menemukan kembali apa yang hilang."
8. Apa yang Bisa Gereja Masa Kini Pelajari?
Inovasi bukan hanya masalah di zaman Reformasi. Setiap generasi gereja harus berhati-hati terhadap:
-
Menambahkan tradisi atau praktik yang tidak Alkitabiah
-
Menggantikan pusat Injil dengan aktivitas atau ritual manusia
-
Menyerah pada tekanan budaya atau politik
Gereja yang setia adalah gereja yang terus mengoreksi dirinya berdasarkan Kitab Suci.
Joel Beeke memperingatkan:
"Bahkan gereja Protestan pun tidak kebal terhadap bahaya 'novelty' jika meninggalkan Sola Scriptura."
9. The Novelty of Popery dalam Perspektif Sejarah Keselamatan
Dalam pandangan Reformed, sejarah keselamatan (history of redemption) berfokus pada:
-
Pekerjaan Allah
-
Kristus sebagai pusat segalanya
-
Injil sebagai kekuatan Allah untuk keselamatan
Inovasi manusiawi dalam Popery mengganggu narasi ilahi ini, memperkenalkan fokus manusia dalam keselamatan, sesuatu yang bertentangan dengan tema Alkitab.
Kesimpulan
The Novelty of Popery adalah kritik teologi Reformed terhadap semua tambahan ajaran yang tidak bersumber dari Alkitab. Dalam menghadapi inovasi yang tidak sah itu, Reformasi mengajarkan bahwa:
-
Firman Tuhan adalah satu-satunya otoritas
-
Kristus adalah satu-satunya Kepala dan Juruselamat
-
Injil adalah anugerah murni Allah, bukan hasil usaha manusia
Sebagai orang percaya zaman ini, kita dipanggil untuk terus waspada terhadap inovasi yang menyesatkan, memelihara kemurnian Injil, dan hidup dalam terang kebenaran yang tidak berubah.
Semoga kita, seperti para reformator, terus berpegang pada semboyan:
Ecclesia reformata, semper reformanda — Gereja yang telah direformasi, harus selalu direformasi menurut Firman Tuhan.
Soli Deo Gloria!