Renungan Natal: Ketaatan Maria dan Yusuf (Matius 1:24-25)
Teks: Matius 1:24-25"Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki; dan Yusuf menamakan Dia Yesus."
Pendahuluan:
Bapak/Ibu dan Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,
Natal sering kali kita rayakan dengan suasana sukacita, kehangatan keluarga, dan perenungan akan kasih Allah. Kita berbicara tentang Yesus sebagai hadiah terbesar dari Allah untuk dunia. Namun, di balik keindahan cerita Natal, ada dua sosok yang sering kali kurang mendapat perhatian, yaitu Maria
dan Yusuf.
1. Ketaatan yang Dimulai dari Kehendak Allah
Dalam Matius 1, kita membaca tentang Yusuf yang menghadapi situasi yang sulit. Maria, tunangannya, didapati mengandung sebelum mereka resmi menikah. Bagi Yusuf, ini adalah situasi yang penuh kebingungan dan tekanan, karena dia tahu bahwa anak itu bukan hasil hubungannya dengan Maria.
Namun, malaikat Tuhan datang kepadanya dalam mimpi, menjelaskan bahwa anak yang dikandung Maria adalah karya Roh Kudus dan Yusuf dipanggil untuk mengambil Maria sebagai istrinya serta menamakan anak itu Yesus. Yusuf taat tanpa ragu, meskipun situasi tersebut tidak mudah baginya.
Ketaatan Yusuf dan Maria dimulai dari kehendak Allah. Mereka mendengar firman Tuhan melalui malaikat, dan mereka memilih untuk mempercayai dan mengikuti-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa ketaatan sejati bukan berasal dari kenyamanan atau kehendak manusia, tetapi dari komitmen untuk menjalankan kehendak Allah.
Penerapan:
Kita juga sering dihadapkan pada situasi di mana kehendak Allah tampak sulit atau tidak masuk akal. Mungkin Allah memanggil kita untuk mengampuni seseorang, melayani di tempat yang tidak nyaman, atau berkorban demi kebaikan orang lain. Pertanyaannya adalah: apakah kita mau taat seperti Yusuf dan Maria?
2. Ketaatan yang Menuntut Pengorbanan
Ketaatan Yusuf dan Maria bukan tanpa pengorbanan. Dalam budaya Yahudi pada masa itu, seorang perempuan yang mengandung sebelum menikah akan menghadapi stigma sosial yang besar, bahkan bisa dihukum berat. Yusuf, sebagai pria yang berstatus tunangan Maria, juga mempertaruhkan reputasi dan kehormatannya.
Maria juga menunjukkan ketaatan yang luar biasa. Dalam Lukas 1:38, ketika malaikat menyampaikan kabar bahwa dia akan mengandung oleh Roh Kudus, Maria menjawab, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Dia menerima tugas yang sangat berat dengan iman dan kerendahan hati.
Ketaatan mereka menuntut pengorbanan pribadi, baik dalam bentuk kenyamanan, reputasi, maupun rencana masa depan mereka. Tetapi mereka rela menyerahkan semuanya demi menaati kehendak Allah.
Penerapan:
Ketaatan kepada Allah sering kali menuntut pengorbanan. Kita mungkin harus menyerahkan ambisi pribadi, kenyamanan, atau bahkan reputasi kita demi mengikuti panggilan-Nya. Natal mengingatkan kita bahwa pengorbanan ini tidak sia-sia, karena melalui ketaatan kita, Allah dapat bekerja untuk mendatangkan rencana-Nya yang indah.
3. Ketaatan yang Membawa Rencana Allah Terlaksana
Yusuf dan Maria adalah bagian penting dalam rencana keselamatan Allah. Melalui ketaatan mereka, Yesus Kristus, Sang Juruselamat, lahir ke dunia. Yusuf menaati perintah untuk menamakan anak itu Yesus, yang artinya "Tuhan menyelamatkan," sesuai dengan nubuat bahwa Dia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa.
Ketaatan mereka tidak hanya berdampak pada hidup mereka sendiri, tetapi juga pada seluruh dunia. Mereka mungkin tidak sepenuhnya memahami dampak besar dari ketaatan mereka pada saat itu, tetapi Allah bekerja melalui langkah kecil ketaatan mereka untuk melaksanakan rencana keselamatan yang besar.
Penerapan:
Sering kali kita merasa bahwa tindakan ketaatan kita kecil dan tidak berarti. Namun, Allah dapat menggunakan setiap langkah ketaatan kita untuk mendatangkan sesuatu yang besar. Seperti Yusuf dan Maria, kita dipanggil untuk setia pada kehendak Allah, meskipun kita tidak selalu melihat hasil akhirnya.
4. Ketaatan yang Dilakukan dengan Kerendahan Hati
Yusuf dan Maria menunjukkan kerendahan hati yang luar biasa dalam ketaatan mereka. Mereka tidak menuntut penjelasan lebih lanjut dari Allah atau mengeluh tentang situasi mereka. Sebaliknya, mereka menerima peran mereka dengan kerendahan hati dan iman.
Kita tidak melihat Yusuf dan Maria mencari penghargaan atau pengakuan. Mereka menjalankan peran mereka dalam diam dan kesetiaan. Yusuf, khususnya, sering kali terlupakan dalam cerita Natal, tetapi tindakannya yang sederhana dan penuh kasih menunjukkan ketaatan yang luar biasa.
Penerapan:
Ketaatan kita kepada Allah juga harus dilakukan dengan kerendahan hati. Jangan mencari pujian atau pengakuan dari orang lain, tetapi lakukanlah semuanya untuk memuliakan Allah. Seperti Yusuf dan Maria, kita dipanggil untuk taat dalam diam, dengan hati yang tulus.
5. Ketaatan yang Melahirkan Sukacita
Meskipun ketaatan Yusuf dan Maria disertai dengan pengorbanan dan tantangan, hal itu juga membawa sukacita yang luar biasa. Mereka melihat janji Allah digenapi melalui kelahiran Yesus. Maria, dalam Lukas 1:46-47, memuji Allah dengan sukacita: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku."
Ketaatan kita kepada Allah mungkin tidak selalu mudah, tetapi itu membawa sukacita yang melampaui situasi kita. Sukacita ini muncul dari mengetahui bahwa kita berjalan dalam rencana Allah dan menyaksikan pekerjaan-Nya dinyatakan dalam hidup kita.
Penerapan:
Ketika kita taat kepada Allah, kita juga akan mengalami sukacita sejati. Sukacita ini tidak tergantung pada keadaan, tetapi berasal dari hubungan kita dengan Allah dan kesadaran bahwa kita adalah bagian dari rencana-Nya yang kekal.
6. Ketaatan dalam Perspektif Natal
Natal adalah tentang ketaatan, bukan hanya dari Maria dan Yusuf, tetapi juga dari Yesus Kristus sendiri. Dalam Filipi 2:8, Paulus menulis bahwa Yesus "taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." Ketaatan Yesus adalah puncak dari ketaatan yang kita lihat dalam kisah Natal.
Melalui ketaatan-Nya, Yesus membawa keselamatan kepada kita semua. Natal adalah undangan bagi kita untuk meneladani ketaatan Yesus, Maria, dan Yusuf, menyerahkan hidup kita kepada Allah, dan menjadi bagian dari rencana-Nya untuk membawa terang dan kasih ke dunia.
Penutup
Saudara-saudara yang terkasih, kisah Yusuf dan Maria mengajarkan kita bahwa ketaatan kepada Allah adalah respons yang benar terhadap kasih-Nya. Ketaatan ini mungkin tidak selalu mudah, tetapi itu membawa pengorbanan, sukacita, dan pemenuhan dalam hidup kita.
Hari ini, mari kita merenungkan bagaimana kita dapat meneladani ketaatan Yusuf dan Maria dalam hidup kita. Apakah kita bersedia untuk mendengar kehendak Allah, menyerahkan hidup kita kepada-Nya, dan mengikuti-Nya dengan setia?
Natal mengingatkan kita bahwa melalui ketaatan, rencana Allah yang indah dapat terwujud. Seperti Yusuf dan Maria, marilah kita hidup dalam iman dan ketaatan, sehingga melalui hidup kita, dunia dapat melihat kasih dan kemuliaan Allah.
"Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya."
Amin.