Dikuduskan dalam Kebenaran: Yohanes 17:17-19

Dikuduskan dalam Kebenaran: Yohanes 17:17-19

Pendahuluan

Pasal 17 dalam Injil Yohanes sering disebut sebagai Doa Imam Besar Yesus. Ini adalah salah satu bagian paling sakral dalam seluruh Alkitab, di mana kita mendengar hati Kristus yang berdoa untuk para murid-Nya dan untuk semua orang percaya. Dalam ayat Yohanes 17:17-19, Yesus secara khusus berdoa agar murid-murid-Nya dikuduskan dalam kebenaran.

Artikel ini akan membahas eksposisi ayat-ayat ini berdasarkan sudut pandang para teolog Reformed terkemuka seperti John Calvin, Herman Bavinck, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul. Kita akan menggali makna pengudusan, kebenaran, dan misi Kristus bagi umat-Nya.

Yohanes 17:17-19 (TB):
"Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran. Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia; dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran."

Mari kita mempelajari lebih dalam setiap bagian ayat ini.

1. "Kuduskanlah Mereka dalam Kebenaran"

Permohonan Yesus kepada Bapa adalah: "kuduskanlah mereka." Kata "kuduskan" (hagiazo dalam bahasa Yunani) berarti memisahkan untuk tujuan ilahi, menyucikan, atau menguduskan.

a) Makna Pengudusan dalam Teologi Reformed

John Calvin dalam Commentary on the Gospel According to John menekankan bahwa pengudusan di sini bukan hanya tentang moralitas, tetapi tentang pemisahan dari dunia untuk pelayanan Allah. Ini adalah proses aktif yang melibatkan perubahan dalam karakter dan tujuan hidup.

Herman Bavinck menegaskan bahwa pengudusan adalah karya Roh Kudus yang menerapkan keselamatan kepada umat pilihan. Bukan hasil usaha manusia, melainkan anugerah Allah.

Aplikasi:
Orang percaya dipanggil untuk menjadi kudus, bukan hanya dalam perilaku lahiriah, tetapi dalam seluruh hidup—pikiran, hati, dan tujuan mereka—dipisahkan untuk Allah.

2. "Firman-Mu adalah Kebenaran"

Yesus segera mengaitkan pengudusan dengan firman Allah: "Firman-Mu adalah kebenaran."

a) Kebenaran sebagai Firman Allah

R.C. Sproul dalam bukunya Essential Truths of the Christian Faith menulis bahwa kebenaran bukan hanya prinsip abstrak, tetapi pribadi Allah yang diungkapkan melalui Firman-Nya. Kebenaran itu bersifat objektif, absolut, dan tidak berubah.

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menggarisbawahi bahwa kebenaran ini adalah sumber pengudusan. Tanpa Firman, tidak ada pertumbuhan rohani yang sejati.

Aplikasi:
Pengudusan sejati tidak terjadi melalui pengalaman emosional semata, tetapi melalui perendaman dalam Firman Allah yang hidup.

3. "Sama Seperti Engkau Telah Mengutus Aku ke dalam Dunia"

Yesus mengaitkan pengudusan dengan pengutusan: seperti Bapa mengutus Anak, demikian pula Yesus mengutus para murid.

a) Teologi Pengutusan (Missio Dei)

Dalam pandangan Reformed, konsep "pengutusan" bukan sekadar tugas misi, melainkan partisipasi dalam misi Allah itu sendiri (Missio Dei).
Francis Schaeffer menekankan bahwa Allah adalah Allah yang mengutus, dan gereja dipanggil untuk menjadi umat yang diutus, hidup dalam dunia namun berbeda dari dunia.

b) Model Kristus

Yesus adalah model sempurna: Dia diutus ke dunia, hidup di tengah dunia, tetapi tetap tanpa dosa. Demikian pula orang percaya diutus: untuk berada di dunia tetapi tidak menjadi bagian dari sistem dunia yang jatuh.

Aplikasi:
Kehidupan orang Kristen bukan untuk mengisolasi diri dari dunia, melainkan untuk menjadi terang dan garam, terlibat aktif namun tetap kudus.

4. "Demikian Pula Aku Telah Mengutus Mereka ke dalam Dunia"

Yesus mempertegas misi gereja. Orang percaya tidak dipanggil untuk hidup nyaman dalam komunitas sendiri, melainkan untuk pergi ke dunia membawa kebenaran dan kasih.

a) Pengutusan Sebagai Mandat

Dalam kerangka Reformed, ini terkait erat dengan Amanat Agung (Matius 28:19-20). Pengutusan ini melibatkan:

  • Memberitakan Injil.

  • Mengajarkan kebenaran.

  • Membentuk murid Kristus.

Menurut Abraham Kuyper, seluruh hidup harus tunduk kepada Kristus, tidak hanya bagian spiritual. Dunia ini adalah ladang misi kita.

Aplikasi:
Gereja harus menjadi gereja yang misioner: mendidik, mengutus, dan membentuk anggota yang siap menghadapi tantangan dunia dengan kebenaran Kristus.

5. "Aku Menguduskan Diri-Ku bagi Mereka"

Bagian ini sangat dalam. Yesus berkata bahwa Dia menguduskan diri-Nya untuk para murid.

a) Pengudusan Kristus

John Owen, seorang teolog Reformed besar, menjelaskan bahwa Kristus menguduskan diri-Nya dengan menyerahkan diri-Nya untuk disalibkan. Dia memisahkan diri-Nya secara penuh untuk tugas penebusan.

Dengan kematian-Nya di kayu salib, Kristus bukan hanya menyediakan teladan, tetapi juga dasar objektif untuk pengudusan umat-Nya.

Aplikasi:
Kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus adalah jaminan bahwa kita juga dapat hidup dalam kekudusan. Semua dimulai dari karya-Nya, bukan dari usaha kita sendiri.

6. "Supaya Mereka Pun Dikuduskan dalam Kebenaran"

Akhir dari bagian ini menunjukkan tujuan akhir: supaya murid-murid dikuduskan dalam kebenaran.

a) Tujuan dari Salib

Menurut pandangan Reformed, Kristus tidak hanya mati untuk membenarkan (justifikasi) kita, tetapi juga untuk menguduskan (sanctifikasi) kita.
Sinclair Ferguson menjelaskan bahwa pengudusan adalah buah pasti dari keselamatan sejati. Tidak ada pembenaran tanpa pengudusan.

Aplikasi:
Setiap orang percaya yang sejati pasti akan menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan dalam kekudusan. Tidak ada ruang bagi kehidupan Kristen yang tidak berubah.

7. Implikasi Teologi Reformed dari Yohanes 17:17-19

Dari eksposisi ini, beberapa prinsip penting muncul:

a) Sumber Pengudusan: Firman Allah

Pengudusan bukan hasil usaha moral manusia, melainkan karya Roh Kudus melalui Firman Allah yang dihidupi setiap hari.

b) Tujuan Pengudusan: Misi di Dunia

Orang Kristen dikuduskan bukan untuk menjauh dari dunia, tetapi untuk diutus ke dunia, membawa terang Kristus.

c) Dasar Pengudusan: Kristus Sendiri

Pengudusan kita didasarkan pada pengudusan Kristus melalui karya penebusan-Nya. Kita bertumbuh dalam kekudusan karena kita bersatu dengan Dia.

d) Proses Pengudusan: Hidup yang Bertumbuh

Pengudusan bukan peristiwa seketika, tetapi proses seumur hidup. Ini melibatkan pertumbuhan dalam ketaatan, kasih, dan keserupaan dengan Kristus.

8. Penerapan Praktis untuk Orang Percaya Saat Ini

a) Membaca dan Merenungkan Firman Setiap Hari

Karena Firman adalah alat utama untuk pengudusan, orang percaya harus menjadikan Alkitab sebagai makanan rohani sehari-hari.

b) Menghidupi Kebenaran dalam Dunia

Menjadi saksi Kristus di tempat kerja, sekolah, komunitas, dengan integritas dan kasih.

c) Berpegang pada Kristus sebagai Sumber Kekuatan

Dalam setiap perjuangan melawan dosa, sadarilah bahwa kekuatan untuk menang berasal dari Kristus, bukan diri sendiri.

d) Menjaga Kehidupan Kudus Sebagai Kesaksian

Hidup kudus bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk menjadi kesaksian tentang Injil yang mengubahkan.

Kesimpulan: Hidup yang Dikuduskan dalam Kebenaran

Eksposisi Yohanes 17:17-19 menegaskan bahwa:

  • Pengudusan adalah karya Allah melalui Firman dan Roh.

  • Firman Allah adalah kebenaran yang memurnikan umat-Nya.

  • Kristus adalah dasar dan model pengudusan.

  • Orang percaya diutus ke dunia untuk hidup kudus di tengah dunia yang rusak.

Dalam terang teologi Reformed, ayat ini memanggil setiap kita untuk hidup dalam pengudusan yang sejati: berakar dalam Firman, berlandaskan pada karya Kristus, dan berbuah dalam misi ke dunia.

Kiranya doa Yesus ini menjadi doa kita juga:
"Kuduskanlah aku dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran."
Amin.

Next Post Previous Post