Pertempuran Rohani dalam Diri: Roma 7:21-23

Pertempuran Rohani dalam Diri: Roma 7:21-23

Pendahuluan

Surat Paulus kepada jemaat di Roma adalah mahakarya teologi Kristen. Dalam Roma 7, khususnya ayat 21–23, Paulus menggambarkan pergulatan batin yang mendalam antara keinginannya untuk menaati Allah dan keberadaan dosa yang masih tinggal dalam dirinya. Ini adalah salah satu bagian paling jujur dan manusiawi dalam Alkitab.

Artikel ini akan membahas eksposisi ayat Roma 7:21-23 berdasarkan pemikiran beberapa teolog Reformed besar seperti John Calvin, Martin Lloyd-Jones, Louis Berkhof, dan R.C. Sproul. Kita akan menguraikan makna perjuangan batin ini, konsep hukum Allah versus hukum dosa, dan aplikasinya bagi kehidupan orang percaya.

Teks Roma 7:21-23 (TB)

"Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain, yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku."

1. "Aku dapati hukum ini" — Pergulatan Batin Orang Percaya

Paulus mulai dengan pengakuan pribadi: "Aku dapati hukum ini". "Hukum" di sini merujuk pada prinsip atau pola tetap yang Paulus temukan dalam hidupnya.

a) John Calvin: Hukum Kontradiktif dalam Diri Orang Percaya

Menurut Calvin, ini bukan berbicara tentang hukum Taurat, melainkan tentang prinsip batiniah bahwa setiap kali kita ingin berbuat baik, dosa masih berdiam dalam diri kita. Ini adalah realitas setiap orang percaya: sudah dilahirkan baru, namun belum sepenuhnya bebas dari kehadiran dosa.

Calvin menulis, "Meskipun Roh Kudus telah memperbaharui kita, ada sisa-sisa dosa yang masih tetap bercokol, menyeret kita ke arah kejahatan."

b) Aplikasi

Kita harus menyadari bahwa kehidupan Kristen adalah kehidupan peperangan batin. Tidak ada orang kudus yang sepenuhnya bebas dari konflik ini selama hidup di dunia.

2. "Jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku"

Paulus menggambarkan dilema: kehendak untuk melakukan kebaikan ada, tetapi begitu juga kehadiran kejahatan.

a) Louis Berkhof: Dualisme Etis dalam Orang Percaya

Berkhof menekankan bahwa orang percaya memiliki dua prinsip hidup dalam dirinya:

  • Manusia baru yang diciptakan oleh Roh Kudus.

  • Sisa dosa yang tetap ada dari manusia lama.

Perjuangan ini bukanlah tanda kegagalan iman, melainkan bukti adanya kehidupan rohani. Yang tidak mengalami pergulatan justru adalah mereka yang sudah mati secara rohani.

b) Aplikasi

Rasa frustrasi terhadap dosa pribadi bukan berarti kita kehilangan keselamatan, melainkan menunjukkan bahwa Roh Kudus sedang bekerja di dalam kita, membangkitkan kebencian terhadap dosa.

3. "Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah"

Paulus menyatakan bahwa dalam "batin"nya (inner being), ia mengasihi hukum Allah.

a) Martin Lloyd-Jones: Kesenangan Rohani Terhadap Hukum Allah

Dalam komentarnya tentang Roma 7, Lloyd-Jones menyatakan bahwa hanya orang yang lahir baru yang dapat berkata, "Aku bersukacita dalam hukum Allah." Orang tidak percaya mungkin menganggap hukum Allah membosankan, memberatkan, atau bahkan membenci hukum itu.

Sukacita terhadap hukum Allah adalah tanda regenerasi (kelahiran baru).

b) Aplikasi

Apakah kita bersukacita atas perintah-perintah Allah? Cinta terhadap hukum-Nya, bahkan ketika kita gagal menaati-Nya sepenuhnya, adalah tanda bahwa kita adalah milik-Nya.

4. "Tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain"

Paulus memperkenalkan konsep adanya "hukum lain" dalam anggota tubuhnya yang melawan hukum akal budinya.

a) Hukum Dosa: Keberadaan Dosa yang Aktif

Dalam kerangka Reformed, ini berarti ada prinsip aktif dari dosa yang bekerja dalam tubuh kita—disebut "hukum dosa."

R.C. Sproul dalam The Holiness of God menjelaskan bahwa bahkan setelah pembenaran, kecenderungan terhadap dosa tetap ada. Dosa ini bukan sekadar pasif, melainkan aktif berusaha menguasai kita.

b) Bukan Dualisme Gnostik

Teologi Reformed menolak pandangan Gnostik bahwa tubuh itu jahat secara inheren. Tubuh bukanlah sumber dosa, melainkan dosa telah merusak tubuh dan pikiran kita.

c) Aplikasi

Kita harus berjaga-jaga melawan kecenderungan dosa dalam hidup kita, sadar bahwa musuh kita tidak hanya eksternal (dunia dan iblis), tetapi juga internal.

5. "Yang berjuang melawan hukum akal budiku"

Ada pertempuran yang aktif: hukum dosa melawan hukum akal budi (kehendak baru yang diperbaharui oleh Roh Kudus).

a) Herman Bavinck: Pertempuran Antara Kehendak Baru dan Sisa Dosa

Bavinck dalam Reformed Dogmatics menggambarkan bahwa manusia yang dilahirkan baru mengalami konflik terus-menerus antara keinginan akan kekudusan dan dorongan-dorongan dosa.

Ini adalah pertempuran rohani internal yang akan terus berlangsung sampai kemuliaan.

b) Aplikasi

Tidak ada "neutral zone" dalam kehidupan Kristen. Kita sedang berada di medan perang rohani setiap hari. Mengenali hal ini akan membuat kita bergantung penuh kepada anugerah Allah.

6. "Dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa"

Akhirnya, Paulus mengakui bahwa dalam beberapa momen, ia merasa menjadi "tawanan" hukum dosa.

a) John Owen: Dosa Membawa Perbudakan

Dalam The Mortification of Sin, John Owen menulis bahwa dosa, bila dibiarkan, selalu berusaha menawan jiwa. Oleh sebab itu, dosa harus terus-menerus "dimatikan" (mortifikasi).

Frustrasi Paulus di sini bukanlah tanda kekalahan mutlak, melainkan kesadaran mendalam tentang betapa kuatnya daya tarik dosa.

b) Bukan Kehilangan Keselamatan

Dalam pemahaman Reformed, ini bukan berarti orang percaya kehilangan keselamatan. Dosa tidak menghapus pembenaran (justifikasi), tetapi mengganggu persekutuan kita dengan Allah.

c) Aplikasi

Kita dipanggil untuk membunuh dosa setiap hari (mortify the flesh) melalui kekuatan Roh Kudus, bukan dengan kekuatan sendiri.

7. Implikasi Teologi Reformed dari Roma 7:21-23

Beberapa prinsip penting yang dapat disimpulkan:

a) Kesadaran Akan Dosa Adalah Tanda Hidup Rohani

Semakin kita bertumbuh dalam kekudusan, semakin kita peka terhadap keberadaan dosa dalam diri kita.

b) Pengudusan Adalah Proses Seumur Hidup

Teologi Reformed mengajarkan bahwa keselamatan tidak berakhir pada pembenaran, tetapi melanjutkan ke pengudusan yang progresif hingga akhirnya dimuliakan.

c) Kristus Adalah Sumber Kemenangan

Roma 7 tidak berhenti pada keputusasaan, tetapi membawa kita kepada Roma 8:1 — "Tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus."

8. Penerapan Praktis untuk Orang Percaya Saat Ini

a) Rendahkan Diri Setiap Hari
Akui ketidakmampuan kita untuk melawan dosa dengan kekuatan sendiri.

b) Hidup Dalam Pertobatan Sehari-Hari
Pertobatan bukan hanya untuk saat pertama kali percaya, melainkan ritme harian kehidupan Kristen.

c) Gunakan Sarana Anugerah
Firman, doa, persekutuan kudus, dan sakramen adalah sarana anugerah untuk memperkuat kita dalam peperangan ini.

d) Miliki Pengharapan Penuh dalam Kristus
Meskipun peperangan rohani berat, kemenangan pasti karena Kristus telah menang di salib.

Kesimpulan: Harapan di Tengah Peperangan Rohani

Eksposisi Roma 7:21-23 mengungkapkan realitas bahwa orang percaya hidup dalam ketegangan antara kehendak untuk taat dan kuasa dosa yang masih tinggal. Ini bukan tanda kegagalan iman, melainkan bukti hidup rohani yang sejati.

Dengan bergantung pada Roh Kudus, mematikan dosa, dan menaruh harapan dalam Kristus, kita akan terus bertumbuh dalam kekudusan sampai hari kita bertemu dengan Tuhan.

Marilah kita berkata bersama Paulus:

"Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita!" (Roma 7:24-25)

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post