Takhta Kasih Karunia

Takhta Kasih Karunia

Pendahuluan

Dalam Alkitab, "Takhta Kasih Karunia" (The Throne of Grace) adalah gambaran yang mengundang orang percaya untuk datang dengan keberanian kepada Allah yang Maha Kudus melalui Yesus Kristus. Konsep ini sangat penting dalam pemahaman iman Kristen, khususnya dalam tradisi Reformed, yang menekankan kedaulatan Allah, kebutuhan mutlak akan anugerah, dan perantaraan Kristus.

Ibrani 4:16 berkata:

"Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya."

Artikel ini akan membahas:

  • Definisi dan dasar Alkitabiah Takhta Kasih Karunia

  • Pandangan pakar teologi Reformed

  • Hubungan Takhta Kasih Karunia dengan perantaraan Kristus

  • Implikasi praktis bagi kehidupan orang percaya

  • Tantangan kontemporer terhadap konsep ini

1. Definisi Takhta Kasih Karunia

Dalam teologi Reformed, Takhta Kasih Karunia adalah:

  • Tempat pertemuan antara manusia berdosa dan Allah yang kudus.

  • Gambaran dari hadirat Allah yang sekarang dapat diakses karena karya penebusan Kristus.

  • Simbol dari kedaulatan Allah yang penuh kasih, bukan hanya sebagai Hakim, tetapi sebagai Bapa yang penuh anugerah.

Louis Berkhof dalam Systematic Theology menjelaskan:

"Takhta kasih karunia adalah takhta pemerintahan Allah, yang karena karya pendamaian Kristus, kini terbuka untuk umat-Nya bukan dalam penghukuman, melainkan dalam belas kasihan dan kasih."

2. Dasar Alkitabiah Takhta Kasih Karunia

a. Konteks Perjanjian Lama: Tabut Perjanjian

Dalam Perjanjian Lama, Tabut Perjanjian di Ruang Maha Kudus adalah simbol hadirat Allah. Di atas Tabut, ada tutup pendamaian (mercy seat) tempat darah kurban dipercikkan pada Hari Pendamaian (Imamat 16).

Tabut itu adalah:

  • Takhta Allah di bumi.

  • Tempat Allah bertemu dengan umat-Nya (Keluaran 25:22).

Namun, hanya Imam Besar yang boleh masuk sekali setahun, membawa darah kurban.

b. Penggenapan dalam Kristus

Kristus adalah Imam Besar sejati (Ibrani 9), yang mempersembahkan darah-Nya sendiri, sekali untuk selama-lamanya.

Dengan kematian Kristus:

  • Tabir Bait Suci terbelah (Matius 27:51).

  • Akses kepada Allah dibuka bagi semua orang percaya.

Ibrani 10:19-20:

"Karena itu, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri."

3. Pandangan Para Pakar Teologi Reformed

a. John Calvin

Dalam Commentary on Hebrews, Calvin menulis:

"Kita diajak untuk datang kepada Allah dengan keberanian, bukan karena kita layak, melainkan karena Ia, di dalam kasih-Nya, telah menyediakan jalan melalui Kristus."

Calvin menekankan:

  • Tanpa Kristus, Allah adalah Hakim yang menakutkan.

  • Di dalam Kristus, Allah adalah Bapa yang penuh kasih, siap menerima umat-Nya.

Calvin juga menekankan bahwa "keberanian" (parrhesia) bukanlah sikap lancang, melainkan kepercayaan anak kepada Bapanya.

b. Louis Berkhof

Berkhof menunjukkan bahwa "takhta" menunjukkan:

  • Otoritas ilahi.

  • Kemurahan yang aktif.

Ia menulis:

"Takhta kasih karunia adalah tempat dari mana Allah secara aktif membagikan kasih karunia dan pertolongan kepada umat-Nya yang bergumul."

Ini berarti bahwa Allah di takhta-Nya:

  • Tidak pasif menunggu.

  • Tetapi aktif menolong orang percaya.

c. Herman Bavinck

Dalam Reformed Dogmatics, Bavinck mengajarkan bahwa:

"Kristus, sebagai Imam Besar dan Raja, membawa umat-Nya ke dalam hadirat Allah, bukan dengan ketakutan, tetapi dengan kasih yang membebaskan."

Menurut Bavinck:

  • Takhta kasih karunia memperlihatkan bahwa Allah berdaulat penuh atas keselamatan.

  • Manusia hanya dapat datang karena diundang dan disanggupkan oleh kasih karunia.

d. R.C. Sproul

Dalam The Holiness of God, R.C. Sproul mengingatkan bahwa:

"Allah tetap kudus dan mulia di takhta-Nya, dan kasih karunia tidak mengurangi kekudusan itu, tetapi memenuhi keadilan-Nya dalam kasih."

Sproul menekankan:

  • Takhta kasih karunia bukan tempat untuk meremehkan dosa.

  • Melainkan tempat di mana dosa telah ditangani secara tuntas di dalam salib Kristus.

4. Takhta Kasih Karunia dan Perantaraan Kristus

Teologi Reformed menegaskan bahwa akses ke Takhta Kasih Karunia hanya mungkin:

  • Melalui perantaraan Kristus.

  • Karena pengorbanan-Nya yang sempurna.

Ibrani 7:25:

"Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah; sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka."

Kristus adalah:

  • Imam Besar kita (yang membawa persembahan darah).

  • Pengantara kita (yang berdoa bagi kita).

  • Raja kita (yang memerintah untuk kebaikan kita).

Tanpa perantaraan Kristus, takhta itu adalah takhta penghukuman; di dalam Kristus, itu menjadi takhta kasih karunia.

5. Implikasi Takhta Kasih Karunia bagi Kehidupan Orang Percaya

a. Doa yang Berani dan Percaya

Karena kita memiliki Imam Besar, kita didorong untuk datang:

  • Dengan bebas, tanpa rasa takut.

  • Dengan iman, percaya bahwa Allah mendengarkan.

Efesus 3:12:

"Di dalam Dia kita beroleh keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya."

b. Pertolongan dalam Penderitaan

Takhta kasih karunia adalah sumber pertolongan pada "waktu yang tepat."

Ketika kita:

  • Bergumul dalam dosa,

  • Mengalami pencobaan,

  • Merasa lemah dan putus asa,

Kita diundang untuk mendekat kepada Allah, bukan menjauh.

c. Kehidupan dalam Pertobatan

Karena kasih karunia tersedia:

  • Kita tidak perlu bersembunyi dalam rasa malu.

  • Kita dapat datang mengaku dosa dan menerima belas kasihan.

1 Yohanes 1:9:

"Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan."

d. Penguatan Iman

Takhta kasih karunia adalah pengingat bahwa:

  • Allah tidak mengabaikan kita.

  • Anugerah tersedia terus-menerus.

  • Pertolongan-Nya tidak pernah terlambat.

6. Tantangan Kontemporer terhadap Konsep Takhta Kasih Karunia

a. Individualisme dan Otonomi Manusia

Budaya modern mendorong kepercayaan diri manusia untuk mencari solusi atas masalahnya sendiri. Konsep mendekat ke Takhta Kasih Karunia dianggap kelemahan.

Teologi Reformed menegaskan:

  • Ketergantungan kepada Allah bukan kelemahan, melainkan kekuatan iman sejati.

b. Trivialitas Dosa

Banyak orang menganggap dosa tidak serius. Jika dosa dianggap ringan, maka Takhta Kasih Karunia tidak lagi dipandang sebagai kebutuhan mutlak.

R.C. Sproul memperingatkan:

"Jika kita tidak memahami kedalaman dosa, kita tidak akan menghargai kemuliaan kasih karunia."

c. Penyimpangan dalam Pengajaran Kasih Karunia

Ada bahaya ajaran "anugerah murah" (cheap grace) yang memisahkan kasih karunia dari pertobatan sejati.

Teologi Reformed mengajarkan:

  • Kasih karunia yang sejati menghasilkan perubahan hidup, bukan kebebasan untuk berdosa.

Kesimpulan

Takhta Kasih Karunia adalah inti dari pengalaman iman Kristen menurut teologi Reformed. Ini adalah:

  • Takhta Allah yang kudus, diakses melalui darah Kristus.

  • Tempat di mana manusia berdosa menemukan belas kasihan, pengampunan, dan pertolongan.

  • Undangan bagi setiap orang percaya untuk datang dengan iman dan keberanian.

John Calvin berkata:

"Kristus telah membuka jalan bagi kita untuk mendekat kepada Allah, bukan dengan rasa takut, melainkan dengan pengharapan yang pasti akan belas kasihan."

Dalam dunia yang penuh dengan kelemahan, kegagalan, dan kebutuhan, kabar baiknya tetap sama: Takhta Kasih Karunia tetap terbuka. Allah, yang duduk di atas takhta-Nya, memanggil umat-Nya untuk datang — bukan untuk dihukum, melainkan untuk dipeluk dalam kasih-Nya.

Soli Deo Gloria!

Next Post Previous Post