Menjaga Pola Ajaran yang Sehat: 2 Timotius 1:13

Menjaga Pola Ajaran yang Sehat: 2 Timotius 1:13

Pendahuluan

Di tengah tantangan zaman dan berbagai arus pengajaran yang menyesatkan, seruan Rasul Paulus kepada Timotius dalam 2 Timotius 1:13 tetap relevan bagi gereja masa kini: “Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai pola ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.” Ayat ini bukan hanya nasihat pastoral, melainkan juga penegasan tentang pentingnya menjaga kemurnian ajaran yang telah diturunkan dari para rasul.

Dalam tradisi teologi Reformed, teks ini sering dijadikan fondasi untuk menegaskan pentingnya doktrin yang benar, kesetiaan pada pengajaran apostolik, dan pemuridan yang berlandaskan kasih serta iman kepada Kristus. Artikel ini akan mengeksplorasi eksposisi 2 Timotius 1:13 menurut para teolog Reformed, menyelami makna "pola ajaran yang sehat", dan bagaimana ayat ini mengajarkan kita untuk berteologi serta hidup dalam iman yang teguh.

I. Konteks Historis dan Latar Surat

Surat 2 Timotius merupakan surat pastoral terakhir dari Rasul Paulus yang ditulis dalam masa pemenjaraan di Roma menjelang akhir hidupnya. Surat ini bersifat pribadi dan sangat emosional, ditujukan kepada anak rohaninya, Timotius, yang pada saat itu melayani jemaat di Efesus. Situasi gereja sedang dalam tekanan karena ajaran sesat (lih. 2 Timotius 2:16-18) dan adanya penganiayaan dari luar.

Dalam konteks ini, Paulus mendesak Timotius untuk tidak malu bersaksi tentang Injil (ayat 8), dan untuk tetap teguh memegang apa yang telah diajarkan kepadanya. Ayat 13 menjadi seruan konkret kepada Timotius untuk memelihara integritas pengajaran apostolik dan tidak tergoyahkan oleh tekanan sosial maupun doktrinal.

II. Teks dan Terjemahan

2 Timotius 1:13 (TB): “Peganglah segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai pola ajaran yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.”

Teks Yunani:
Ὑποτύπωσιν ἔχε ὑγιαινόντων λόγων ὧν παρʼ ἐμοῦ ἤκουσας ἐν πίστει καὶ ἀγάπῃ τῇ ἐν Χριστῷ Ἰησοῦ.

Kata kunci dalam ayat ini adalah:

  • Ὑποτύπωσιν (hypotupōsin): “pola”, “contoh”, atau “kerangka ajaran”

  • ὑγιαινόντων (hugiainontōn): “yang sehat”, dari kata dasar hugiainō, yang berarti sehat secara doktrinal (lih. 1 Timotius 1:10)

  • λόγων (logōn): “perkataan” atau “ajaran”

Artinya secara literal: “Peganglah pola dari perkataan yang sehat yang engkau dengar dariku, dalam iman dan kasih yang ada dalam Kristus Yesus.”

III. Eksposisi Teologis Reformed

1. Pola Ajaran yang Sehat: Bukan Sekadar Tradisi

Dalam teologi Reformed, konsep “hypotupōsis” atau pola ajaran dianggap sebagai rujukan pada bentuk ajaran apostolik yang bersifat tetap, otoritatif, dan menjadi dasar iman gereja (cf. Westminster Confession of Faith 1.6). John Calvin menekankan bahwa ajaran yang disampaikan Paulus bukanlah sekadar ide pribadi, melainkan bagian dari depositum fidei — warisan iman yang harus dijaga (lih. Komentar Calvin atas 2 Timotius 1:13).

Calvin berkata:

“Paulus tidak berbicara tentang ajaran acak, tetapi suatu bentuk ajaran yang telah dibakukan, dan di dalamnya terkandung keseluruhan Injil.”

Dengan demikian, ajaran yang sehat bukan semata opini teologis, melainkan kerangka Injil yang sudah ditetapkan oleh Allah melalui para rasul.

2. Ajaran yang “Sehat” dan Relevansinya

Kata “sehat” (Yunani: hugiainontōn) dalam konteks Reformed merujuk pada doktrin yang bebas dari kesalahan dan menyegarkan jiwa. Herman Bavinck menjelaskan bahwa Injil adalah “kesehatan rohani” bagi umat manusia, yang melawan penyakit dari dosa dan kebodohan spiritual.

Pengajaran yang sehat juga menyiratkan adanya pengajaran yang sakit — yaitu bidat dan heresi. Oleh sebab itu, penggembalaan yang sehat selalu disertai pembelaan terhadap doktrin ortodoks. Seperti ditegaskan oleh Charles Hodge:

“Kebenaran bukan hanya perlu diajarkan, tetapi juga dipertahankan dari kesalahan. Sebab kesalahan teologis mengarah pada kerusakan moral dan spiritual.”

3. Iman dan Kasih sebagai Sikap Menjaga Ajaran

Menarik bahwa Paulus menekankan agar pola ajaran ini dijaga “dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus.” Dalam pemahaman Reformed, ini menghindarkan kita dari sikap legalistik dan kering dalam mempertahankan doktrin.

Iman di sini merujuk pada kepercayaan teguh kepada Kristus sebagai pusat dari seluruh pengajaran Alkitab. Sedangkan kasih menunjukkan bahwa doktrin yang sehat bukan untuk kesombongan intelektual, tetapi untuk pelayanan dan pemuridan yang membangun.

John Owen mengingatkan bahwa:

“Pengajaran yang sejati haruslah mengakar dalam kasih kepada Kristus, bukan dalam semangat debat atau kesombongan atas kebenaran.”

IV. Implikasi Pastoral dan Aplikatif

1. Kewajiban Pemimpin Gereja untuk Menjaga Ajaran

Bagi para gembala dan pengajar, ayat ini merupakan mandat untuk memastikan bahwa pelayanan mereka setia pada pola ajaran apostolik. Ini berarti setia pada Alkitab sebagai satu-satunya sumber otoritas, serta menghindari sinkretisme teologi populer yang tidak sesuai dengan Injil.

Richard Baxter, dalam The Reformed Pastor, menekankan:

“Kita harus terlebih dahulu menjadi ortodoks dalam pengajaran kita sebelum kita bisa membentuk jemaat yang kudus.”

2. Pentingnya Katekese dan Pendidikan Iman

Gereja Reformed selalu mengutamakan pendidikan iman dan katekisasi sebagai bagian dari upaya mempertahankan ajaran yang sehat. Katekismus Heidelberg, misalnya, adalah alat untuk menyampaikan pola ajaran secara sistematis, penuh kasih, dan mudah dipahami jemaat.

3. Kehidupan Iman dan Kasih yang Terwujud

Mempertahankan kebenaran Injil tidak boleh mengabaikan hidup dalam kasih dan iman. Gereja tidak boleh menjadi kaku atau kering, melainkan harus mencerminkan kasih Kristus sambil bersaksi tentang kebenaran.

V. Tantangan Masa Kini dan Relevansi 2 Timotius 1:13

1. Arus Postmodernisme dan Relativisme

Dalam zaman di mana kebenaran dianggap relatif, panggilan untuk memegang pola ajaran yang sehat menjadi semakin penting. Banyak gereja dan teolog modern mulai menoleransi ajaran yang menyesatkan demi inklusivitas.

Teologi Reformed mengajarkan bahwa Injil adalah satu-satunya kebenaran objektif yang dapat menyelamatkan. Oleh sebab itu, keteguhan pada doktrin yang sehat bukanlah kekakuan, melainkan cinta terhadap jiwa-jiwa.

2. Kebutuhan Akan Teologi yang Mendidik dan Mengubah

Reformed Theology sangat menekankan pentingnya doktrin yang hidup — yakni pengajaran yang bukan hanya benar, tetapi juga mengubahkan hidup. 2 Timotius 1:13 mendorong kita untuk mengajarkan kebenaran dengan hati yang penuh kasih dan hidup yang mencerminkan Kristus.

Kesimpulan

2 Timotius 1:13 adalah seruan ilahi bagi setiap orang percaya, terutama pemimpin gereja, untuk memegang teguh pola ajaran yang sehat dalam iman dan kasih kepada Kristus. Dalam pandangan teologi Reformed, ayat ini menegaskan pentingnya doktrin yang benar, pewarisan ajaran apostolik, serta kasih sebagai sikap rohani dalam menjaganya.

Kiranya gereja masa kini, dalam menghadapi tantangan zaman, tetap setia pada Injil yang telah diwariskan dan menyampaikannya dengan kasih dan iman kepada Kristus Yesus — Sang Kepala Gereja yang memelihara tubuh-Nya dalam kebenaran.

Next Post Previous Post