On Keeping the Heart: A Reformed Theological Reflection
Pendahuluan
Dalam Alkitab, hati disebut sebagai pusat dari kehidupan manusia – tempat bersemayamnya pikiran, kehendak, emosi, dan motivasi. Amsal 4:23 memberikan peringatan yang mendalam: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Dalam tradisi teologi Reformed, menjaga hati bukan sekadar tugas moral, tetapi merupakan panggilan spiritual yang mendasar bagi orang percaya. Artikel ini akan mengeksplorasi konsep keeping the heart dari perspektif Reformed dengan menelaah pemikiran beberapa tokoh penting seperti John Flavel, John Owen, Jonathan Edwards, dan R.C. Sproul.
1. Makna “Keeping the Heart”
a. Arti Alkitabiah dari “Hati”
Dalam bahasa Ibrani, kata "leb" (לֵב) digunakan untuk menggambarkan hati, bukan hanya sebagai organ fisik, tetapi sebagai pusat dari keberadaan manusia – tempat keputusan diambil, emosi dirasakan, dan kehendak dibentuk. Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani kardia digunakan dengan makna serupa.
John Calvin dalam Institutes menyebut hati sebagai "fons omnis vitæ" – sumber dari segala kehidupan. Menjaga hati berarti menjaga kehidupan rohani itu sendiri.
b. Dimensi Spiritual
John Flavel, dalam bukunya yang terkenal "Keeping the Heart", mendefinisikan tindakan ini sebagai "memelihara hati dalam kondisi rohani yang baik di hadapan Tuhan di segala musim kehidupan." Flavel menyatakan bahwa menjaga hati lebih penting daripada menjaga kekayaan, kesehatan, atau reputasi, karena hati yang tidak terjaga akan menjatuhkan seluruh kehidupan Kristen.
2. Mengapa Hati Harus Dijaga
a. Karena Hati Rentan
Dalam Yeremia 17:9 dikatakan, “Betapa liciknya hati, lebih licik dari pada segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya?” Teologi Reformed menekankan total depravity – kerusakan total dari natur manusia, termasuk hati.
John Owen dalam "The Mortification of Sin" menjelaskan bahwa hati adalah medan perang utama antara Roh dan daging. Tanpa pengawasan yang terus-menerus, dosa akan menunggangi hati dan merusak kesalehan.
b. Karena Iman Lahir di Hati
Rasul Paulus menulis dalam Roma 10:10, “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan...” Menjaga hati berarti menjaga tempat di mana iman bertumbuh. Hati yang dipenuhi firman, pengakuan dosa, dan perenungan akan kasih karunia Tuhan adalah hati yang subur bagi iman.
3. Cara Menjaga Hati Menurut Para Teolog Reformed
a. Melalui Disiplin Rohani (John Owen)
John Owen menekankan pentingnya mortification of sin, yaitu mematikan dosa setiap hari dengan kuasa Roh Kudus. Hati yang tidak dijaga melalui pertobatan harian akan menjadi lahan subur bagi dosa yang tersembunyi.
“Be killing sin or it will be killing you.” – John Owen
Menurut Owen, dosa tidak akan pernah pasif. Ia selalu bergerak menyerang. Oleh sebab itu, menjaga hati berarti berjaga setiap saat dengan disiplin rohani seperti doa, firman, dan pertobatan.
b. Melalui Perenungan dan Introspeksi (John Flavel)
Flavel dalam bukunya menulis bahwa self-examination adalah alat penting dalam menjaga hati. Ia mengajarkan bahwa orang percaya harus mengenali kondisi hatinya di segala musim hidup – dalam kemakmuran, penderitaan, kesendirian, bahkan saat pelayanan.
“To keep the heart then, is carefully to preserve it from sin, and maintain that spiritual frame in it which fits it for all duties and conditions.” – John Flavel
c. Melalui Kasih Akan Kemuliaan Allah (Jonathan Edwards)
Edwards menekankan bahwa kasih akan kemuliaan Allah adalah kunci dalam menjaga hati tetap lurus. Dalam Religious Affections, ia menggarisbawahi bahwa tanda sejati dari orang yang lahir baru adalah afeksi rohani yang tertuju pada Allah – bukan sekadar tindakan moral.
“True religion, in great part, consists in holy affections.” – Jonathan Edwards
Jika hati dipenuhi oleh kasih akan kemuliaan Allah, maka ia akan menolak godaan dunia dan tetap murni dalam motivasi.
d. Melalui Ketekunan dalam Kebenaran (R.C. Sproul)
R.C. Sproul, dengan pendekatannya yang sistematis, mengingatkan bahwa menjaga hati tidak dapat dipisahkan dari kebenaran Alkitab. Ia menekankan pentingnya renewal of the mind (Roma 12:2), di mana hati diperbarui melalui firman Tuhan yang hidup dan benar.
“We live in what may be the most anti-intellectual period in the history of Western civilization... yet God never bypasses the mind.” – R.C. Sproul
Ketaatan kepada kebenaran firman Tuhan menjaga hati dari penyimpangan doktrin yang bisa menyesatkan hati kita.
4. Musim-Musim dalam Hidup dan Cara Menjaga Hati di Dalamnya
John Flavel membagi bukunya menjadi beberapa bagian berdasarkan musim hidup. Berikut adalah beberapa musim itu dan cara menjaga hati di dalamnya:
a. Saat Kemakmuran
Kemakmuran bisa menyebabkan hati menjadi sombong dan melupakan Allah. Menjaga hati berarti tetap rendah hati dan bersyukur.
“It is hard to carry a full cup without spilling.” – John Flavel
b. Saat Penderitaan
Penderitaan dapat membuat hati menjadi pahit dan mempertanyakan kebaikan Tuhan. Dalam momen ini, penting untuk mengingat bahwa penderitaan dipakai Allah untuk menyucikan kita.
c. Saat Pelayanan
Ironisnya, pelayanan dapat menjadi tempat di mana motivasi mulai tercemar oleh keinginan untuk dipuji. Hati harus dijaga agar motivasi tetap murni: hanya untuk kemuliaan Kristus.
d. Saat Kejatuhan
Saat jatuh ke dalam dosa, hati bisa dikuasai oleh keputusasaan atau rasa bersalah yang membunuh semangat. Tetapi Injil menyediakan pemulihan. Menjaga hati berarti cepat kembali kepada salib.
5. Hubungan Antara Hati dan Kasih Karunia Allah
Teologi Reformed menekankan bahwa semua ketaatan dimulai dari kasih karunia, bukan kekuatan manusia. Menjaga hati bukanlah pekerjaan manusiawi semata, tetapi respons terhadap karya Roh Kudus.
Dalam Institutes, Calvin menulis:
“It is certain that man never achieves a clear knowledge of himself unless he has first looked upon God’s face.”
Dengan kata lain, hanya ketika seseorang melihat kesucian Allah dan kasih karunia-Nya, ia bisa melihat kebobrokan hatinya dan menyerahkannya pada Allah untuk dijaga.
6. Bahaya Jika Hati Tidak Dijaga
Tanpa pengawasan rohani, hati akan menjadi tempat berkembangnya:
-
Kemunafikan, di mana luar tampak rohani tetapi hati jauh dari Allah.
-
Ketidakpekaan rohani, di mana seseorang kehilangan keintiman dengan Tuhan.
-
Kesombongan, yang seringkali menyelinap saat pelayanan atau pencapaian spiritual.
John Owen memperingatkan bahwa dosa akan mengecoh hati, membuat yang salah tampak benar, dan yang benar tampak membosankan.
7. Praktik-Praktik Praktis Menjaga Hati
a. Membangun Kehidupan Devosi Harian
Waktu doa dan perenungan firman bukanlah legalisme, tetapi sarana kasih karunia untuk memurnikan hati setiap hari.
b. Komunitas dan Akuntabilitas
Hati yang dijaga bersama dalam komunitas lebih kuat dari hati yang sendirian. Gereja adalah tempat di mana dosa bisa dikoreksi dan kasih karunia bisa dinyatakan.
c. Memeriksa Motivasi
Setiap tindakan perlu diuji: apakah untuk kemuliaan Allah atau untuk keuntungan pribadi?
Kesimpulan
“Keeping the heart” bukanlah tugas tambahan dalam kehidupan Kristen, melainkan inti dari seluruh kehidupan iman. Teologi Reformed mengajarkan bahwa dari hati mengalir seluruh respons terhadap anugerah Allah – dalam pemikiran, perasaan, dan perbuatan. John Flavel, John Owen, Jonathan Edwards, dan R.C. Sproul, masing-masing mengajarkan bahwa menjaga hati adalah suatu usaha serius dan terus-menerus, yang hanya dapat dilakukan dengan bergantung pada kuasa Roh Kudus dan terang firman Tuhan.
Sebagaimana Tuhan Yesus sendiri berkata: “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Matius 5:8).
Penutup
Kiranya Roh Kudus menolong kita untuk sungguh-sungguh menjaga hati kita di hadapan Tuhan. Bukan demi keselamatan kita—karena itu adalah kasih karunia—melainkan karena dari hati mengalir kehidupan yang mengarah kepada kekudusan dan kemuliaan Allah.
“Guard the heart above all else, for from it flow the springs of life.” (Proverbs 4:23)
