Salam dari Penatua kepada Jemaat: 2 Yohanes 1:1

Salam dari Penatua kepada Jemaat: 2 Yohanes 1:1

Pendahuluan

Surat 2 Yohanes, walau pendek hanya satu pasal, mengandung kedalaman teologis yang sangat penting. Ayat pertama, yaitu 2 Yohanes 1:1, menjadi dasar bagi seluruh pesan surat ini. Dalam tradisi Reformed, ayat ini sering dikaji untuk memahami hubungan antara kebenaran, kasih, dan otoritas rohani. Artikel ini akan mengupas eksposisi 2 Yohanes 1:1 berdasarkan pandangan para teolog Reformed ternama, dengan penekanan pada penerapan praktis dalam kehidupan gereja masa kini.

2 Yohanes 1:1 (TB):
"Dari penatua kepada Ibu yang terpilih dan anak-anaknya, yang benar-benar kukasihi, dan bukan aku saja, tetapi juga semua orang yang telah mengenal kebenaran,"

Mari kita telusuri makna dari setiap bagian ayat ini dengan seksama.

1. "Dari Penatua"

Kata "penatua" (Yunani: presbyteros) menandakan sosok pemimpin gereja yang matang dalam iman dan pengalaman. Para pakar seperti John Calvin dan Herman Bavinck memandang bahwa Yohanes menyebut dirinya "penatua" bukan sekadar untuk menunjukkan usia, melainkan untuk menegaskan otoritas rohaninya.

Menurut Calvin dalam Commentaries on the Catholic Epistles, penggunaan istilah ini adalah bentuk kerendahan hati. Yohanes tidak menonjolkan status kerasulannya, tetapi merendahkan dirinya sebagai seorang hamba yang memimpin berdasarkan kasih dan kebenaran.

Aplikasi:
Gereja masa kini dipanggil untuk memiliki pemimpin rohani yang bukan hanya memiliki jabatan, tetapi menunjukkan kedewasaan iman, kerendahan hati, dan pengabdian penuh kepada Kristus.

2. "Kepada Ibu yang Terpilih"

Frasa ini telah menimbulkan banyak perdebatan: siapakah "Ibu yang terpilih" itu? Dua pandangan utama dalam tradisi Reformed:

  • Literal:
    "Ibu yang terpilih" adalah seorang perempuan Kristen terkemuka yang menjadi pusat komunitas rumah-gereja.

  • Metaforis:
    "Ibu yang terpilih" melambangkan jemaat lokal itu sendiri. Dalam hal ini, "anak-anaknya" adalah anggota jemaat.

Louis Berkhof dalam Introduction to the New Testament lebih condong pada interpretasi metaforis, dengan alasan bahwa Yohanes berbicara kepada gereja sebagai satu kesatuan, layaknya seorang ibu dan anak-anaknya.

Pendapat lain:
R.C. Sproul dalam pengajarannya juga menegaskan pentingnya melihat penggunaan istilah ini dalam konteks kasih komunitas, yang lebih besar dari sekadar hubungan individual.

Aplikasi:
Gereja harus memahami dirinya sebagai satu keluarga besar, di mana kasih dan kebenaran mengikat setiap anggotanya.

3. "Dan Anak-anaknya"

Mengacu pada "anak-anak", ayat ini mengungkapkan pentingnya kesinambungan iman. Anak-anak ini bisa diartikan sebagai anggota jemaat, atau anak-anak rohani dari "Ibu yang terpilih".

Menurut teologi Reformed, seperti dikemukakan oleh Bavinck, pembinaan iman antar generasi sangat penting. Iman tidak hanya untuk individu, tetapi untuk diwariskan melalui komunitas.

Aplikasi:
Setiap jemaat dipanggil untuk memperhatikan generasi berikutnya, memastikan bahwa ajaran yang benar diturunkan tanpa kompromi.

4. "Yang Benar-Benar Kukasihi"

Kasih yang disebut di sini bukan sembarang kasih emosional, tetapi kasih yang berakar dalam kebenaran. Yohanes tidak hanya memiliki afeksi pribadi, melainkan kasih berdasarkan pengenalan terhadap Kristus.

John Stott menekankan dalam bukunya The Letters of John bahwa kasih Kristen sejati tidak pernah terpisah dari kebenaran. Kasih tanpa kebenaran adalah sentimen kosong, sementara kebenaran tanpa kasih adalah kekakuan yang membunuh.

Aplikasi:
Dalam komunitas Kristen, kasih harus selalu dikaitkan erat dengan kebenaran. Kita tidak bisa mengasihi dengan membiarkan kesalahan menguasai.

5. "Dan Bukan Aku Saja, Tetapi Juga Semua Orang yang Telah Mengenal Kebenaran"

Yohanes mengingatkan bahwa kasih kepada jemaat bukan hanya miliknya pribadi, melainkan milik seluruh komunitas orang percaya yang telah mengenal kebenaran.

Dalam teologi Reformed, kebenaran (aletheia) ini berkaitan dengan wahyu Allah di dalam Kristus, dan tidak bisa dipisahkan dari Injil. Teolog Reformed seperti Geerhardus Vos menegaskan bahwa pengenalan kebenaran membawa kepada komunitas kasih yang universal.

Aplikasi:
Kasih yang sejati adalah hasil dari pengenalan akan Injil yang murni. Hubungan dalam gereja bukan berdasarkan kesamaan sosial, melainkan berdasarkan kebenaran Injil.

6. Konteks Sejarah dan Teologis 2 Yohanes

Surat ini ditulis dalam konteks meningkatnya ajaran sesat (seperti doketisme) yang mengingkari kemanusiaan Kristus. Yohanes sangat serius melawan ajaran ini, dan menekankan perlunya kebenaran dalam kasih.

Menurut analisa Reformed, surat ini adalah pengingat bahwa menjaga doktrin yang benar sama pentingnya dengan hidup dalam kasih.

Pendekatan Reformed:

  • Orthodoxy (doktrin yang benar) tidak bisa dipisahkan dari orthopraxy (hidup yang benar).

  • Gereja harus memperjuangkan keduanya dengan setia.

7. Ajaran Penting dari 2 Yohanes 1:1

a) Otoritas Pemimpin Rohani

Yohanes, sang "penatua", menunjukkan bahwa kepemimpinan rohani harus berbasis pada kebenaran, kasih, dan teladan hidup, bukan sekadar jabatan formal.

b) Identitas Gereja sebagai Keluarga

Gereja dipandang sebagai satu keluarga rohani: "Ibu" dan "anak-anak". Ini menekankan relasi yang hangat, penuh kasih, dan tanggung jawab.

c) Kebenaran dan Kasih yang Tak Terpisahkan

Dalam ajaran Yohanes, dan sesuai prinsip Reformed, kasih sejati tidak akan pernah berlawanan dengan kebenaran Firman Tuhan.

d) Universalitas Kasih Kristen

Kasih terhadap jemaat bukan bersifat lokal atau terbatas, tetapi universal, menyatukan semua orang yang mengenal kebenaran di seluruh dunia.

8. Penerapan Praktis 2 Yohanes 1:1 untuk Gereja Masa Kini

a) Membangun Kepemimpinan yang Benar

Gereja perlu melatih para penatua dan pemimpin yang rendah hati, teguh dalam kebenaran, dan penuh kasih, seperti teladan Yohanes.

b) Menanamkan Konsep Keluarga Rohani

Setiap anggota gereja harus memperlakukan satu sama lain sebagai bagian dari keluarga rohani, mempererat kasih di antara umat percaya.

c) Menjaga Keseimbangan Kasih dan Kebenaran

Dalam era pluralisme, gereja harus tetap tegas dalam kebenaran tanpa mengorbankan kasih. Menyatakan kebenaran tanpa kebencian, dan mengasihi tanpa kompromi.

d) Menjadi Bagian dari Kasih Global Orang Percaya

Gereja harus menyadari bahwa kasih Kristen melampaui batas budaya dan nasional. Kita dipanggil untuk mengasihi semua saudara seiman di seluruh dunia.

Kesimpulan: Pelajaran Berharga dari 2 Yohanes 1:1

Eksposisi 2 Yohanes 1:1 dalam terang teologi Reformed mengajarkan kita bahwa:

  • Kepemimpinan rohani sejati bersumber dari kasih dan kebenaran.

  • Gereja adalah keluarga besar yang harus hidup dalam kasih ilahi.

  • Kasih dan kebenaran adalah dua sisi dari mata uang kehidupan Kristen.

  • Kasih Kristen harus bersifat global, meliputi semua orang percaya di seluruh dunia.

Pesan sederhana dari salam Yohanes membuka kekayaan prinsip-prinsip gerejawi yang mendalam, yang tetap relevan untuk gereja masa kini.

Marilah kita, seperti Yohanes, menjadi umat yang mengasihi dalam kebenaran, membangun gereja sebagai keluarga Allah yang memuliakan Kristus di dunia ini.

Next Post Previous Post