Saling Tunduk dalam Takut akan Kristus (Efesus 5:21)

Saling Tunduk dalam Takut akan Kristus (Efesus 5:21)

Ayat Utama:

Efesus 5:21 (AYT): “Tunduklah seorang kepada yang lain dalam takut akan Kristus.”

1. Pendahuluan: Ayat yang Menjadi Jembatan

Efesus 5:21 sering dianggap sebagai ayat transisi dalam surat Paulus kepada jemaat di Efesus. Ayat ini menghubungkan dua bagian besar: ajakan untuk hidup penuh Roh Kudus (Efesus 5:18-20) dan bagian praktis tentang hubungan antaranggota keluarga Kristen (Efesus 5:22–6:9).

Menurut teolog Reformed seperti John Stott, Efesus 5:21 menjadi semacam “judul kecil” yang memperkenalkan bagaimana kehidupan yang dipenuhi oleh Roh diekspresikan melalui saling penundukan dalam relasi.

2. Konteks Historis dan Budaya

Surat Efesus ditulis oleh Rasul Paulus saat ia berada dalam penjara (kemungkinan di Roma). Jemaat Efesus hidup di tengah masyarakat Romawi yang sangat hirarkis—dimana dominasi pria atas wanita, orang tua atas anak, dan tuan atas budak adalah hal lumrah. Ayat ini datang sebagai ajaran radikal: tunduklah seorang kepada yang lain.

Dalam kerangka Reformed, teolog seperti R.C. Sproul menekankan bahwa Alkitab menegaskan tatanan otoritas, tetapi tunduk dalam Kristus bukan berarti kehilangan nilai atau harga diri, melainkan menunjukkan kerendahan hati dan pelayanan kasih seperti Kristus.

3. Eksposisi Bahasa Yunani: Kata “Tunduk”

Kata Yunani untuk “tunduk” adalah ὑποτάσσω (hupotassō), yang berarti menempatkan diri di bawah otoritas secara sukarela. Ini bukan penundukan paksa, melainkan suatu tindakan kehendak dalam takut akan Kristus.

Menurut John MacArthur, tunduk dalam konteks ini bukan berarti menyerah secara membabi buta, tetapi menunjukkan sikap hormat dan kasih yang mencerminkan kehidupan Yesus yang menyerahkan diri-Nya untuk gereja.

4. Takut Akan Kristus: Bukan Takut yang Mematikan, Tapi Hormat yang Menghidupkan

Ungkapan “dalam takut akan Kristus” (ἐν φόβῳ Χριστοῦ) dalam bahasa Yunani menunjukkan rasa hormat yang mendalam kepada Kristus, bukan ketakutan dalam arti negatif.

Jonathan Edwards, seorang tokoh besar dalam tradisi Reformed, menulis bahwa takut yang benar kepada Tuhan adalah "penghormatan yang kudus yang berasal dari kasih dan kesadaran akan kebesaran Tuhan." Ini menjadi fondasi bagi sikap saling tunduk dalam komunitas Kristen.

5. Relasi yang Diseimbangkan oleh Injil

Dalam tradisi Reformed, hubungan antarpribadi dalam gereja dan keluarga tidak bisa dilepaskan dari Injil. Efesus 5:21 menjadi dasar bagi seluruh ajaran tentang pernikahan, pengasuhan anak, dan kepemimpinan rohani dalam Efesus 5 dan 6.

John Calvin, dalam komentarnya, menekankan bahwa penundukan ini harus bersumber dari kasih Kristus yang telah terlebih dahulu menyatakan diri-Nya melalui pengorbanan di kayu salib.

6. Aplikasi Teologis dalam Gereja Masa Kini

a. Dalam Pernikahan

Walaupun Efesus 5:22 mengatakan, “Istri-istri, tunduklah kepada suamimu,” namun ayat sebelumnya (Efesus 5:21) memperjelas bahwa kedua belah pihak dipanggil untuk saling tunduk dalam kasih dan pengabdian.

Teolog seperti Wayne Grudem menekankan bahwa ayat 21 harus membentuk cara kita memahami kepemimpinan pria dan penundukan wanita: bukan dominasi, tetapi kepemimpinan yang berkorban dan penundukan yang penuh kasih.

b. Dalam Pelayanan Gereja

Saling tunduk juga harus hadir dalam komunitas pelayanan, bukan bersaing atau saling menjatuhkan. Penginjil dan penatua, guru dan pelayan, semuanya dipanggil untuk melayani dalam semangat saling menghormati.

7. Tiga Pilar Utama dalam Eksposisi Reformed terhadap Efesus 5:21

a. Kristosentris

Semua penundukan bermuara pada Kristus. Jika Kristus bukan pusatnya, maka penundukan menjadi kosong atau malah menindas. Hal ini ditegaskan oleh Herman Bavinck dalam karya teologisnya, bahwa seluruh kehidupan Kristen adalah refleksi dari penyembahan kepada Kristus.

b. Relasional dan Komunal

Saling tunduk mengacu pada kehidupan komunal, bukan individualistis. Ini mencerminkan doktrin Reformed tentang gereja sebagai tubuh Kristus yang satu.

c. Berdasarkan Roh Kudus

Ketaatan dan penundukan bukan hasil dari kekuatan manusia, melainkan buah dari hidup yang dipenuhi oleh Roh Kudus (Ef.esus 5:18). Dalam komentarnya, Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa Roh Kudus tidak hanya memampukan kita untuk bernyanyi dan bersyukur (Efesus 5:19-20), tetapi juga memampukan kita untuk tunduk kepada sesama.

8. Kritik terhadap Pemahaman yang Salah

Beberapa pihak menafsirkan ayat ini sebagai pembenaran atas dominasi tertentu dalam gereja atau keluarga. Namun, teologi Reformed mengingatkan bahwa tunduk tidak pernah berarti mengorbankan keadilan atau kebenaran. Kristus sendiri menegur otoritas religius yang menyalahgunakan kekuasaan.

Penutup: Refleksi dan Tantangan

Efesus 5:21 bukan sekadar ajakan etis, melainkan perintah spiritual yang dalam. Di tengah budaya yang mementingkan keakuan, ayat ini memanggil gereja untuk hidup dalam kasih yang tunduk satu sama lain, berakar pada rasa takut yang kudus akan Kristus.

Refleksi:

  • Apakah saya tunduk kepada orang lain dalam kasih dan kerendahan hati?

  • Apakah relasi saya mencerminkan karakter Kristus yang berkorban?

Tantangan:

  • Belajar mengenakan karakter Kristus dalam setiap relasi.

  • Menolak budaya individualistis dan superioritas dalam kehidupan bergereja.

Next Post Previous Post