Aku Ini Miskin dan Papa: Mazmur 40:18
.jpg)
Pendahuluan
Frasa “I am poor and needy” atau dalam bahasa Indonesia “Aku ini miskin dan papa” muncul dalam beberapa bagian Alkitab, termasuk Mazmur 40:18 dan Mazmur 86:1. Ini adalah ungkapan yang tampaknya sederhana, namun mengandung pengakuan mendalam tentang kondisi manusia di hadapan Allah yang Mahakudus dan Mahakuasa.
Dalam Mazmur 40:18 (AYT) dikatakan:
“Aku ini miskin dan papa, tetapi Tuhan memikirkan aku. Engkaulah Penolongku dan Pembebasku, ya Allahku, janganlah menunda-nunda.”
Frasa ini mengandung teologi pengharapan dalam kerapuhan. Dalam pemahaman teologi Reformed, pernyataan ini menjadi kunci dalam memahami siapa kita sebagai manusia berdosa, dan siapa Allah sebagai Penolong dan Juruselamat.
Artikel ini akan mengupas makna frasa ini dari berbagai aspek teologi Reformed: natur manusia, anugerah Allah, doa dan pengharapan, serta pemahaman tentang Kristus sebagai kekuatan dalam kelemahan kita.
I. Konteks Alkitabiah: Seruan Daud yang Jujur
Mazmur 40 dan Mazmur 86 merupakan mazmur yang ditulis oleh Daud dalam masa penderitaan. Ia menghadapi musuh, ancaman, dan beban batin. Namun, alih-alih menyombongkan dirinya sebagai raja yang kuat, ia justru berkata:
“Aku ini miskin dan papa.”
1. Pengakuan yang Rendah Hati
Dalam budaya zaman sekarang, mengakui kelemahan dianggap sebagai kekalahan. Namun Daud menunjukkan bahwa kerendahan hati adalah awal dari pertolongan Allah.
Teologi Reformed menjelaskan bahwa pengakuan ini bukan hanya bentuk kerendahan hati psikologis, melainkan pengakuan spiritual yang sejati tentang kondisi manusia yang rusak dan tidak berdaya tanpa Allah.
II. Total Depravity: Doktrin Kerapuhan Manusia
1. Ajaran Reformed: Manusia Rusak Total
Dalam teologi Reformed, salah satu pilar penting adalah Total Depravity atau kerusakan total manusia akibat dosa. Ini berarti manusia dalam natur alaminya miskin secara rohani, tanpa daya untuk menyelamatkan diri sendiri.
John Calvin: Manusia sebagai “massa perditionis”
Calvin menulis bahwa manusia adalah “massa kehancuran” — tidak memiliki kebaikan yang mampu menyenangkan Allah, kecuali Allah sendiri bekerja dalam dirinya.
“Kita buta dalam pengertian, lemah dalam kekuatan, dan bengkok dalam kehendak.”
— John Calvin, Institutes of the Christian Religion
Pernyataan “I am poor and needy” adalah cermin dari realitas teologis ini, bukan sekadar emosi sementara.
III. Charles Spurgeon: Kelemahan sebagai Keindahan Injil
Spurgeon, sang “Pangeran Pengkhotbah”, sangat sering mengangkat Mazmur 40 dan 86 dalam kotbahnya. Ia menyebut ayat tersebut sebagai:
“Doa yang dilantunkan oleh jiwa-jiwa yang paling diberkati, karena Allah dekat dengan yang hancur hatinya.”
Bagi Spurgeon, mengakui kemiskinan rohani adalah kunci untuk mengalami kekayaan kasih karunia Allah.
IV. Doa Orang Miskin: Pintu Menuju Kasih Karunia
Dalam Mazmur 86:1 dikatakan:
“Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN, dan jawablah aku, sebab aku ini miskin dan papa.”
1. Allah Menjawab yang Lemah
Teologi Reformed sangat menekankan bahwa Allah berinisiatif terhadap yang tidak layak. Ketika orang miskin secara rohani berseru, Allah tidak hanya mendengar, tetapi juga bertindak sebagai Penolong dan Juruselamat.
R.C. Sproul: Allah Merendahkan Diri untuk Mengangkat Orang Lemah
“Allah tidak terpanggil oleh kekuatan manusia, tetapi oleh kelemahan yang berseru kepada-Nya.”
V. Kristus sebagai Jawaban atas Kerapuhan Kita
1. Inkarnasi: Allah Menjadi Miskin bagi Kita
Dalam 2 Korintus 8:9 dikatakan bahwa:
“...meskipun Ia kaya, demi kamu Ia menjadi miskin, supaya oleh karena kemiskinan-Nya kamu menjadi kaya.”
Ini adalah paradoks Injil. Kristus menjadi miskin secara lahiriah dan spiritual—menderita, ditolak, disalibkan—agar kita yang miskin dan papa rohani menerima kekayaan kasih karunia.
John Piper: Kasih Karunia dalam Kelemahan
“Saat kita mengaku miskin, kita mengakui kebutuhan akan salib. Di situlah kasih karunia melimpah.”
VI. Berjalan dalam Ketergantungan: Hidup dari Anugerah
1. Dari Pengakuan Menuju Ketekunan
Mengaku miskin dan papa bukanlah akhir, tapi permulaan dari hidup dalam ketergantungan penuh kepada Allah.
Martyn Lloyd-Jones: Hidup Kristen Adalah Hidup dari Kelemahan Menuju Kekuatan
“Semakin kita mengenal diri, semakin kita sadar akan kemiskinan kita. Tetapi justru dari sanalah kekuatan Kristus mengalir.”
VII. Relevansi Spiritual Zaman Ini
1. Budaya Mandiri vs. Injil yang Membebaskan
Dunia modern memuliakan kemandirian dan kekuatan diri. Namun Injil berkata:
“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.” (Matius 5:3)
Dalam terang Reformed, kekristenan bukan tentang memperkuat diri, tetapi tentang mengosongkan diri agar dipenuhi oleh Kristus.
VIII. Aplikasi Praktis untuk Hidup Sehari-hari
1. Dalam Doa: Datang sebagai Pengemis Rohani
Bukan kekuatan doa yang menjamin jawaban, melainkan kerendahan hati dari orang yang berdoa.
“Doa sejati adalah seruan dari jiwa yang tahu bahwa ia tidak punya apa-apa.” — Spurgeon
2. Dalam Pelayanan: Mengandalkan Kekuatan Tuhan
Seorang pelayan yang merasa dirinya cukup akan gagal. Tapi yang merasa tidak layak dan miskin, akan dipakai oleh Allah secara luar biasa.
3. Dalam Komunitas: Berbagi Kelemahan, Bukan Kepura-puraan
Gereja bukan tempat orang sempurna, tapi komunitas orang miskin rohani yang saling menguatkan dalam anugerah.
IX. Mengakhiri dengan Pengharapan
Mazmur 40:18 tidak hanya berkata, “Aku ini miskin dan papa,” tapi dilanjutkan dengan:
“Tetapi TUHAN memikirkan aku... Engkaulah Penolongku dan Pembebasku.”
1. Allah Tidak Melupakan Orang Lemah
Dalam teologi Reformed, janji Allah adalah berbasis pada karakter-Nya yang setia. Ketika kita berseru, Ia mendengar. Ketika kita tidak mampu, Ia menolong.
2. Pengakuan Diri Membawa kepada Kristus
Setiap “aku ini miskin dan papa” adalah tangga menuju kasih karunia. Itulah pintu masuk ke dalam Injil yang mengubah hidup.
Penutup
Frasa “I am poor and needy” bukan sekadar pengakuan kesusahan, tetapi pernyataan iman yang besar. Dalam terang teologi Reformed, ini adalah deklarasi yang membuka pintu bagi karya kasih karunia Allah. Yang lemah ditolong. Yang miskin diperkaya oleh Injil. Yang tidak layak diangkat oleh Allah.
“Tuhan dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” (Mazmur 34:19)