Allah Sang Penghancur: Nahum 2:13

“Lihatlah,” firman TUHAN semesta alam, “Aku akan menjadi lawanmu. Aku akan membakar keretamu menjadi asap, dan pedang akan memakan habis singa-singa mudamu. Aku akan melenyapkan mangsamu dari bumi, dan suara utusan-utusanmu tidak akan terdengar lagi.”— Nahum 2:13, AYT
Pendahuluan: Allah dalam Peran yang Tidak Populer
Ketika kita berbicara tentang Allah, seringkali yang muncul adalah gambar tentang kasih, belas kasihan, dan pengampunan. Namun Alkitab tidak segan menyatakan aspek lain dari pribadi Allah: keadilan-Nya yang membinasakan. Dalam Nahum 2:13, Allah memperkenalkan diri sebagai lawan, sebagai penghancur. Ini adalah tema yang tidak populer dalam khotbah modern, tetapi sangat penting dalam teologi Alkitab.
Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana teologi Reformed menanggapi ayat ini—melihat bagaimana keadilan Allah dinyatakan secara aktif terhadap bangsa yang jahat, serta bagaimana peran Allah sebagai penghancur sebenarnya memperkuat harapan bagi umat-Nya.
1. Latar Belakang Kitab Nahum
Kitab Nahum adalah nubuat terhadap Niniwe, ibu kota kerajaan Asyur. Asyur dikenal sangat kejam dan brutal, dan pada masa Yunus mereka bertobat sementara. Namun, satu abad kemudian, mereka kembali pada kekejaman mereka. Nahum menubuatkan kehancuran mereka oleh tangan Allah.
Teologi Reformed memandang sejarah sebagai panggung penegakan kekudusan dan keadilan Allah. Dalam konteks ini, penghukuman atas Niniwe bukan sekadar peristiwa politik, melainkan deklarasi moral dan teologis dari Allah yang kudus.
2. Teks dan Makna Nahum 2:13
“Aku akan menjadi lawanmu...”
Kata ini menggemakan kata-kata Allah kepada bangsa Babel dalam Yeremia dan kepada Tirus dalam Yehezkiel. Ini adalah bentuk penolakan ilahi yang total. Dalam teologi Reformed, ini disebut sebagai penghakiman retributif—di mana Allah memberikan kepada bangsa jahat ganjaran yang setimpal.
John Calvin, dalam komentarnya atas kitab nabi-nabi kecil, menulis:
“Allah menjadi musuh orang-orang yang menghancurkan umat-Nya. Penghukuman ini bukanlah emosi seketika, tetapi tindakan adil dari Sang Hakim semesta.”
3. Analisis Frasa demi Frasa: Eksposisi Mendalam
a. “Aku akan membakar keretamu menjadi asap...”
Ini adalah simbol kehancuran militer dan kekuatan duniawi. Dalam konteks Asyur, kereta perang adalah lambang keperkasaan nasional. Allah menghancurkan apa yang manusia anggap tidak tergoyahkan.
Martyn Lloyd-Jones mengingatkan:
“Ketika bangsa-bangsa membangun kekuatan tanpa takut akan Tuhan, kehancuran menjadi tak terelakkan.”
b. “Pedang akan memakan habis singa-singa mudamu...”
“Asyur” dikenal sebagai bangsa yang brutal seperti singa. Allah tidak hanya menghancurkan yang tua, tetapi juga generasi penerusnya.
Dalam konteks Reformed, ini menekankan bahwa dosa kolektif membawa konsekuensi lintas generasi, kecuali ada pertobatan sejati.
c. “Aku akan melenyapkan mangsamu dari bumi...”
Asyur mengumpulkan kekayaan dari perampasan. Allah mengatakan bahwa segala hasil ketidakadilan akan dihancurkan.
Herman Bavinck menulis:
“Allah yang adil tidak akan membiarkan kekayaan yang dibangun dari penindasan dan darah.”
d. “Suara utusan-utusanmu tidak akan terdengar lagi.”
Utusan kerajaan adalah simbol komunikasi, kontrol, dan kuasa diplomatik. Dalam ayat ini, Allah membungkam segala bentuk kuasa Asyur—bukan hanya militernya, tapi juga simbol kejayaannya.
4. Teologi Reformed dan Keadilan Allah
a. Keadilan Aktif
Dalam Reformed Theology, Allah tidak hanya "mengizinkan" kejahatan dihukum. Ia secara aktif menyatakan murka-Nya terhadap dosa. Ini bukan bertentangan dengan kasih, tetapi merupakan ekspresi kasih bagi umat-Nya yang tertindas.
Louis Berkhof, dalam Systematic Theology, menulis:
“Keadilan Allah adalah kesucian-Nya yang diberlakukan. Ia tidak akan membiarkan dosa tidak dihukum.”
b. Allah Tidak Netral terhadap Kejahatan
Allah menyatakan diri sebagai musuh Niniwe. Ini menegaskan bahwa Allah tidak pernah netral terhadap penindasan, ketidakadilan, dan kekejaman.
5. Relevansi Nahum 2:13 bagi Gereja Masa Kini
a. Peringatan bagi Bangsa dan Pemimpin yang Zalim
Pesan ini sangat relevan dalam konteks global masa kini, di mana kekuasaan sering disalahgunakan. Nahum 2:13 menegaskan bahwa tidak ada pemerintahan atau sistem yang terlalu besar untuk dihancurkan oleh Allah.
b. Penghiburan bagi Orang Benar
Sementara dunia melihat Allah sebagai penghancur, bagi umat-Nya, peran itu adalah penghiburan. Ketika keadilan tidak ditegakkan oleh manusia, Allah tetap bekerja.
R.C. Sproul menulis:
“Allah tidak akan membiarkan yang benar dianiaya untuk selamanya. Murka-Nya adalah bentuk pemeliharaan terhadap kebenaran.”
6. Apologetika dan Masalah Etika: Bagaimana Menjawab Dunia?
Beberapa orang merasa terganggu dengan konsep “Allah yang membinasakan.” Namun teologi Reformed mengajarkan bahwa kasih tanpa keadilan adalah permisif, dan keadilan tanpa kasih adalah kejam.
Allah yang menghancurkan bukanlah kejam, tetapi kudus dan adil, dan kemarahan-Nya adalah tanggapan terhadap dosa yang menindas, menghancurkan, dan mengingkari kemuliaan-Nya.
7. Kristus dan Penggenapan Keadilan
Dalam terang Perjanjian Baru, kita melihat bahwa keadilan Allah atas dosa sepenuhnya ditumpahkan di kayu salib.
“Dia yang tidak mengenal dosa dibuat-Nya menjadi dosa karena kita...” (2 Korintus 5:21)
Salib adalah tempat di mana Allah Sang Penghancur dan Allah Sang Penebus bertemu. Di sana, keadilan ditegakkan dan kasih dicurahkan.
8. Aplikasi Praktis bagi Umat Allah
1. Hidup dalam Takut akan Tuhan
Umat Allah harus terus hidup dalam kesadaran akan kekudusan dan keadilan-Nya. Bukan karena takut dihukum, tapi karena hormat kepada Allah yang membenci dosa.
2. Berharap pada Keadilan Ilahi
Saat keadilan tidak ditegakkan di dunia, kita menanti keadilan dari Tuhan yang tidak pernah lalai.
3. Mengabarkan Injil sebagai Jalan Keluar dari Murka Allah
Injil bukan hanya kabar baik tentang kasih Allah, tapi juga peringatan bahwa tanpa Kristus, kita berada di bawah murka Allah.
Kesimpulan: Allah yang Kudus Adalah Allah yang Membinasakan
Nahum 2:13 memperlihatkan wajah Allah yang sering kita abaikan: Allah Sang Penghancur. Dalam dunia yang terus memuliakan kekuatan manusia, Allah menyatakan bahwa Ia-lah yang berdaulat atas segala bangsa. Dalam terang teologi Reformed, penghukuman ini adalah:
-
Bukti kekudusan Allah
-
Pembelaan terhadap umat-Nya
-
Teguran terhadap bangsa yang menindas
-
Dan panggilan untuk hidup dalam pertobatan