Kehancuran Tidak Terelakkan: Nahum 3:15–17
Pendahuluan
Kitab Nahum adalah salah satu nubuat paling keras dalam Perjanjian Lama, yang fokus pada penghukuman Allah terhadap Niniwe, ibu kota Kekaisaran Asyur. Niniwe pernah bertobat pada masa Yunus, tetapi generasi berikutnya kembali ke dalam dosa: kekerasan, penindasan, kesombongan, dan penyembahan berhala. Nahum 3:15–17 menampilkan puncak nubuatan penghancuran itu, menggambarkan kehancuran total meski Asyur berusaha memperkuat diri.
Eksposisi Ayat per Ayat
Nahum 3:15: Api dan Pedang Tidak Terhindarkan
“Di sana, api akan melalapmu, pedang akan melahapmu, dan memakanmu seperti belalang pelahap.”
John Calvin menekankan bahwa ini adalah peringatan tentang kehancuran total. Tidak peduli seberapa besar kekuatan Niniwe, Allah sudah menetapkan hukuman. Api dan pedang melambangkan perang dan kehancuran, yang datang sebagai alat murka ilahi.
R.C. Sproul melihat bahwa ini menunjukkan keadilan Allah. Dia tidak membiarkan dosa tanpa hukuman. Bangsa yang selama ini menyiksa bangsa lain akan mengalami pembalikan keadaan: yang dulu menindas, kini akan ditindas.
“Perbesar jumlahmu seperti belalang pelahap, perbanyak dirimu seperti belalang pindahan.”
Kalimat ini bernada ironi. Meski mereka mencoba memperbesar kekuatan dan jumlah, itu tidak akan menyelamatkan mereka. Herman Bavinck mencatat bahwa inilah kelemahan manusia: mengandalkan jumlah, kekuatan ekonomi, atau militer, padahal semua itu rapuh di hadapan Allah.
Nahum 3:16: Pedagang dan Kekayaan yang Sia-sia
“Kamu memperbanyak pedagang-pedagangmu melebihi bintang-bintang di langit. Seperti belalang pelompat yang mengembangkan sayap, lalu terbang.”
Louis Berkhof menekankan bahwa di sini kita melihat fokus Niniwe pada kekayaan. Perdagangan berkembang pesat; para pedagang bagaikan bintang-bintang. Namun, mereka tidak stabil: seperti belalang yang tiba-tiba terbang pergi. Kekayaan yang dikumpulkan tanpa dasar takut akan Allah pada akhirnya menguap.
Martyn Lloyd-Jones menyoroti aspek materialisme ini. Bagi bangsa mana pun (termasuk zaman modern), kekayaan sering dianggap benteng pertahanan. Tetapi Allah mengingatkan, kekayaan tanpa kebenaran hanyalah pasir di kaki gunung.
Nahum 3:17: Pemimpin yang Tidak Dapat Diandalkan
“Para pembesarmu seperti belalang pindahan, dan para panglimamu seperti kawanan belalang, yang hinggap di tembok-tembok pada musim dingin. Akan tetapi, ketika matahari terbit, mereka lari menghilang dan tidak diketahui lagi tempatnya.”
John Calvin menjelaskan bahwa para pemimpin, yang seharusnya menjadi sandaran rakyat, justru menjadi pengecut. Begitu bahaya datang, mereka hilang. Ini adalah kritik tajam terhadap kepemimpinan yang hanya mencari keuntungan sendiri.
R.C. Sproul melihat bahwa ini juga adalah gambaran ketidaksetiaan. Pemimpin yang tidak berpaut pada Allah tidak bisa diandalkan ketika badai datang. Mereka akan seperti belalang yang hilang ketika matahari menyengat.
Makna Teologis dalam Perspektif Reformed
1. Allah Berdaulat atas Bangsa-Bangsa
Teologi Reformed menekankan kedaulatan Allah. Herman Bavinck mencatat bahwa sejarah bangsa-bangsa berada di tangan Allah. Niniwe, meskipun besar, tidak luput dari penghakiman. Ini juga berlaku bagi semua kekuatan dunia modern: Allah tetap memerintah, dan semua kerajaan manusia akan diuji oleh kebenaran-Nya.
2. Dosa Memiliki Konsekuensi Kolektif
Louis Berkhof menjelaskan bahwa dosa bukan hanya masalah individu, tetapi juga kolektif. Bangsa yang secara sistemik menindas, mengejar keuntungan tak adil, atau meninggalkan Allah, akan menuai akibatnya. Nahum menunjukkan bahwa kejahatan publik akan dihakimi secara publik.
3. Ironi Pengandalan Manusia
Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa manusia cenderung mencari keamanan dalam jumlah, kekayaan, atau kekuatan militer. Namun, ironi terbesar adalah bahwa semua itu justru menguap ketika tangan Allah bergerak. Ayat-ayat ini memanggil manusia untuk kembali bergantung kepada Allah, bukan kepada hal-hal fana.
Aplikasi bagi Gereja Masa Kini
1. Jangan Percaya pada Kekuatan Dunia
Banyak gereja modern merasa aman karena jumlah jemaat, gedung megah, atau dana melimpah. Nahum 3:15–17 mengingatkan bahwa kekuatan sejati tidak terletak pada semua itu, tetapi pada kesetiaan kepada Allah. Gereja yang kaya materi tetapi miskin iman tetap rentan di hadapan penghakiman Allah.
2. Waspada terhadap Pemimpin yang Tidak Setia
Pemimpin gereja haruslah orang yang mengandalkan Kristus, bukan yang hanya mengejar posisi atau keuntungan. Gereja harus mendoakan dan memilih pemimpin yang setia kepada Firman, bukan sekadar populer.
3. Membangun Kehidupan Rohani, Bukan Hanya Infrastruktur
Sering kali gereja sibuk membangun program, proyek, atau jaringan, tetapi lupa membangun kehidupan rohani umat. Nahum mengingatkan bahwa ketika badai datang, hanya yang berakar kuat pada Allah yang akan bertahan.
Relevansi untuk Dunia Modern
Meskipun nubuat ini ditujukan untuk Niniwe ribuan tahun lalu, pesannya tetap relevan:
✅ Bangsa-bangsa modern sering mengandalkan kekuatan ekonomi, teknologi, atau militer, tetapi mengabaikan keadilan dan kebenaran.
✅ Kepemimpinan politik dan sosial sering mengecewakan ketika krisis melanda.
✅ Materialisme dan kekayaan tanpa dasar takut akan Allah adalah bangunan pasir yang akan runtuh.
Gereja dipanggil untuk menjadi suara profetis yang mengingatkan dunia akan kenyataan ini, sambil tetap menawarkan kabar baik Injil sebagai satu-satunya jalan keselamatan.
Kesimpulan
Nahum 3:15–17 adalah seruan keras Allah kepada Niniwe — dan juga peringatan bagi kita hari ini. Tidak ada kekuatan, kekayaan, atau kepemimpinan manusia yang dapat menyelamatkan ketika Allah memutuskan untuk menghakimi. Hanya mereka yang bertobat, berbalik kepada Allah, dan hidup setia dalam kebenaran yang memiliki harapan sejati.
Dalam terang teologi Reformed, ayat-ayat ini menegaskan bahwa:
✅ Allah berdaulat atas sejarah dan bangsa-bangsa.
✅ Dosa publik membawa konsekuensi serius.
✅ Gereja dan umat-Nya dipanggil untuk membangun iman yang sejati, bukan hanya kekuatan lahiriah.
Marilah kita sebagai gereja masa kini mengambil pelajaran dari Niniwe: jangan terjebak dalam kesombongan, jangan mengandalkan kekuatan sendiri, dan jangan lalai dalam kesetiaan kepada Allah.