Pemilihan dan Anugerah Allah: Roma 9:6–7

Pendahuluan
Surat Paulus kepada jemaat di Roma adalah salah satu karya teologi terbesar dalam seluruh Perjanjian Baru. Salah satu bagian yang paling sering diperdebatkan adalah Roma pasal 9, di mana Paulus membahas pemilihan Allah dan rencana keselamatan-Nya bagi Israel.
Dalam Roma 9:6–7, Paulus memulai argumen penting:
Roma 9:6–7 (AYT) 6 Akan tetapi, bukan berarti firman Allah gagal. Sebab, tidak semua orang dari keturunan Israel adalah milik Israel,7 dan tidak semua keturunan Abraham adalah anak-anaknya, tetapi “yang disebut keturunanmu adalah yang berasal dari Ishak.”
Ayat-ayat ini membuka pintu menuju salah satu doktrin sentral teologi Reformed: pemilihan ilahi (divine election) dan siapa sebenarnya umat Allah. Dalam artikel ini, kita akan membahas eksposisi mendalam ayat-ayat ini, didukung oleh pemikiran dari tokoh-tokoh Reformed seperti John Calvin, Herman Bavinck, R.C. Sproul, Louis Berkhof, dan Martyn Lloyd-Jones.
Eksposisi Ayat per Ayat
Roma 9:6: Firman Allah Tidak Gagal
“Akan tetapi, bukan berarti firman Allah gagal. Sebab, tidak semua orang dari keturunan Israel adalah milik Israel.”
Di sini, Paulus merespons pertanyaan besar: jika Israel adalah umat pilihan Allah, mengapa banyak orang Yahudi menolak Kristus? Apakah janji Allah gagal?
John Calvin menekankan bahwa Paulus membela kemuliaan Allah. Calvin menulis, “Janganlah kita menilai janji-janji Allah berdasarkan hasil lahiriah. Allah tidak gagal hanya karena sebagian Israel tidak percaya.” Dengan kata lain, firman Allah tetap berlaku, tetapi kita harus memahami kepada siapa janji itu sebenarnya ditujukan.
Herman Bavinck dalam Reformed Dogmatics menambahkan bahwa janji Allah selalu memiliki dua sisi: janji lahiriah kepada bangsa Israel secara umum, dan janji batiniah kepada umat pilihan-Nya yang sejati. Tidak semua keturunan lahiriah adalah bagian dari umat yang dipilih.
Roma 9:7: Keturunan Abraham yang Sejati
“Dan tidak semua keturunan Abraham adalah anak-anaknya, tetapi ‘yang disebut keturunanmu adalah yang berasal dari Ishak.’”
Paulus mengutip Kejadian 21:12 untuk menunjukkan bahwa meskipun Ismael juga anak Abraham, janji Allah hanya diteruskan melalui Ishak. Louis Berkhof menjelaskan bahwa ini adalah pola pemilihan Allah: bukan semua keturunan fisik yang menjadi penerima janji, tetapi mereka yang dipilih menurut kehendak Allah.
R.C. Sproul menyoroti bahwa ini membongkar asumsi keyakinan diri etnis Yahudi. Banyak orang Yahudi pada zaman Paulus berpikir bahwa mereka secara otomatis adalah umat Allah hanya karena garis keturunan. Paulus menegaskan bahwa hubungan dengan Allah tidak didasarkan pada darah atau warisan, tetapi pada pemilihan Allah.
Makna Teologis dalam Perspektif Reformed
1. Pemilihan Ilahi (Divine Election)
Teologi Reformed menekankan doktrin pemilihan: Allah, dalam kasih dan kehendak-Nya, memilih sebagian orang untuk diselamatkan, bukan karena jasa atau keturunan mereka, tetapi karena anugerah semata. Herman Bavinck menyebut ini sebagai “pemilihan kasih” (loving election), di mana Allah bekerja tidak berdasarkan syarat manusia, melainkan rencana kekal-Nya.
John Calvin dalam komentarnya menulis, “Janji Allah tidak diberikan kepada semua keturunan Abraham secara indiscriminately (tanpa pembedaan), tetapi hanya kepada mereka yang ditentukan-Nya sejak semula.” Ini menunjukkan bahwa sejak awal, pemilihan selalu selektif dan berakar pada kehendak Allah.
2. Umat Allah Adalah Umat Rohani, Bukan Lahiriah
Louis Berkhof menjelaskan bahwa dalam Perjanjian Lama, umat Allah sering diidentikkan dengan bangsa Israel. Namun, Perjanjian Baru menegaskan bahwa umat Allah yang sejati adalah mereka yang memiliki iman kepada Kristus. Paulus menunjukkan bahwa bukan keturunan fisik, tetapi keturunan rohani yang penting.
Martyn Lloyd-Jones menambahkan, “Orang Kristen sejati adalah Israel sejati, bukan berdasarkan keturunan, tetapi berdasarkan iman. Ini adalah komunitas yang didefinisikan oleh kasih karunia, bukan oleh darah.”
3. Anugerah dan Bukan Usaha Manusia
R.C. Sproul menekankan bahwa pemilihan Allah meniadakan segala kebanggaan manusia. Tidak ada seorang pun yang bisa berkata, “Aku dipilih karena aku layak.” Semua adalah hasil kasih karunia. Ini adalah inti dari keselamatan Reformed: sola gratia — hanya oleh anugerah.
Aplikasi bagi Gereja Masa Kini
1. Gereja Sebagai Komunitas yang Dipanggil oleh Anugerah
Gereja tidak boleh melihat diri sebagai komunitas eksklusif berdasarkan identitas lahiriah (ras, budaya, tradisi). Gereja sejati adalah komunitas yang dipanggil dan dikumpulkan oleh anugerah Allah, berdasarkan iman kepada Kristus. Identitas kita terletak di dalam Dia, bukan di luar.
2. Tidak Bergantung pada Warisan atau Lahiriah
Banyak orang Kristen hari ini berpikir bahwa mereka selamat karena lahir dari keluarga Kristen, dibaptis sejak kecil, atau aktif di gereja. Namun, Roma 9:6–7 mengingatkan bahwa warisan lahiriah tidak menyelamatkan. Yang penting adalah hubungan pribadi dengan Kristus dan pemilihan Allah.
3. Menjaga Kerendahan Hati
Pemilihan Allah bukan alasan untuk sombong, tetapi untuk bersyukur. John Calvin menekankan bahwa pemahaman akan pemilihan harus membuat hati kita semakin rendah dan memuji kasih karunia Allah yang tak layak kita terima.
4. Memberitakan Injil kepada Semua Orang
Meskipun Allah memilih siapa yang diselamatkan, kita tetap dipanggil untuk memberitakan Injil kepada semua orang. R.C. Sproul menekankan bahwa pemilihan ilahi tidak meniadakan tanggung jawab misi. Justru, pemilihan Allah memberi kita jaminan bahwa pemberitaan Injil tidak akan sia-sia.
Tantangan bagi Gereja Reformed
1. Menjaga Kemurnian Doktrin Pemilihan
Doktrin pemilihan sering disalahpahami atau disalahajarkan. Beberapa gereja Reformed jatuh ke dalam fatalisme, seolah-olah tidak perlu lagi memberitakan Injil atau bertumbuh rohani. Herman Bavinck mengingatkan bahwa pemilihan harus mendorong iman, pengharapan, dan kasih, bukan pasivitas.
2. Menjauhi Eksklusivisme
Pemahaman bahwa hanya mereka yang dipilih yang diselamatkan tidak boleh membuat gereja menjadi eksklusif atau menghakimi siapa yang “masuk” atau “keluar.” Hanya Allah yang tahu siapa yang dipilih. Tugas gereja adalah memberitakan Injil dengan setia.
3. Memelihara Identitas Sebagai Umat Allah
Di dunia yang semakin pluralis, gereja dipanggil untuk memelihara identitasnya sebagai umat Allah. Namun, identitas itu harus selalu berakar pada anugerah, bukan pada kebanggaan etnis, tradisi, atau prestasi.
Kesimpulan
Roma 9:6–7 adalah pengingat teologis yang dalam:
✅ Firman Allah tidak gagal meskipun banyak orang Yahudi menolak Kristus.
✅ Umat Allah sejati bukan ditentukan oleh keturunan lahiriah, tetapi oleh pemilihan dan anugerah Allah.
✅ Pemilihan Allah adalah tindakan kasih yang membangkitkan syukur, bukan kesombongan.
✅ Gereja masa kini dipanggil untuk hidup sebagai komunitas anugerah, setia memberitakan Injil, dan rendah hati di hadapan Allah.
Seperti kata John Calvin, “Biarlah kita memuji kasih karunia Allah yang telah memanggil kita dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib, bukan karena kita lebih baik, tetapi karena Dia mengasihi kita terlebih dahulu.”