Taburan dan Tuaian: Galatia 6:6–10

Taburan dan Tuaian: Galatia 6:6–10

Pendahuluan

Surat Paulus kepada jemaat di Galatia adalah salah satu tulisan terpenting dalam Perjanjian Baru mengenai pembenaran oleh iman, kebebasan Kristen, dan kehidupan oleh Roh. Dalam Galatia 6:6–10, Paulus mengajarkan prinsip tabur-tuai, yaitu bahwa perbuatan manusia memiliki konsekuensi abadi. Ayat-ayat ini bukan hanya nasihat praktis, tetapi juga mengandung prinsip teologis yang mendalam tentang kehidupan iman, pemeliharaan gereja, dan kesetiaan dalam berbuat baik.

Eksposisi Ayat per Ayat

Galatia 6:6: Berbagi dengan Pengajar Firman

Paulus membuka bagian ini dengan prinsip sederhana: mereka yang diajar Firman harus mendukung mereka yang mengajar. Ini bukan sekadar soal materi, tetapi pengakuan atas pentingnya pelayanan Firman.

John Calvin menekankan bahwa mendukung pengajar Firman bukanlah pilihan opsional, tetapi kewajiban rohani. Gereja yang menghargai Firman akan secara aktif memelihara mereka yang dipanggil untuk mengajarkan Firman itu. Calvin berkata, “Jika kita menginginkan Firman Tuhan dipelihara di antara kita, kita harus memberi makan mereka yang diutus untuk memberikannya.”

Louis Berkhof menegaskan bahwa prinsip ini berkaitan dengan pengakuan akan otoritas Firman. Ketika jemaat mendukung pelayanan Firman, itu mencerminkan sikap hati mereka terhadap Allah sendiri.

Galatia 6:7: Prinsip Tabur-Tuai

Jangan tertipu. Allah tidak bisa dipermainkan karena orang akan menuai apa yang ia tabur.”

R.C. Sproul menulis bahwa ayat ini adalah pengingat bahwa Allah itu adil. Manusia cenderung mempermainkan anugerah, berpikir bahwa mereka bisa hidup seenaknya tanpa konsekuensi. Namun, Allah melihat hati, dan Dia tidak akan dipermainkan.

Dalam teologi Reformed, prinsip tabur-tuai bukanlah hukum karma, tetapi bagian dari hukum moral Allah. Herman Bavinck menjelaskan bahwa perbuatan manusia memiliki konsekuensi karena Allah menciptakan alam semesta dengan tatanan moral yang teratur. Jika kita menabur dosa, kita akan menuai kehancuran; jika kita menabur kebenaran, kita akan menuai kehidupan.

Galatia 6:8: Menabur dalam Daging atau Roh

Orang yang menabur dari nafsu kedagingan akan menuai kebusukan dari kedagingannya. Akan tetapi, orang yang menabur dari Roh akan menuai hidup yang kekal dari Roh.”

Martyn Lloyd-Jones menyebut ayat ini sebagai salah satu pengajaran terkuat tentang perbedaan antara hidup dalam daging dan hidup dalam Roh. Menabur dalam daging berarti hidup untuk memuaskan keinginan dosa. Akibatnya adalah kebusukan, kehancuran, kematian rohani. Sebaliknya, menabur dalam Roh berarti hidup sesuai tuntunan Roh Kudus, menghasilkan buah Roh, dan akhirnya memperoleh hidup kekal.

Teologi Reformed menekankan bahwa ini bukan soal usaha manusia semata. Louis Berkhof menekankan bahwa Roh Kuduslah yang memampukan kita untuk menabur dalam Roh. Peran manusia adalah menaati dan berjalan dalam pimpinan Roh, bukan bergantung pada kekuatan sendiri.

Galatia 6:9: Jangan Lelah Berbuat Baik

Jangan kita menjadi lelah berbuat baik. Jika musimnya tiba, kita akan menuai asalkan kita tidak menyerah.”

John Calvin melihat ini sebagai penguatan untuk gereja yang sering merasa putus asa ketika tidak segera melihat hasil dari kebaikan mereka. Calvin menulis, “Allah punya waktu-Nya sendiri untuk memberi hasil. Jangan terburu-buru menuntut hasil, tetapi tetaplah setia.”

R.C. Sproul menekankan bahwa ayat ini mengajarkan kita tentang kesabaran iman. Dalam dunia yang serba cepat, kita sering frustrasi ketika kebaikan tidak segera dihargai atau dibalas. Namun, Paulus mengingatkan bahwa panen rohani sering membutuhkan waktu, dan Allah tidak pernah lupa akan pekerjaan umat-Nya.

Galatia 6:10: Berbuat Baik kepada Semua Orang

Karena itu, jika kita mendapat kesempatan, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, khususnya kepada keluarga dalam iman.”

Ayat ini menegaskan bahwa panggilan berbuat baik bukan hanya kepada sesama orang percaya, tetapi juga kepada semua orang. Herman Bavinck menekankan bahwa kebaikan adalah salah satu tanda khas kehidupan Kristen. Namun, ada prioritas rohani: keluarga iman mendapat perhatian khusus, bukan karena favoritisme, tetapi karena tanggung jawab persekutuan rohani.

John Calvin mengingatkan bahwa kebaikan bukan hanya teori, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata, terutama dalam kehidupan gereja.

Makna Teologis dalam Perspektif Reformed

1. Kedaulatan Allah dalam Tabur-Tuai

Teologi Reformed menekankan bahwa Allah berdaulat penuh atas hasil dari segala sesuatu, termasuk tabur-tuai rohani. Namun, ini tidak menghilangkan tanggung jawab manusia. Herman Bavinck menulis bahwa misteri antara kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia adalah bagian dari kebesaran rencana keselamatan-Nya.

2. Roh Kudus sebagai Sumber Kuasa

Dalam prinsip tabur dalam Roh, teologi Reformed mengajarkan bahwa Roh Kudus bukan hanya memberikan dorongan, tetapi juga kuasa nyata untuk menaklukkan kedagingan. Louis Berkhof menulis, “Tanpa Roh, tidak ada buah kekal. Semua usaha manusia hanyalah jerih payah yang sia-sia jika tidak diberkati oleh Roh.”

3. Kesetiaan dan Ketekunan sebagai Tanda Pemilihan

Martyn Lloyd-Jones menekankan bahwa orang pilihan akan ditandai dengan ketekunan dalam kebaikan, bukan sebagai syarat keselamatan, tetapi sebagai bukti karya anugerah di dalam mereka. Kesetiaan adalah salah satu tanda paling nyata dari pekerjaan Roh Kudus.

Aplikasi bagi Gereja Masa Kini

1. Menghargai dan Mendukung Pengajar Firman

Gereja harus aktif mendukung pendeta, pengkhotbah, guru Alkitab, dan semua pelayan Firman. Ini bukan hanya soal gaji atau materi, tetapi juga penghargaan, dukungan doa, dan kerja sama. Gereja yang memelihara pengajarnya sedang memelihara kehidupan rohaninya sendiri.

2. Memperhatikan Kehidupan Rohani Pribadi

Setiap orang Kristen harus memeriksa: apakah saya menabur dalam daging atau dalam Roh? Hidup Kristen bukan soal identitas lahiriah, tetapi tentang arah hati. Apakah kita lebih sibuk memuaskan keinginan duniawi, ataukah kita aktif memupuk pertumbuhan rohani?

3. Tetap Setia dalam Berbuat Baik

Gereja harus menguatkan anggotanya untuk tidak putus asa dalam berbuat baik, meskipun hasilnya tidak selalu langsung terlihat. Kebaikan kecil sehari-hari, kesabaran, pelayanan diam-diam, semua itu berarti di mata Allah.

4. Melayani Dunia dan Keluarga Iman

Kita dipanggil untuk menjadi terang dunia, berbuat baik kepada semua orang, sambil tetap memprioritaskan keluarga iman. Gereja yang kuat di dalam akan memiliki daya kesaksian yang kuat ke luar.

Kesimpulan

Galatia 6:6–10 mengajarkan prinsip rohani mendalam: apa yang kita tabur akan kita tuai. Namun, teologi Reformed mengingatkan bahwa semua ini hanya mungkin oleh kuasa Roh Kudus. Kita dipanggil untuk setia mendukung pelayanan Firman, menabur dalam Roh, sabar dalam berbuat baik, dan melayani baik di dalam maupun di luar komunitas iman.

Di dunia yang cepat, instan, dan sibuk, ayat-ayat ini memanggil kita untuk hidup dengan perspektif kekekalan: menabur untuk kehidupan yang kekal, bukan hanya untuk kepuasan sementara.

Next Post Previous Post