The Glory of His Father’s House
.jpg)
Pendahuluan
Dalam pemahaman iman Kristen, frasa “The Glory of His Father’s House” memuat kedalaman makna yang tak ternilai. Bagi para teolog Reformed, kemuliaan rumah Bapa bukan sekadar konsep surgawi abstrak, melainkan realitas teologis yang mengakar dalam karya penebusan Kristus, janji perjanjian Allah, dan penggenapan eskatologis dalam Kristus. Artikel ini akan menggali topik ini dari perspektif Reformed klasik dengan mengacu pada beberapa tokoh seperti John Calvin, Jonathan Edwards, Herman Bavinck, dan R.C. Sproul.
I. Konsep Rumah Bapa dalam Narasi Alkitabiah
Frasa “Father’s house” pertama-tama muncul dalam konteks Perjanjian Lama dan kemudian diperjelas dalam pengajaran Yesus. Dalam Yohanes 14:2, Yesus berkata:
"Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu." (Yohanes 14:2 AYT)
A. Rumah Bapa sebagai Simbol Persekutuan
Menurut John Calvin, rumah Bapa dalam Yohanes 14 bukan sekadar tempat fisik di surga, tetapi lambang dari persekutuan kekal antara Allah dan umat-Nya. Calvin menekankan bahwa tempat ini adalah "keadaan jiwa yang dipulihkan, di mana manusia menikmati kehadiran Allah secara penuh tanpa perantara dosa."
Herman Bavinck, dalam Reformed Dogmatics, menegaskan bahwa rumah Bapa menunjukkan keutuhan relasi yang dipulihkan antara Pencipta dan ciptaan. Ini bukan tentang "tempat", melainkan "status relasional".
II. Kemuliaan Rumah Bapa: Dimensi Kemuliaan Allah
A. Kemuliaan sebagai Kehadiran Allah
Dalam teologi Reformed, "kemuliaan" (doxa dalam bahasa Yunani) berkaitan erat dengan kehadiran dan penyataan Allah yang kudus. Dalam rumah Bapa, kemuliaan Allah menjadi nyata secara sempurna dan tak terhalang oleh dosa.
Jonathan Edwards, dalam khotbah terkenalnya Heaven, a World of Love, menyatakan bahwa surga adalah dunia di mana kasih Allah dinyatakan dalam kemuliaan-Nya secara sempurna, dan umat tebusan akan memandang dan menikmati kasih itu selama-lamanya.
B. Kristus sebagai Penyataan Kemuliaan Bapa
R.C. Sproul menulis dalam The Holiness of God, bahwa Kristus adalah inkarnasi dari kemuliaan Bapa. Maka ketika Yesus berkata, "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa" (Yoh. 14:9), Dia menegaskan bahwa kemuliaan rumah Bapa tidak mungkin terlepas dari kehadiran dan karya-Nya.
III. Kemuliaan Rumah Bapa dalam Perjanjian
A. Dimensi Perjanjian Abrahamik dan Daudik
Dalam kerangka perjanjian, rumah Bapa menyiratkan kesinambungan dari janji-janji Allah kepada Abraham dan Daud. Dalam 2 Samuel 7:13, Allah menjanjikan bahwa keturunan Daud akan membangun rumah bagi Nama-Nya, dan takhta-Nya akan kokoh untuk selama-lamanya.
Herman Ridderbos menghubungkan ini dengan Kristus sebagai Mesias yang mendirikan rumah rohani Allah melalui Gereja dan Kerajaan-Nya. Dengan demikian, rumah Bapa bukan hanya surgawi, tapi juga realitas rohani yang dimulai di bumi.
B. Penggenapan dalam Kristus
Geerhardus Vos, dalam karya eskatologisnya, menekankan bahwa rumah Bapa dimaknai dalam dua tahap: sekarang dan yang akan datang. Kristus sebagai Imam Besar memasuki tempat kudus surgawi (Ibrani 9:24), menandai dimulainya masa kehadiran surgawi yang kita nanti secara penuh.
IV. Rumah Bapa dalam Perspektif Eskatologi Reformed
A. Surga Bukan Pelarian, Tetapi Tujuan
Pandangan Reformed melihat surga bukan sebagai pelarian dari dunia, tetapi sebagai puncak dari ciptaan yang diperbarui. Kemuliaan rumah Bapa adalah bagian dari narasi penciptaan-kejatuhan-penebusan-pemulihan.
Anthony Hoekema, dalam The Bible and the Future, menyebut bahwa surga yang kita tuju adalah bumi yang diperbarui, di mana rumah Bapa menjadi realitas yang dilihat dan dirasakan dalam kehidupan bersama Allah dan umat-Nya.
B. Kota Kudus: Yerusalem Baru
Dalam Wahyu 21:2-3, kita melihat gambaran rumah Bapa dalam bentuk Yerusalem Baru:
“Lihatlah, Kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan tinggal bersama-sama dengan mereka.”
Bagi Meredith Kline, ini adalah manifestasi puncak dari rumah Bapa di mana Allah tinggal bersama umat-Nya secara kekal.
V. Kehidupan Kristen sebagai Persiapan Menuju Rumah Bapa
A. Ziarah Rohani
John Bunyan dalam The Pilgrim’s Progress, meskipun bukan tokoh teolog sistematik, menggambarkan hidup Kristen sebagai perjalanan menuju rumah Bapa, yaitu “The Celestial City”. Ini mencerminkan pandangan Reformed bahwa kita adalah para musafir yang rindu akan tempat kediaman kekal bersama Allah.
John Owen menekankan bahwa persekutuan dengan Kristus saat ini adalah “pendahuluan surgawi”—cicipan dari rumah Bapa yang akan datang.
B. Pemuridan dan Kekudusan
Dalam pandangan Reformed, hidup dalam kekudusan bukan untuk mendapatkan rumah Bapa, tetapi sebagai bukti bahwa kita sedang menuju ke sana. Sanctification adalah proses ziarah yang disertai oleh Roh Kudus.
VI. Kemuliaan Rumah Bapa dan Identitas Anak Allah
A. Adopsi dalam Kristus
Dalam Galatia 4:6-7, Paulus menegaskan bahwa kita telah menerima roh adopsi yang membuat kita berseru, “Abba, Bapa!” Hal ini mengikat kita bukan hanya kepada pribadi Allah, tetapi juga kepada warisan rohani, yaitu rumah Bapa sebagai milik kita.
J.I. Packer, meskipun tidak selalu diklasifikasikan sebagai Reformed klasik, dalam Knowing God menyatakan bahwa adopsi adalah puncak dari keselamatan—bukan hanya dibenarkan, tetapi diterima sebagai anak dalam rumah Bapa.
B. Warisan dan Kemuliaan
Dalam Roma 8:17, kita disebut “ahli waris bersama dengan Kristus”. Bagi para teolog Reformed, ini berarti bahwa kemuliaan rumah Bapa adalah milik warisan yang sah bagi setiap orang percaya.
VII. Kemuliaan Rumah Bapa dan Misi Allah
A. Panggilan Universal
Kemuliaan rumah Bapa bukan hanya untuk satu bangsa atau satu golongan, tetapi bagi semua bangsa (Wahyu 7:9). Misi Allah (Missio Dei) adalah membawa orang-orang dari segala suku dan bahasa ke dalam rumah Bapa.
Christopher Wright, yang memiliki pengaruh besar dalam pemikiran misi Reformed, menyatakan bahwa seluruh Kitab Suci adalah kisah tentang bagaimana Allah membangun rumah-Nya, diisi oleh umat-Nya dari seluruh dunia.
B. Gereja sebagai Rumah Bapa di Dunia
Menurut Calvin, gereja adalah “ibu dari semua orang percaya” dan representasi rumah Bapa di dunia. Liturgi, pengajaran Firman, dan sakramen adalah cara Allah menyatakan kemuliaan rumah-Nya sebelum penggenapan akhir.
VIII. Kemuliaan Rumah Bapa dalam Doa dan Ibadah
A. Doa: Komunikasi Anak dan Bapa
Dalam Matius 6:9, Yesus mengajarkan doa dengan kata-kata: “Bapa kami yang di sorga…” Ini bukan hanya model doa, tapi pengenalan relasional. Dalam setiap doa, kita menghadap Bapa di rumah-Nya.
B. Ibadah: Tindakan Eskatologis
Edmund Clowney menekankan bahwa setiap tindakan ibadah Kristen adalah prelude bagi ibadah kekal di rumah Bapa. Dalam setiap pujian, kita mencicipi sedikit dari liturgi surga.
Kesimpulan: Hidup dalam Pengharapan dan Kemuliaan
The Glory of His Father's House bukan sekadar tema puitis, tetapi inti dari pengharapan Kristen Reformed. Ini adalah rumah yang dibangun oleh kasih karunia, disediakan oleh pengorbanan Kristus, dan dijanjikan kepada setiap anak-anak Allah yang percaya.
Melalui pemahaman ini, kita dipanggil bukan hanya untuk mengarahkan mata kepada surga, tetapi juga untuk membawa bayangan rumah Bapa dalam dunia saat ini—melalui kasih, penginjilan, pengharapan, dan kehidupan dalam kekudusan.