1 Tesalonika 5:6–8 Waspada dan Sadar di Dalam Terang Kristus

1 Tesalonika 5:6–8 Waspada dan Sadar di Dalam Terang Kristus

Pendahuluan: Panggilan untuk Hidup dalam Kesadaran Rohani

Kehidupan Kristen bukanlah perjalanan yang pasif, melainkan panggilan untuk berjaga, sadar, dan teguh dalam iman. Rasul Paulus dalam 1 Tesalonika 5:6–8 menulis:

“Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. Karena mereka yang tidur, tidur waktu malam, dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam. Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang, baiklah kita sadar, dengan mengenakan baju zirah iman dan kasih, dan ketopong pengharapan keselamatan.” (1 Tesalonika 5:6–8)

Ayat-ayat ini merupakan bagian dari seruan Paulus tentang hari Tuhan—hari kedatangan Kristus yang kedua. Paulus menasihati jemaat Tesalonika untuk hidup sebagai anak-anak terang, bukan anak-anak malam (ay. 5). Tema ini sangat relevan bagi setiap orang percaya di zaman ini: bagaimana kita menantikan kedatangan Kristus dengan kehidupan yang penuh kewaspadaan, kesadaran, dan iman sejati.

Dalam terang teologi Reformed, teks ini menunjukkan tiga realitas penting:

  1. Identitas baru orang percaya — kita adalah anak-anak terang.

  2. Panggilan etis dari Injil — kita harus berjaga dan sadar.

  3. Perlengkapan rohani untuk peperangan iman — iman, kasih, dan pengharapan.

I. Konteks dan Latar Belakang Surat Tesalonika

Surat 1 Tesalonika ditulis oleh Paulus kepada jemaat muda di Tesalonika yang sedang menghadapi penganiayaan dan kebingungan teologis tentang kedatangan Kristus. Dalam pasal 5, Paulus menegaskan bahwa hari Tuhan akan datang seperti pencuri pada malam hari (ay. 2), artinya secara tiba-tiba dan tak terduga. Oleh karena itu, orang Kristen harus hidup dalam kesiapsiagaan rohani.

John Calvin dalam Commentaries on the Epistles to the Thessalonians menulis bahwa Paulus menggunakan kontras antara terang dan kegelapan untuk menunjukkan perbedaan antara orang percaya dan dunia. Dunia hidup dalam kelalaian, tetapi anak-anak terang dipanggil untuk waspada, karena mereka telah disinari oleh terang Injil.

Paulus tidak berbicara tentang kesiapsiagaan yang didorong oleh ketakutan, tetapi tentang kesiapan yang lahir dari kasih dan iman yang teguh kepada Kristus. Seperti prajurit yang berjaga pada malam hari, demikian pula orang percaya harus berjaga di dunia yang gelap oleh dosa.

II. “Jangan Tidur seperti Orang-Orang Lain” — Bahaya Kelalaian Rohani

Paulus memulai dengan perintah negatif: “Jangan kita tidur seperti orang-orang lain.” Tidur di sini bukan berarti istirahat fisik, melainkan kiasan untuk kelalaian rohani, keacuhan terhadap hal-hal rohani, dan hidup tanpa kesadaran akan kekekalan.

Dalam pandangan Reformed, manusia yang belum dilahirkan kembali berada dalam keadaan tidur rohani karena dosa telah membutakan hati mereka terhadap kebenaran Allah (Efesus 2:1–3). Mereka hidup tanpa arah, tanpa kesadaran akan kedatangan Kristus.

Charles Hodge menulis bahwa tidur menggambarkan “ketidakpekaan terhadap realitas rohani dan rasa puas diri yang palsu.” Orang yang tidur tidak menyadari bahaya di sekitarnya. Demikian pula, dunia hidup dalam ilusi bahwa segala sesuatu berjalan baik, padahal murka Allah sedang menantikan mereka yang tidak bertobat.

Orang percaya tidak boleh hidup seperti itu. Kebangunan rohani sejati bukanlah emosi sementara, tetapi kesadaran yang mendalam akan kehadiran Kristus setiap hari. Jonathan Edwards menyebut keadaan sadar ini sebagai “sense of divine things”—suatu kepekaan rohani terhadap hadirat Allah dalam segala hal.

III. “Berjaga-jaga dan Sadar” — Hidup dalam Kesiapsiagaan dan Penguasaan Diri

Paulus melanjutkan: “tetapi berjaga-jaga dan sadar.” Dua kata ini memiliki makna penting.

  1. Berjaga-jaga (gregorein) — berarti tetap terbangun, waspada, dan tidak tertidur secara rohani. Ini menunjuk pada perhatian yang terus-menerus terhadap hal-hal Allah.

  2. Sadar (nepho) — berarti hidup dalam keadaan tenang, tidak mabuk, tidak dikuasai oleh hawa nafsu dunia, tetapi memiliki penguasaan diri.

Matthew Henry menafsirkan bahwa berjaga berarti “menantikan Tuhan dengan mata terbuka,” sedangkan sadar berarti “hidup dengan pikiran yang terkendali oleh kasih karunia, bukan oleh keinginan dunia.”

Teologi Reformed menekankan bahwa kesadaran dan kewaspadaan ini adalah buah dari pekerjaan Roh Kudus. Roh Kudus membangunkan hati kita dari kelalaian, membuka mata iman, dan menanamkan kerinduan untuk menyenangkan Kristus. Tanpa karya Roh, manusia akan terus tertidur di dalam dosa.

Bagi orang percaya, berjaga bukan berarti meninggalkan dunia, tetapi hidup di dalam dunia dengan kesadaran bahwa dunia ini bukan rumah kita yang sejati. Seperti dikatakan Spurgeon, “Berjaga berarti menantikan Kristus dengan hati yang bekerja dan tangan yang melayani.”

IV. “Mereka yang Mabuk, Mabuk Waktu Malam” — Kontras dengan Dunia

1 Tesalonika 5:7 menegaskan kontras itu: “Mereka yang tidur, tidur waktu malam, dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam.” Dunia digambarkan sebagai orang yang tertidur atau mabuk pada malam hari — hidup tanpa kesadaran dan kendali rohani.

“Mabuk” di sini melambangkan pikiran yang dikaburkan oleh dosa dan kesenangan dunia. Seperti orang mabuk kehilangan arah, demikian pula dunia kehilangan kemampuan menilai yang benar dan salah.

John Owen menjelaskan bahwa dosa bekerja seperti racun yang membuat manusia kehilangan kesadaran akan Allah. Ia menulis dalam The Mortification of Sin: “Dosa adalah musuh yang menidurkan hati, membuatnya tak peka terhadap panggilan Tuhan.” Oleh karena itu, orang Kristen harus menjauhi segala bentuk mabuk rohani—baik kesombongan, cinta uang, maupun pencarian kenikmatan dunia.

Berbeda dengan dunia, anak-anak terang hidup dalam kesadaran bahwa segala hal fana. Kita tidak mabuk oleh ambisi duniawi, karena kita menantikan kota yang kekal (Ibrani 13:14).

V. “Kita yang Adalah Orang-Orang Siang” — Identitas Baru dalam Kristus

1 Tesalonika 5:8 menegaskan identitas: “Tetapi kita, yang adalah orang-orang siang.”
Ungkapan ini menunjukkan transformasi total yang terjadi melalui Injil. Kita dulu hidup dalam kegelapan, tetapi sekarang kita telah menjadi terang di dalam Tuhan (Efesus 5:8).

Calvin menulis bahwa “menjadi anak terang berarti hidup di bawah pemerintahan Kristus yang adalah Terang dunia.” Identitas ini bukan hasil usaha manusia, melainkan anugerah yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam kelahiran baru.

Karena itu, panggilan untuk berjaga dan sadar bukanlah beban moral, tetapi konsekuensi dari siapa kita di dalam Kristus. Seorang prajurit siang tidak akan tidur di medan perang, karena ia tahu musuh sedang mengintai. Demikian pula, orang Kristen sadar bahwa dunia ini adalah medan rohani, dan iblis terus berusaha menipu mereka yang tidak berjaga.

VI. “Kenakanlah Baju Zirah Iman dan Kasih, dan Ketopong Pengharapan Keselamatan”

Paulus menutup perikop ini dengan gambaran perlengkapan rohani, mirip dengan Efesus 6. Namun di sini, Paulus menyoroti tiga kebajikan teologis utama: iman, kasih, dan pengharapan.

  1. Baju zirah iman dan kasih — melindungi hati.
    Iman menjaga kita dari keputusasaan, sementara kasih melindungi dari kebencian. Iman menatap kepada Kristus, dan kasih menyalurkan kuasa Injil kepada sesama.
    Menurut Thomas Watson, “Iman dan kasih seperti dua sisi baju zirah: satu melindungi dari panah ketakutan, yang lain dari pedang kebencian.”

  2. Ketopong pengharapan keselamatan — melindungi pikiran.
    Pengharapan meneguhkan pikiran di tengah penderitaan. Orang yang tidak memiliki pengharapan mudah menyerah, tetapi mereka yang memiliki pengharapan keselamatan akan tetap tenang dalam badai.
    Spurgeon berkata, “Ketopong pengharapan menjaga pikiran kita dari serangan putus asa yang diluncurkan iblis.”

Tiga kebajikan ini — iman, kasih, dan pengharapan — bukanlah hasil dari tekad manusia, melainkan buah Roh Kudus (1 Korintus 13:13). Mereka saling terkait: iman memunculkan kasih, dan kasih memelihara pengharapan.

VII. Perspektif Reformed tentang Kewaspadaan Eskatologis

Dalam teologi Reformed, konsep “berjaga” memiliki dimensi eskatologis (tentang akhir zaman) dan etis (tentang kehidupan kudus).

  • Secara eskatologis, orang percaya menantikan kedatangan Kristus dengan penuh harapan, bukan ketakutan.
    Calvin menulis, “Kita tidak menunggu Kristus sebagai hakim yang menakutkan, tetapi sebagai Penebus yang penuh kasih.”
    Pandangan ini menenangkan hati orang percaya di tengah dunia yang tidak pasti.

  • Secara etis, berjaga berarti hidup dalam kesadaran akan kekudusan Allah.
    Thomas Boston menyatakan bahwa “berjaga bukan berarti mengamati tanda-tanda langit, melainkan memelihara hati agar tetap bersih di hadapan Allah.”

Dengan demikian, kewaspadaan Kristen bukanlah spekulasi tentang tanggal kedatangan Tuhan, melainkan komitmen hidup kudus setiap hari.

VIII. Aplikasi Praktis: Bagaimana Hidup Berjaga dan Sadar

  1. Peliharalah hubungan pribadi dengan Kristus melalui doa dan firman.
    Doa adalah bentuk kewaspadaan rohani. Tanpa doa, hati mudah tertidur. Yesus berkata: “Berjaga-jagalah dan berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” (Matius 26:41).

  2. Latihlah penguasaan diri.
    Dunia yang dipenuhi kenikmatan membuat banyak orang kehilangan arah. Orang Kristen dipanggil untuk hidup sederhana dan menolak hawa nafsu yang menidurkan roh.

  3. Kenakan setiap hari baju zirah iman, kasih, dan pengharapan.
    Artinya, jadikan Injil pusat hidupmu. Percaya kepada janji Allah, hidupi kasih kepada sesama, dan pegang pengharapan kekal.

  4. Hiduplah dalam terang.
    Jangan kompromi dengan dosa. Anak-anak siang harus menolak kegelapan. Calvin menulis: “Kita tidak dapat berjalan dalam terang jika kita masih mencintai kegelapan yang sama.”

  5. Nantikan Kristus dengan sukacita, bukan ketakutan.
    Berjaga bukan berarti cemas, tetapi penuh sukacita dalam penantian. Orang yang hidup dalam kasih karunia tidak takut pada kedatangan Tuhan, karena ia tahu siapa yang datang adalah Juru Selamatnya.

IX. Penutup: Berjaga dalam Terang, Berharap dalam Kristus

1 Tesalonika 5:6–8 meneguhkan identitas dan tanggung jawab orang percaya. Kita bukan lagi anak kegelapan, tetapi anak terang. Dunia mungkin tertidur dalam dosa, tetapi orang Kristen dipanggil untuk sadar, berjaga, dan hidup dalam kekudusan.

Surga adalah tujuan kita, tetapi perjalanan ke sana menuntut kesetiaan dan kewaspadaan. Setiap hari adalah kesempatan untuk mengenakan baju zirah iman, kasih, dan pengharapan, hingga hari ketika kita melihat Kristus muka dengan muka.

Sebagaimana dikatakan Jonathan Edwards:

“Surga dimulai di bumi ketika hati orang percaya terjaga dalam kasih kepada Allah dan kesadaran akan hadirat-Nya.”

Kiranya Roh Kudus membangunkan kita dari kelalaian, menjaga kita dari mabuk dunia, dan menuntun kita untuk berjaga sampai fajar kekekalan tiba — ketika Terang sejati bersinar tanpa akhir.

Next Post Previous Post