Pelayan Kristus dan Penatalayan Jemaat-Nya

Pelayan Kristus dan Penatalayan Jemaat-Nya

Pendahuluan

Gereja Kristus adalah tubuh yang hidup dan teratur. Allah bukanlah Allah kekacauan, melainkan Allah ketertiban (1 Korintus 14:33). Oleh sebab itu, sejak gereja mula-mula, Allah menata kepemimpinan gereja melalui para pelayan yang dipanggil secara ilahi: penatua (elder) dan diaken (deacon). Mereka disebut dalam teologi Reformed sebagai church officers—para pejabat gereja yang ditetapkan bukan untuk menguasai, melainkan untuk melayani.

Tema ini penting karena dalam dunia modern, banyak gereja kehilangan pandangan Alkitabiah tentang kepemimpinan rohani. Sebagian menekankan struktur organisasi yang mirip perusahaan; sebagian lain menolak struktur sama sekali dan mengandalkan spontanitas. Padahal, gereja sejati berdiri di atas dasar Firman Allah dan dipimpin oleh Kristus melalui para pelayan yang ditetapkan-Nya.

Eksposisi Alkitabiah tentang “Church Officers”

1. Kristus: Kepala Gereja dan Sumber Otoritas (Efesus 1:22–23; Kolose 1:18)

“Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada.” (Efesus 1:22)

Segala otoritas dalam gereja berasal dari Kristus. Ia adalah Kepala tubuh, dan semua pelayan gereja berfungsi di bawah otoritas-Nya.

John Calvin menulis:

“Kristus adalah Kepala Gereja, maka siapa pun yang memegang jabatan dalam gereja tidak boleh bertindak seolah-olah memiliki kekuasaan sendiri, tetapi sebagai wakil yang tunduk kepada Kristus.”
(Institutes of the Christian Religion, IV.3.1)

Dengan demikian, otoritas gereja bukan bersumber dari manusia atau lembaga, melainkan dari Kristus yang memerintah melalui Firman dan Roh-Nya. Pejabat gereja hanya merupakan alat, bukan penguasa mutlak.

2. Dua Jenis Pejabat Gereja dalam Perjanjian Baru

Dalam teologi Reformed, jabatan gereja dibagi menjadi dua kategori utama: penatua (elders) dan diaken (deacons).

a. Penatua (Elders): Penggembala dan Pengajar

Dasarnya terdapat dalam 1 Timotius 3:1–7 dan Titus 1:5–9. Paulus berkata:

“Benarlah perkataan ini: ‘Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah.’” (1 Timotius 3:1)

Penatua disebut juga episkopos (penilik) atau presbuteros (tua-tua). Mereka adalah penggembala rohani yang bertugas:

  1. Mengajar dan menafsirkan Firman Allah dengan benar (1 Timotius 5:17).

  2. Mengawasi kehidupan rohani jemaat.

  3. Menjaga kemurnian ajaran dan ibadah.

John Stott menjelaskan:

“Tugas utama penatua bukan memerintah dengan otoritas duniawi, tetapi menggembalakan dengan kasih, membimbing umat Allah kepada ketaatan pada Firman.”
(Stott, The Message of 1 Timothy).

Gereja yang sehat membutuhkan penatua yang bukan hanya cakap secara teologis, tetapi juga saleh dan penuh kasih. Mereka menjadi teladan dalam perkataan, iman, dan kesucian (1 Timotius 4:12).

b. Diaken (Deacons): Pelayan Kebutuhan Jemaat

Dasarnya terdapat dalam Kisah Para Rasul 6:1–6, ketika para rasul menetapkan tujuh orang untuk melayani kebutuhan praktis jemaat agar para rasul dapat memusatkan diri pada doa dan pelayanan Firman.

“Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang yang terkenal baik, penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu.” (Kis. 6:3)

John Owen, teolog Puritan, berkata:

“Diaken adalah tangan belas kasihan Kristus di tengah gereja. Melalui mereka, kasih Kristus dinyatakan dalam tindakan nyata.”
(Owen, The True Nature of a Gospel Church).

Mereka melayani bukan hanya dalam aspek materi, tetapi juga dalam menunjukkan belas kasihan Injil kepada mereka yang menderita.

3. Kualifikasi Moral dan Rohani Pejabat Gereja

Paulus dengan tegas menetapkan standar tinggi bagi para pelayan gereja dalam 1 Timotius 3 dan Titus 1.

Beberapa syarat utama meliputi:

  • Tak bercacat dalam perilaku.

  • Setia kepada pasangan dan keluarga.

  • Tidak serakah atau peminum.

  • Bijaksana, lemah lembut, dan teruji dalam iman.

Herman Bavinck menulis:

“Gereja yang memelihara jabatan yang kudus tanpa kekudusan hidup dari para pelayannya adalah tubuh tanpa jiwa.”
(Bavinck, Reformed Dogmatics, Vol. 4).

Artinya, jabatan gereja bukan sekadar posisi, tetapi panggilan kudus. Tuhan memanggil orang yang rela menyerahkan diri bagi kemuliaan-Nya dan kebaikan umat-Nya.

4. Fungsi dan Tanggung Jawab dalam Tubuh Kristus (Efesus 4:11–13)

“Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan...”

Teks ini menegaskan bahwa jabatan gereja diberikan oleh Kristus sendiri untuk membangun tubuh-Nya.

Louis Berkhof menjelaskan:

“Jabatan gereja bukanlah hasil konsensus manusia, melainkan pemberian Kristus yang berfungsi sebagai sarana anugerah bagi pertumbuhan rohani umat.”
(Berkhof, Systematic Theology).

Dengan kata lain, jabatan gereja adalah saluran kasih karunia yang memelihara, mengajar, dan mengarahkan umat menuju kedewasaan rohani.

5. Pemerintahan Gereja dalam Pola Reformed

Dalam tradisi Reformed, gereja dipimpin oleh Majelis Penatua (Session) di bawah otoritas Firman. Struktur ini menolak sistem hirarkis (seperti episkopal) dan sistem independen (seperti kongregasional).

John Calvin menulis bahwa:

“Gereja dipelihara dengan baik bila memiliki pemerintahan yang ditetapkan oleh Kristus, di mana penatua memimpin dalam kasih dan disiplin, sementara diaken melayani dalam kasih.”
(Institutes, IV.4.2).

Prinsip penting pemerintahan gereja Reformed adalah pluralitas dan kesetaraan para penatua. Tidak ada satu orang yang memegang kuasa tunggal, sebab Kristuslah satu-satunya Kepala.

6. Disiplin Gereja: Tanda Kasih dan Kekudusan

Salah satu tugas penting pejabat gereja adalah menegakkan disiplin rohani. Dalam Matius 18:15–17, Yesus mengajarkan prinsip teguran dan pemulihan.

Disiplin gereja bukan bertujuan menghukum, tetapi memulihkan.

R.C. Sproul berkata:

“Disiplin gereja bukanlah kekerasan, tetapi kasih yang berani menegur demi keselamatan jiwa.”
(Sproul, Essential Truths of the Christian Faith).

Ketika pejabat gereja melaksanakan disiplin dengan benar, gereja dipelihara dalam kekudusan, dan nama Kristus dimuliakan.

7. Jabatan Gereja Sebagai Karunia Anugerah

Semua jabatan gereja adalah karunia kasih karunia. Tidak seorang pun layak secara alami.

1 Korintus 4:1–2 berkata:

“Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.”

Seorang pelayan gereja adalah steward (penatalayan), bukan pemilik. Ia mengelola milik Kristus dengan kesetiaan.

Charles Hodge menulis:

“Setiap pejabat gereja adalah hamba Kristus, bukan penguasa manusia. Tugasnya adalah melayani, bukan mencari kehormatan.”
(Hodge, Commentary on 1 Corinthians).

Makna Teologis Menurut Teologi Reformed

1. Gereja Sebagai Tubuh Kristus yang Teratur

Dalam pandangan Reformed, gereja bukan sekadar kumpulan individu yang beriman, tetapi tubuh yang memiliki struktur rohani. Struktur itu mencerminkan keteraturan dan kehendak Allah.

Abraham Kuyper menjelaskan:

“Di dalam gereja, jabatan bukan sekadar fungsi sosial, tetapi manifestasi kerajaan Kristus di bumi.”
(Kuyper, The Church and Social Problem).

Artinya, kepemimpinan gereja adalah cerminan pemerintahan Kristus yang kudus dan penuh kasih.

2. Prinsip Kedaulatan Kristus dan Sola Scriptura

Pejabat gereja tidak boleh bertindak di luar Firman Allah. Semua keputusan, ajaran, dan tindakan harus ditimbang berdasarkan Kitab Suci.

Dalam teologi Reformed, jabatan gereja tunduk kepada prinsip sola Scriptura. Jika gereja melampaui Firman, ia telah kehilangan otoritas rohaninya.

John Calvin menegaskan:

“Ketika gereja bertindak tanpa dasar Firman, ia tidak lagi menjadi gereja Kristus, melainkan persekutuan manusia.”
(Institutes, IV.8.12).

3. Kesetaraan Semua Orang Percaya, tetapi Perbedaan Fungsi

Reformed menegaskan the priesthood of all believers (Imamat semua orang percaya), tetapi tanpa meniadakan jabatan rohani. Semua orang percaya memiliki akses langsung kepada Allah, tetapi Kristus menetapkan fungsi yang berbeda untuk melayani tubuh-Nya.

Bavinck berkata:

“Kesetaraan dalam martabat tidak meniadakan perbedaan dalam pelayanan. Justru melalui keberagaman fungsi, tubuh Kristus tumbuh dalam kesatuan.”
(Reformed Dogmatics, Vol. 4).

4. Pelayanan Gereja: Dari Kristus, Melalui Hamba, untuk Umat

Semua pelayanan gereja berasal dari Kristus, dijalankan oleh hamba-hamba-Nya, dan ditujukan bagi umat Allah. Pola ini menunjukkan hubungan organik antara Kepala dan tubuh.

John Murray menulis:

“Pelayanan gereja bukanlah aktivitas manusia yang diarahkan kepada Allah, tetapi karya Allah yang mengalir kepada umat-Nya melalui alat yang ditetapkan.”
(Murray, Collected Writings, Vol. 1).

Dengan demikian, jabatan gereja adalah ekspresi nyata dari kasih Kristus kepada gereja-Nya.

Aplikasi Praktis bagi Gereja Masa Kini

1. Pemilihan Pejabat Gereja yang Berdasarkan Firman

Gereja harus memilih penatua dan diaken berdasarkan karakter rohani, bukan popularitas atau kemampuan duniawi.

Pemilihan pejabat yang salah dapat menghancurkan kesaksian Injil. Karena itu, setiap jemaat harus berdoa agar Tuhan menuntun gereja memilih hamba yang setia.

2. Pelayanan Sebagai Pengorbanan, Bukan Kedudukan

Pejabat gereja dipanggil untuk melayani dengan kerendahan hati. Yesus berkata:

“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.” (Markus 10:43)

Kepemimpinan Kristen adalah salib, bukan mahkota. Itu berarti menyerahkan diri bagi kemuliaan Allah dan kesejahteraan jemaat.

3. Umat Tuhan Didorong untuk Taat dan Mendukung Pelayan Gereja

Ibrani 13:17 berkata:

“Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu...”

Gereja yang sehat adalah gereja di mana umat menghormati dan mendukung para pelayannya dengan doa, kasih, dan kerjasama.

4. Penatua dan Diaken Harus Bekerja Bersama

Keduanya melengkapi satu sama lain. Penatua menjaga aspek rohani dan pengajaran, sedangkan diaken memelihara aspek pelayanan kasih. Ketika keduanya bekerja dalam kesatuan, gereja bertumbuh secara seimbang.

Kesimpulan: Gereja yang Hidup di Bawah Kepemimpinan Kristus

“Church Officers” bukan konsep organisasi, tetapi ekspresi teologis dari kasih Kristus kepada gereja. Ia memelihara tubuh-Nya melalui para pelayan yang dipanggil untuk menggembalakan, mengajar, menegur, dan melayani dalam kasih.

Ketika pejabat gereja menjalankan tugasnya dengan setia, gereja menjadi terang di dunia. Namun, ketika jabatan disalahgunakan untuk kepentingan diri, gereja kehilangan kemuliaannya.

Paulus berkata:

“Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai pelayan Kristus dan sebagai pengurus rahasia Allah.” (1 Korintus 4:1)

Kiranya setiap pejabat gereja, penatua, dan diaken hidup dalam kesetiaan kepada Kristus, dan setiap jemaat menghormati mereka sebagai alat kasih karunia Allah.

“Tuhan Yesus, Kepala Gereja, peliharalah tubuh-Mu melalui hamba-hamba-Mu. Jadikan gereja-Mu kudus, setia, dan berbuah bagi kemuliaan-Mu.”

Soli Deo Gloria.

Next Post Previous Post