Kisah Rahab dan Kedaulatan Anugerah Allah

Kisah Rahab dan Kedaulatan Anugerah Allah

Pendahuluan

Kisah Rahab adalah salah satu bagian Alkitab yang paling menakjubkan karena menyingkapkan kuasa anugerah Allah yang bekerja dalam kehidupan seorang berdosa. Dalam Yosua 2, kita membaca tentang seorang perempuan Kanaan yang dikenal sebagai seorang pelacur, namun justru menjadi alat di tangan Tuhan untuk melindungi para pengintai Israel dan akhirnya menjadi bagian dari garis keturunan Mesias (Matius 1:5).

Rahab adalah gambaran yang indah tentang iman yang sejati—iman yang menyelamatkan. Ia percaya kepada Allah Israel sebelum melihat janji itu tergenapi. Kisahnya mengajarkan tentang bagaimana anugerah Allah mampu menjangkau siapa pun, bahkan mereka yang tampaknya paling jauh dari keselamatan.

Dalam artikel ini, kita akan melihat eksposisi ayat-ayat terkait kisah Rahab, memahami pandangan beberapa teolog Reformed, dan menarik aplikasi rohani untuk kehidupan orang percaya masa kini.

I. Latar Belakang Kisah Rahab (Yosua 2:1-7)

Yosua mengutus dua orang pengintai dari Sitim untuk mengintai tanah Kanaan, khususnya kota Yerikho. Mereka datang ke rumah seorang perempuan bernama Rahab, yang disebut sebagai “seorang perempuan sundal.” Namun, Tuhan telah menyiapkan hati Rahab untuk menerima mereka.

Rahab menyembunyikan para pengintai itu dari raja Yerikho dan kemudian menolong mereka melarikan diri dengan aman. Tindakan ini adalah bukti iman yang bekerja melalui perbuatan.

John Calvin dalam komentarnya tentang Yosua 2 mengatakan:

“Rahab, meskipun hidup dalam kegelapan kafir dan kebejatan moral, menunjukkan tanda-tanda regenerasi rohani karena ia mempercayakan hidupnya pada janji Allah.”

Dengan kata lain, iman Rahab tidak lahir dari moralitas manusiawi, tetapi dari karya anugerah ilahi yang mengubah hatinya untuk percaya dan taat.

II. Pengakuan Iman Rahab (Yosua 2:8-11)

Dalam Yosua 2:9-11, Rahab membuat pernyataan iman yang luar biasa:

“Aku tahu bahwa TUHAN telah memberikan negeri ini kepada kamu… sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah.”

Pengakuan ini adalah inti dari iman sejati—pengakuan terhadap kedaulatan Allah. Rahab tidak sekadar mengetahui kisah tentang Allah Israel; ia mempercayai-Nya secara pribadi.

Matthew Henry menulis:

“Rahab menunjukkan bahwa iman yang sejati tidak membutuhkan bukti-bukti empiris. Ia percaya pada Allah yang belum ia lihat, namun yang ia ketahui melalui pekerjaan-Nya di antara bangsa-bangsa.”

Iman Rahab adalah iman yang berakar pada pewahyuan Allah, bukan pada pengalaman atau pengamatan manusia. Ia percaya bahwa Allah Israel adalah satu-satunya Allah yang benar.

III. Iman yang Berbuah Tindakan (Yosua 2:12-21)

Iman sejati selalu menghasilkan tindakan. Rahab tidak hanya percaya dalam hati, tetapi bertindak dalam ketaatan. Ia menyembunyikan para pengintai, membuat tali tanda keselamatan, dan menantikan penggenapan janji keselamatan itu.

Dalam Ibrani 11:31, penulis menegaskan:

“Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik.”

John Owen menafsirkan bagian ini dengan mengatakan:

“Iman Rahab adalah contoh bagaimana anugerah Allah menembus hati yang telah rusak dan membangkitkan ketaatan yang lahir dari kepercayaan penuh kepada janji Allah.”

Rahab tidak diselamatkan karena perbuatannya, tetapi perbuatannya menjadi bukti dari iman yang sejati. Iman dan tindakan Rahab saling melengkapi seperti dua sisi dari koin yang sama.

IV. Rahab dan Keselamatan oleh Anugerah (Efesus 2:8-9)

Kisah Rahab menegaskan kebenaran teologi Reformed bahwa keselamatan adalah hasil dari anugerah Allah semata. Ia tidak layak menerima kasih karunia itu—seorang perempuan berdosa dari bangsa kafir—namun Allah memilihnya dalam kedaulatan-Nya.

Charles H. Spurgeon berkata:

“Rahab adalah trofi dari kasih karunia ilahi. Ia membuktikan bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar untuk diampuni, tidak ada kehidupan yang terlalu rusak untuk dipulihkan oleh kasih karunia.”

Anugerah Allah selalu mendahului iman manusia. Allah yang bekerja terlebih dahulu di hati Rahab, membuka matanya untuk melihat kebenaran dan menggerakkannya untuk bertindak.

Ini adalah inti dari doktrin sola gratia—hanya oleh anugerah kita diselamatkan, bukan karena perbuatan, melainkan karena belas kasihan Allah yang berdaulat.

V. Rahab dalam Rencana Penebusan Allah (Matius 1:5)

Salah satu hal paling menakjubkan dalam kisah Rahab adalah bahwa ia menjadi nenek moyang dari Yesus Kristus sendiri. Dalam silsilah di Matius 1:5, kita membaca:

“Salmon memperanakkan Boas dari Rahab…”

Rahab, yang dulunya hidup dalam dosa, kini menjadi bagian dari garis keturunan Mesias. Hal ini menggambarkan bahwa Allah bukan hanya menebus seseorang dari dosa, tetapi juga mengangkatnya menjadi alat bagi tujuan kekal-Nya.

R. C. Sproul menulis:

“Rahab bukan sekadar simbol anugerah yang menyelamatkan, tetapi juga gambaran tentang bagaimana Allah mengundang orang berdosa untuk mengambil bagian dalam pekerjaan penebusan yang besar.”

Allah tidak hanya mengampuni Rahab, tetapi juga menempatkannya dalam rencana ilahi untuk membawa keselamatan ke dunia melalui Kristus.

VI. Implikasi Teologis Kisah Rahab

  1. Anugerah Allah tidak terbatas pada batas etnis atau moralitas manusia.
    Rahab, seorang kafir dan pelacur, menjadi bukti nyata bahwa keselamatan bukan hak eksklusif bangsa atau golongan tertentu.

  2. Iman sejati selalu berbuah dalam tindakan nyata.
    Rahab tidak berhenti pada pengakuan iman, tetapi melangkah dalam ketaatan meskipun berisiko tinggi.

  3. Allah memuliakan diri-Nya melalui alat yang lemah.
    Dalam pandangan manusia, Rahab adalah orang yang hina. Namun, Allah memilih hal yang lemah untuk mempermalukan yang kuat (1 Korintus 1:27).

  4. Kisah Rahab menunjukkan inti dari Injil.
    Dalam Rahab, kita melihat cerminan kasih karunia yang akan digenapi dalam Kristus. Ia menjadi gambaran awal dari keselamatan yang diterima oleh iman, bukan oleh hukum Taurat.

VII. Refleksi Rohani: Iman yang Hidup di Tengah Dunia yang Binasa

Kisah Rahab mengajarkan kita bagaimana tetap percaya kepada Allah di tengah dunia yang menolak kebenaran-Nya. Yerikho adalah lambang dunia yang melawan Allah, sementara Rahab adalah simbol umat pilihan yang diselamatkan dari kebinasaan.

Seperti Rahab, orang percaya hari ini hidup di tengah “Yerikho rohani” yang akan dihancurkan. Namun, kita memiliki tali keselamatan—yaitu darah Kristus—yang menandai rumah dan hati kita agar tidak binasa.

Iman Rahab bukan iman yang pasif, tetapi iman yang aktif, berani, dan berpengharapan. Ia percaya kepada janji Allah bahkan sebelum melihat dinding Yerikho runtuh.

John Piper menulis:

“Iman yang sejati adalah percaya pada Allah yang berjanji, bahkan ketika semua keadaan tampak bertentangan. Rahab mengajarkan kita bahwa percaya berarti bertindak berdasarkan janji itu.”

VIII. Aplikasi Praktis bagi Gereja Masa Kini

  1. Gereja harus menjadi tempat bagi mereka yang dianggap tidak layak.
    Allah memanggil Rahab dari kehidupan yang berdosa menjadi bagian dari umat-Nya. Gereja harus meniru hati Kristus yang penuh belas kasihan terhadap pendosa.

  2. Iman harus diwujudkan dalam tindakan nyata.
    Seperti Rahab, kita dipanggil untuk menunjukkan iman kita melalui ketaatan dan pelayanan kasih.

  3. Percayalah kepada kedaulatan Allah dalam setiap keadaan.
    Rahab hidup di tengah bahaya, namun ia mempercayakan hidupnya sepenuhnya kepada Allah. Begitu juga kita harus menyerahkan hidup dalam iman, karena Allah berkuasa atas segala sesuatu.

  4. Jangan pandang rendah pekerjaan Allah dalam hidup orang lain.
    Banyak orang mungkin memandang Rahab dengan hina, tetapi Allah melihatnya sebagai alat pilihan. Setiap orang yang diubahkan oleh anugerah-Nya layak dihormati sebagai karya Allah.

IX. Kesimpulan

Kisah Rahab adalah kisah Injil yang hidup dalam Perjanjian Lama. Ia menggambarkan bahwa tidak ada seorang pun yang terlalu berdosa untuk diselamatkan oleh kasih karunia Allah.

Melalui imannya, Rahab diselamatkan dari kebinasaan dan dijadikan bagian dari rencana penebusan Allah. Ia menjadi contoh iman yang sejati—iman yang percaya, bertindak, dan menantikan janji Allah.

Bagi kita hari ini, kisah Rahab menjadi panggilan untuk mempercayai Allah sepenuhnya, mengandalkan anugerah-Nya, dan hidup dalam ketaatan iman.

Seperti Rahab yang menandai rumahnya dengan tali merah, kita pun ditandai oleh darah Kristus yang menjadi jaminan keselamatan kekal.

“Sebab oleh kasih karunia kamu diselamatkan melalui iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.” (Efesus 2:8)

Next Post Previous Post