Yesaya 26:12 Segala Pekerjaan Kami Kau Kerjakan bagi Kami
.jpg)
Pendahuluan
Yesaya 26:12 berkata:
“Ya TUHAN, Engkau akan mengadakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah juga yang mengerjakannya bagi kami.”
Ayat ini adalah satu dari banyak pernyataan iman yang kuat dari umat Allah di tengah penderitaan. Dalam konteks nubuat Yesaya, bangsa Yehuda sedang menghadapi tekanan besar, baik secara politik maupun rohani. Namun di tengah situasi itu, nabi menyatakan suatu kebenaran yang mendalam tentang kedaulatan Allah dan anugerah-Nya dalam kehidupan umat-Nya.
Yesaya menegaskan dua hal pokok:
-
Allah adalah sumber damai sejahtera sejati.
-
Segala keberhasilan dan ketaatan umat bukanlah hasil usaha manusia, melainkan pekerjaan Allah sendiri di dalam mereka.
Artikel ini akan mengupas Yesaya 26:12 secara ekspositori berdasarkan teks, konteks, dan penafsiran para teolog Reformed seperti John Calvin, Matthew Henry, Charles Spurgeon, dan R.C. Sproul.
1. Konteks Yesaya 26: Lagu Iman di Tengah Penderitaan
Yesaya pasal 26 merupakan bagian dari “Nyanyian tentang Kemenangan di Tanah Yehuda.” Nyanyian ini adalah ekspresi iman dari umat Allah yang menantikan pemulihan dan keselamatan yang dijanjikan Tuhan.
Yesaya 26 dimulai dengan kata-kata penuh pengharapan:
“Pada waktu itu nyanyian ini akan dinyanyikan di tanah Yehuda: Kita mempunyai kota yang kuat; tembok dan bentengnya ialah keselamatan.” (Yesaya 26:1)
Namun di tengah pujian itu, umat mengakui bahwa semua kemenangan, damai, dan keselamatan yang mereka alami berasal dari Allah semata.
John Calvin menjelaskan dalam Commentary on Isaiah:
“Yesaya mengajarkan umat untuk mengakui bahwa semua berkat—termasuk kedamaian, kesejahteraan, dan keberhasilan mereka—tidak berasal dari usaha sendiri, tetapi semata dari anugerah Allah.”
Dengan demikian, Yesaya 26:12 adalah pengakuan iman yang penuh kerendahan hati, bahwa segala sesuatu yang baik dalam hidup orang percaya adalah hasil karya Allah, bukan hasil kekuatan manusia.
2. Eksposisi Frasa demi Frasa Yesaya 26:12
a. “Ya TUHAN, Engkau akan mengadakan damai sejahtera bagi kami”
Kata “damai sejahtera” diterjemahkan dari istilah Ibrani shalom, yang memiliki makna sangat kaya. Shalom bukan sekadar ketiadaan konflik, tetapi meliputi kesejahteraan, kelengkapan, keamanan, dan keutuhan hidup di bawah berkat Allah.
Matthew Henry menulis dalam komentarnya:
“Damai sejahtera umat Allah bukan hasil usaha manusia untuk menciptakan ketenangan, tetapi pemberian Allah yang setia menjaga umat-Nya. Semua kebaikan yang kita miliki adalah hasil dari tangan-Nya yang bekerja.”
Damai yang dimaksud Yesaya adalah hasil karya Allah yang menyeluruh:
-
Damai dengan Allah (rekonsiliasi melalui pengampunan dosa),
-
Damai dalam hati (ketenangan batin di tengah kesulitan),
-
Damai dalam kehidupan sosial (hidup harmonis di bawah hukum Allah).
Ini adalah shalom yang hanya Allah dapat berikan.
Yesus Kristus mengonfirmasi hal ini dalam Yohanes 14:27:
“Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu; damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu; dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia.”
Charles Spurgeon berkata:
“Tidak ada damai sejati tanpa Tuhan. Kedamaian palsu yang diberikan dunia hanya menenangkan permukaan, tetapi Allah menenangkan hati.”
Artinya, damai sejati tidak tergantung pada keadaan eksternal, tetapi pada kehadiran Allah di tengah hidup kita.
b. “Sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah juga yang mengerjakannya bagi kami”
Bagian kedua ini mengandung makna teologis yang sangat dalam. Di sini Yesaya mengajarkan doktrin anugerah yang bekerja di dalam manusia (gratia operans) — yaitu bahwa Allah bukan hanya memerintahkan, tetapi juga memberi kemampuan dan kemauan untuk menaati.
John Calvin menulis:
“Semua kebaikan yang dilakukan manusia berasal dari karya Allah di dalam dirinya. Manusia tidak dapat berbuat baik kecuali Allah terlebih dahulu mengerjakan kemauan dan tindakan itu di dalamnya.”
Hal ini sejalan dengan Filipi 2:13:
“Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.”
Dengan demikian, ayat ini bukan hanya tentang damai eksternal, tetapi juga tentang pekerjaan internal Allah dalam hati umat-Nya.
R.C. Sproul menjelaskan:
“Anugerah bukan hanya memberi kita peluang untuk berbuat baik, tetapi juga memberi kuasa untuk melakukannya. Jika Allah tidak bekerja dalam diri kita, tidak ada kebaikan sejati yang akan keluar.”
Yesaya menunjukkan bahwa manusia tidak dapat mengklaim keberhasilan moral atau rohani sebagai hasil usaha sendiri. Bahkan tindakan iman, ketaatan, dan pelayanan adalah buah dari karya Allah yang aktif di dalam hati.
Spurgeon menegaskan prinsip ini dalam khotbahnya “All Our Work Done in Us”:
“Jika ada kebaikan di dalam kita, itu bukan karena kita melakukannya, tetapi karena Tuhan yang mengerjakannya. Jika ada iman, kasih, atau kesetiaan, itu adalah karya-Nya, bukan jasa kita.”
3. Makna Teologis: Allah Bekerja untuk dan di Dalam Umat-Nya
a. Allah sebagai Pencipta Damai
Kata kerja “Engkau akan mengadakan” menunjukkan tindakan aktif Allah. Ia bukan hanya sumber damai, tetapi juga pelaku utama yang membuat damai itu nyata dalam kehidupan umat-Nya.
Dalam teologi Reformed, hal ini disebut Deus Operans — Allah yang bekerja secara aktif dalam sejarah dan dalam diri orang percaya.
Calvin menulis:
“Umat harus belajar bahwa bahkan dalam keadaan tenang, tangan Tuhanlah yang membuat damai itu bertahan. Tanpa Dia, kedamaian akan segera hilang.”
Artinya, setiap ketenangan dan stabilitas hidup adalah hasil pemeliharaan Allah yang berdaulat.
b. Allah sebagai Penggerak Ketaatan
Ayat ini juga menegaskan bahwa Allah tidak hanya bekerja di luar diri manusia, tetapi juga di dalamnya. Ia yang memberi kehendak dan kemampuan untuk hidup kudus.
Thomas Boston menulis:
“Segala kebaikan dalam hati manusia adalah benih yang Allah taburkan. Jika Ia tidak memeliharanya, benih itu akan mati.”
Oleh sebab itu, manusia tidak dapat memegahkan diri atas kesalehannya. Semua ketaatan sejati adalah hasil karya Roh Kudus.
Paulus menjelaskan hal yang sama dalam 1 Korintus 15:10:
“Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia-Nya yang dianugerahkan kepadaku tidak sia-sia.”
Dalam terang Yesaya 26:12, setiap keberhasilan rohani adalah kesaksian tentang anugerah yang bekerja, bukan prestasi pribadi.
c. Allah Mengerjakan Damai Melalui Kristus
Secara kristologis, Yesaya 26:12 menunjuk kepada Yesus Kristus, Sang “Raja Damai” (Yesaya 9:6).
Kristuslah yang mengadakan perdamaian antara manusia dan Allah melalui darah salib-Nya. Kolose 1:20 berkata:
“Dan oleh Dialah Allah memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.”
Melalui karya Kristus, kita bukan hanya menerima damai sebagai status, tetapi juga sebagai keadaan hati yang baru. Roh Kudus bekerja di dalam kita untuk menghasilkan buah damai itu.
Spurgeon berkata:
“Kristus bukan hanya mendamaikan kita dengan Allah, tetapi juga menanamkan damai itu di hati kita.”
Jadi, ayat ini memiliki makna soteriologis yang mendalam: segala sesuatu yang kita miliki dalam keselamatan—baik iman, pertobatan, maupun kekudusan—adalah hasil karya Allah melalui Kristus dan Roh Kudus.
4. Implikasi Praktis bagi Hidup Orang Percaya
a. Hidup dalam Ketergantungan pada Allah
Karena Allah yang mengerjakan segala sesuatu, maka umat percaya harus hidup dalam sikap ketergantungan penuh. Kita berdoa bukan untuk memaksa Allah bekerja, tetapi untuk menyatakan kebergantungan kita pada-Nya.
Setiap hari kita dapat berkata seperti pemazmur:
“Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mu berilah kemuliaan.” (Mazmur 115:1)
Calvin berkata:
“Ketika manusia sadar bahwa semua keberhasilan berasal dari Allah, ia tidak lagi mencari kemuliaan bagi dirinya sendiri.”
b. Hidup dalam Kerendahan Hati dan Syukur
Kesadaran bahwa Allah yang mengerjakan segala sesuatu akan menumbuhkan kerendahan hati yang sejati. Tidak ada ruang untuk kesombongan rohani atau kebanggaan pelayanan.
Paulus menulis:
“Apakah yang engkau punyai yang tidak engkau terima? Dan jika engkau telah menerimanya, mengapakah engkau memegahkan diri seolah-olah engkau tidak menerimanya?” (1 Korintus 4:7)
Setiap keberhasilan pribadi atau gereja harus diikuti dengan ucapan syukur dan pengakuan bahwa semuanya berasal dari Allah.
c. Hidup dalam Keyakinan dan Penghiburan
Yesaya 26:12 juga memberikan penghiburan mendalam: karena Allah yang memulai dan menyelesaikan pekerjaan baik dalam diri kita, kita tidak perlu takut gagal.
Filipi 1:6 menegaskan:
“Dia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu akan meneruskannya sampai pada akhirnya.”
R.C. Sproul menjelaskan:
“Anugerah Allah bukan hanya awal dari keselamatan, tetapi juga kekuatannya untuk bertahan sampai akhir.”
Artinya, bahkan dalam kelemahan, kita boleh yakin bahwa tangan Allah tetap bekerja.
d. Hidup dalam Damai yang Aktif
Damai yang Allah berikan bukan berarti hidup tanpa perjuangan, tetapi kemampuan untuk tetap tenang di tengah badai.
Spurgeon menulis:
“Damai Kristus bukanlah damai yang malas, tetapi damai yang bekerja di tengah perjuangan, karena Tuhan yang memegang kendali.”
Kita dipanggil untuk memelihara damai itu melalui iman, doa, dan ketaatan. Bukan karena kekuatan kita, tetapi karena Allah yang mengerjakan semuanya bagi kita.
5. Kesimpulan: Allah yang Memberi Damai dan Bekerja di Dalam Kita
Yesaya 26:12 adalah sebuah pernyataan iman yang merangkum seluruh inti teologi Reformed:
-
Sola Gratia – hanya oleh anugerah Allah kita memiliki damai dan ketaatan.
-
Soli Deo Gloria – hanya bagi Allah segala kemuliaan, karena Dialah yang mengerjakan semuanya bagi kita.
John Calvin menutup tafsirnya dengan kalimat yang kuat:
“Setiap berkat yang kita nikmati adalah hasil tangan Allah. Maka, biarlah mulut kita dipenuhi dengan pujian, bukan kesombongan.”
Charles Spurgeon menegaskan:
“Jika ada damai, kasih, atau kesetiaan dalam hati kita, itu karena Tuhan yang menanamkannya. Biarlah segala kemuliaan dikembalikan kepada-Nya.”
Dengan demikian, Yesaya 26:12 bukan sekadar ayat penghiburan, tetapi juga pengakuan iman yang agung: bahwa Allah adalah sumber, pelaksana, dan penyempurna segala kebaikan dalam hidup umat-Nya.