Khotbah Pemuda: Kebanggaan yang Membawa Kehancuran (Nahum 2:13)
.jpg)
Pendahuluan
Setiap zaman memiliki bentuk kebanggaannya sendiri. Ada yang berbangga karena kekuatan, kekayaan, kepandaian, atau prestasi. Dalam dunia modern, kebanggaan sering diwujudkan melalui pencapaian akademis, karier, penampilan, jumlah pengikut di media sosial, atau kekuasaan yang dimiliki. Namun di balik semua itu, ada bahaya besar yang tidak disadari manusia: kebanggaan diri yang menentang Allah.
Kitab Nahum memberikan gambaran mengerikan tentang akhir dari sebuah bangsa yang dipenuhi dengan kesombongan dan keangkuhan, yaitu Niniwe, ibu kota kerajaan Asyur. Ayat yang menjadi pusat renungan kita hari ini berbunyi:
“Lihat, Aku akan menjadi lawanmu, demikianlah firman TUHAN semesta alam. Aku akan membakar keretamu sampai habis asapnya, dan pedang akan memakan habis anak-anak singamu. Aku akan melenyapkan jarahanmu dari bumi, dan suara utusanmu tidak akan terdengar lagi.”— Nahum 2:13
Ayat ini adalah deklarasi penghukuman dari Allah atas bangsa yang dahulu begitu kuat dan ditakuti di dunia kuno. Asyur, yang pernah menaklukkan bangsa-bangsa lain, kini menjadi musuh Allah sendiri. Kebanggaan yang membawa mereka kepada kejayaan semu akhirnya menghancurkan mereka.
Tema ini relevan bagi kaum muda Kristen zaman ini. Kita hidup di tengah budaya yang menyanjung diri sendiri, memuja kebebasan tanpa batas, dan menolak otoritas Allah. Namun Firman Tuhan mengingatkan: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati.” (Yakobus 4:6).
Mari kita belajar dari kehancuran Niniwe agar kita tidak jatuh dalam kesalahan yang sama — kesombongan yang menghancurkan.
I. Konteks Kitab Nahum: Allah yang Membalas dan Adil
Sebelum kita menyoroti ayat 13, kita perlu memahami konteks kitab Nahum secara keseluruhan. Nahum adalah nabi yang diutus Allah untuk menyampaikan penghukuman atas Niniwe, ibu kota bangsa Asyur. Sekitar 100 tahun sebelumnya, nabi Yunus juga pernah diutus ke kota yang sama, dan pada masa itu Niniwe bertobat dengan sungguh-sungguh. Tetapi sayangnya, pertobatan mereka tidak berlangsung lama.
Beberapa generasi kemudian, Niniwe kembali kepada kejahatan, kekerasan, dan kesombongan yang melampaui batas. Mereka menindas bangsa-bangsa, termasuk Israel, dengan kekejaman yang tak terbayangkan. Maka Allah yang adil tidak tinggal diam.
Teolog Reformed seperti John Calvin menegaskan bahwa kitab Nahum menunjukkan dua sisi Allah yang seimbang:
“Nahum menyingkapkan bahwa Allah bukan hanya panjang sabar, tetapi juga benar dan suci. Ia tidak akan membiarkan dosa terus berlangsung tanpa hukuman.” (Commentary on Nahum, John Calvin)
Dalam teologi Reformed, ini disebut sebagai kedaulatan Allah dalam penghukuman dan keselamatan. Allah berdaulat penuh, baik dalam menunjukkan kasih karunia kepada yang bertobat (seperti zaman Yunus), maupun dalam melaksanakan penghakiman kepada yang berkeras hati (seperti zaman Nahum).
Maka pesan kitab ini bagi kita jelas: jangan pernah mempermainkan kesabaran Allah. Kasih karunia-Nya besar, tetapi keadilan-Nya juga pasti.
II. Gambaran Keangkuhan Niniwe
Nahum 2:13 adalah puncak dari seluruh pasal 2, yang menggambarkan kehancuran total Niniwe. Di sana Allah berkata, “Aku akan menjadi lawanmu.” Kalimat ini adalah hukuman yang paling mengerikan, sebab tidak ada yang dapat berdiri melawan Allah.
Bangsa Asyur dikenal sebagai bangsa yang sangat sombong dan brutal. Mereka bermegah dalam kekuatan militernya, teknologi peperangan, dan kekayaan yang diperoleh dari penjarahan. Nahum 2 menggambarkan kota yang dipenuhi singa—simbol kekuatan dan kekuasaan—tetapi Allah berkata Ia akan membinasakan “anak-anak singa” mereka.
Teolog Reformed Matthew Henry menjelaskan:
“Mereka menganggap diri sebagai singa yang menakutkan, tetapi Allah akan menunjukkan bahwa Dialah Raja atas segala singa. Tidak ada kebanggaan manusia yang dapat bertahan di hadapan murka Allah.” (Matthew Henry’s Commentary on Nahum 2)
Kesombongan Niniwe memiliki tiga ciri utama yang juga tampak dalam kehidupan banyak orang zaman ini:
1. Kesombongan atas kekuatan sendiri
Niniwe merasa tidak terkalahkan. Mereka mengandalkan tembok besar, benteng kuat, dan pasukan tangguh. Namun Allah menunjukkan bahwa tidak ada kekuatan manusia yang mampu menahan tangan-Nya.
Mazmur 20:8 mengingatkan, “Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda, tetapi kita bermegah dalam nama TUHAN, Allah kita.”
2. Kesombongan atas kekayaan dan kejayaan
Asyur mengumpulkan kekayaan dari hasil penjarahan. Mereka menimbun emas, perak, dan harta dari bangsa-bangsa lain. Tapi Allah berkata, “Aku akan melenyapkan jarahanmu dari bumi.” Semua yang mereka banggakan akan lenyap dalam sekejap.
Calvin berkata bahwa kekayaan sering menjadi alat ujian bagi hati manusia. Ketika manusia mulai menganggap harta sebagai sumber keamanan, di situlah kesombongan berakar.
3. Kesombongan atas reputasi dan kebesaran
Allah berkata, “Suara utusanmu tidak akan terdengar lagi.” Artinya, nama besar dan kejayaan politik Niniwe akan sirna. Tidak ada lagi pesan kebanggaan, propaganda kemenangan, atau kabar kejayaan yang terdengar. Semua akan menjadi sunyi.
Itulah akhir dari kebanggaan manusia yang tidak bertobat — kehancuran total.
III. Prinsip Teologi Reformed: Allah Menentang Orang Sombong
Dalam teologi Reformed, kesombongan dianggap sebagai akar dari segala dosa. Ketika manusia ingin menjadi tuan atas dirinya sendiri, ia sedang meniru dosa pertama yang dilakukan oleh Iblis dan Adam.
1. Kesombongan adalah penolakan terhadap kedaulatan Allah
Reformed Theology menekankan bahwa Allah adalah Raja atas segala ciptaan. Tidak ada bagian dalam hidup manusia yang berada di luar kendali-Nya. Ketika manusia menjadi sombong, ia pada dasarnya berkata, “Aku tidak membutuhkan Tuhan.”
R.C. Sproul menulis:
“Kesombongan adalah bentuk tertinggi dari pemberontakan manusia terhadap Allah, karena ia menempatkan diri di atas Sang Pencipta.” (The Holiness of God, R.C. Sproul)
Niniwe menolak kedaulatan Allah. Mereka berpikir bahwa mereka adalah penentu sejarah dunia. Tetapi Allah menunjukkan bahwa sejarah bukan milik manusia, melainkan milik Dia.
2. Kesombongan menutup hati terhadap anugerah
Allah memberikan anugerah kepada yang rendah hati. Tetapi orang sombong tidak bisa menerima kasih karunia karena hatinya tertutup.
Jonathan Edwards, tokoh besar Reformed, menulis:
“Kesombongan adalah dosa yang paling menentang kasih karunia Allah; karena ia menolak untuk mengakui kebutuhan akan kasih karunia itu.” (Charity and Its Fruits, Jonathan Edwards)
Niniwe dulu menerima anugerah melalui pertobatan di zaman Yunus, tetapi kemudian menolak kasih karunia itu. Mereka lupa bahwa pertobatan bukan sekadar momen, melainkan gaya hidup yang terus-menerus.
3. Kesombongan mengundang penghukuman Allah
Nahum 2:13 adalah deklarasi jelas: “Aku akan menjadi lawanmu.” Ketika Allah menjadi lawan seseorang atau suatu bangsa, tidak ada yang dapat menolong.
John Owen berkata:
“Tidak ada musuh yang lebih berbahaya daripada Allah yang menentang. Bila Ia menentangmu karena kesombonganmu, maka seluruh kekuatan dunia tidak akan sanggup menahan tangan-Nya.” (Works of John Owen, Vol. 9)
IV. Penerapan bagi Pemuda Kristen Zaman Ini
Kebanggaan yang membawa kehancuran bukan hanya masalah bangsa kuno. Ini juga bahaya besar bagi pemuda Kristen modern. Budaya zaman ini mendorong setiap orang untuk bermegah dalam diri sendiri, bukan dalam Tuhan.
Mari kita lihat beberapa bentuk nyata kesombongan zaman ini dan bagaimana Firman Tuhan menanggapinya.
**1. Kesombongan digital – mencari dan bagaimana Firman Tuhan menanggapinya.
1. Kesombongan digital – mencari kemuliaan diri di dunia maya
Media sosial sering menjadi tempat di mana manusia menampilkan versi terbaik dari dirinya. Banyak orang ingin dikenal, disukai, dan diakui. Namun tanpa disadari, ini menumbuhkan kebanggaan rohani dan emosional.
Ingatlah: kemuliaan sejati bukanlah jumlah pengikut, melainkan kesetiaan kepada Kristus.
Yeremia 9:23-24 berkata,
“Janganlah orang bijak bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah ia bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku.”
Pemuda Kristen dipanggil untuk berbeda: bukan mengejar pengakuan dunia, tetapi memancarkan Kristus dalam dunia.
2. Kesombongan rohani – merasa lebih suci dari orang lain
Ada bentuk kesombongan yang lebih halus, yaitu kesombongan rohani. Kita merasa lebih benar, lebih mengerti firman, atau lebih beriman dibanding orang lain.
Teologi Reformed menolak kesombongan seperti ini. Sebab doktrin anugerah mengajarkan bahwa tidak ada yang dapat kita banggakan di hadapan Allah. Semua adalah kasih karunia.
Efesus 2:8-9 berkata,
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
John Calvin berkata dengan tegas:
“Tidak ada ruang bagi kebanggaan di hadapan salib Kristus; sebab di sana, semua manusia sama – orang berdosa yang hanya bisa diselamatkan oleh kasih karunia.” (Institutes of the Christian Religion)
3. Kesombongan moral – merasa cukup baik tanpa Tuhan
Banyak pemuda berpikir, “Saya tidak melakukan kejahatan besar, jadi saya baik-baik saja.” Tapi ini juga bentuk kesombongan yang menipu.
Yesus berkata kepada gereja di Laodikia (Wahyu 3:17),
“Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, malang, miskin, buta dan telanjang.”
Pemuda yang tidak mau bergantung kepada Tuhan karena merasa cukup baik sesungguhnya sedang menuju kehancuran rohani.
V. Jalan Kerendahan Hati: Lawan dari Kesombongan
Jika kesombongan membawa kehancuran, maka kerendahan hati membawa kehidupan. Nahum 2:13 adalah peringatan, tetapi di balik peringatan itu tersirat panggilan untuk bertobat.
1. Kerendahan hati dimulai dari pengakuan bahwa Allah berdaulat
Pemuda Kristen perlu belajar berkata: “Tuhan, Engkaulah pemilik hidupku.”
Kedaulatan Allah bukan hanya doktrin untuk dipelajari, tetapi realitas untuk ditaati.
A.W. Pink menulis:
“Pengenalan akan kedaulatan Allah seharusnya membuat kita sujud, bukan sombong. Ia berdaulat, kita hamba. Ia Raja, kita debu.” (The Sovereignty of God)
2. Kerendahan hati terwujud dalam ketaatan
Kerendahan hati bukan hanya sikap hati, tetapi juga tindakan nyata dalam ketaatan kepada Firman Tuhan.
Yesus sendiri adalah teladan sempurna dari kerendahan hati. Filipi 2:8 berkata,
“Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
Pemuda yang rendah hati adalah mereka yang mengutamakan kehendak Tuhan di atas ambisi pribadi.
3. Kerendahan hati membuka jalan bagi anugerah
Yakobus 4:10 berkata,
“Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.”
Allah tidak menolak orang yang hancur hati. Ia meninggikan mereka yang bersandar penuh kepada-Nya.
Teolog Reformed Charles Spurgeon pernah berkata:
“Jalan ke surga dimulai di lembah kerendahan hati.”
VI. Pelajaran dari Kehancuran Niniwe
Kisah Niniwe berakhir tragis. Kota yang megah itu benar-benar musnah. Para arkeolog menemukan reruntuhannya terkubur di bawah pasir selama berabad-abad — bukti bahwa Firman Tuhan tidak pernah gagal.
Ada tiga pelajaran penting bagi kita:
1. Allah sabar, tetapi tidak akan selamanya menahan murka
Kasih karunia bukan alasan untuk hidup sembarangan. Ketika manusia terus berkeras hati, Allah pada waktunya akan bertindak.
2. Kebanggaan membawa kejatuhan yang pasti
Amsal 16:18 berkata, “Kehancuran mendahului kecongkakan, dan keangkuhan mendahului kejatuhan.”
3. Hanya kerendahan hati yang menjaga kita di dalam kasih karunia
Ketika kita rendah hati, kita akan selalu bergantung pada Tuhan, bukan pada diri sendiri.
VII. Penutup: Menjadi Pemuda yang Bermegah Dalam Tuhan
Pemuda Kristen dipanggil untuk berbeda dari dunia. Dunia mengajarkan untuk bermegah dalam diri, tetapi Firman Tuhan memanggil kita untuk bermegah dalam Tuhan.
Rasul Paulus berkata:
“Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus.” (Galatia 6:14)
Salib Kristus menghancurkan setiap kebanggaan manusia. Di sana, kita melihat bahwa segala sesuatu yang kita miliki hanyalah karena kasih karunia.
Renungan Akhir
-
Apakah kebanggaan masih menjadi pusat hidupmu?
-
Apakah engkau lebih mencari pujian manusia daripada perkenanan Allah?
-
Apakah engkau masih berpikir bahwa kekuatanmu berasal dari dirimu sendiri?
Biarlah Firman Tuhan melalui Nahum 2:13 mengingatkan kita semua: kesombongan membawa kehancuran, tetapi kerendahan hati membawa kehidupan.
Kiranya setiap pemuda Kristen hidup dengan kesadaran bahwa Tuhan berdaulat, kasih karunia-Nya cukup, dan hanya Dia yang layak dipuji.