Auto

Sebuah Studi Doa-Doa Rasul Paulus

Sebuah Studi Doa-Doa Rasul Paulus

Pendahuluan

Doa adalah napas kehidupan rohani. Di sepanjang sejarah gereja, para hamba Tuhan menegaskan bahwa kehidupan rohani seseorang dapat diukur dari kehidupan doanya. Di antara semua tokoh Perjanjian Baru, Rasul Paulus menonjol bukan hanya sebagai penginjil, teolog, dan gembala jemaat, tetapi juga sebagai pendoa yang luar biasa.

Dalam bukunya yang berjudul “Gleanings from Paul: A Study of the Prayers of the Apostle”, Arthur W. Pink, seorang teolog Reformed yang mendalam, menelusuri dengan cermat isi dan semangat doa-doa Paulus dalam surat-suratnya. Pink tidak hanya menyoroti isi permohonan Paulus, tetapi juga kerendahan hati, kedalaman teologinya, dan semangat rohani yang menjiwai setiap kata.

Doa-doa Paulus tidak bersifat dangkal atau berpusat pada hal-hal duniawi. Ia tidak berdoa agar dirinya atau jemaat menjadi kaya, populer, atau sukses secara materi. Sebaliknya, doa-doanya dipenuhi dengan kerinduan akan kemuliaan Kristus, pengudusan umat, dan pertumbuhan dalam pengenalan akan Allah.

Khotbah ini akan menelusuri beberapa tema besar dari doa-doa Rasul Paulus sebagaimana dijelaskan oleh Arthur Pink dan diteguhkan oleh para teolog Reformed seperti John Calvin, Louis Berkhof, Martyn Lloyd-Jones, dan R.C. Sproul. Kita akan melihat bagaimana doa-doa itu mencerminkan teologi anugerah, kehidupan iman yang sejati, dan kerinduan akan keserupaan dengan Kristus.

I. Dasar Alkitabiah: Doa Paulus sebagai Cerminan Hubungan dengan Kristus

Rasul Paulus hidup dalam kesadaran mendalam akan anugerah Allah. Ia berkata,

“Oleh kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang.” (1 Korintus 15:10)

Kesadaran ini menuntun seluruh hidup dan doanya. Setiap doa Paulus berakar dalam pemahaman bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan bergantung sepenuhnya pada kasih karunia-Nya.

John Calvin dalam komentarnya atas surat-surat Paulus menulis, “Doa adalah cermin iman yang sejati. Dalam doa, kita memperlihatkan sejauh mana kita memahami Allah dan mengandalkan-Nya.” Paulus memahami Allah bukan hanya secara intelektual, tetapi secara relasional — ia berdoa bukan untuk memanipulasi Tuhan, tetapi untuk bersatu dengan kehendak-Nya.

Dalam setiap suratnya, doa Paulus muncul baik sebagai ucapan syukur maupun permohonan rohani yang dalam. Contohnya:

  • Efesus 1:15–23 — Paulus berdoa agar jemaat diberi hikmat untuk mengenal Kristus dan memahami kemuliaan warisan mereka.

  • Filipi 1:9–11 — ia berdoa agar kasih jemaat bertambah dalam pengertian dan pengetahuan yang benar.

  • Kolose 1:9–12 — ia memohon agar jemaat hidup berkenan kepada Tuhan dan berbuah dalam setiap pekerjaan baik.

  • 1 Tesalonika 3:12–13 — ia berdoa agar kasih mereka makin melimpah dan hati mereka diteguhkan dalam kekudusan.

Semua ini menunjukkan bahwa doa Paulus bersifat teosentris, bukan antroposentris — terpusat pada Allah, bukan manusia. Doa baginya adalah sarana anugerah untuk memperdalam hubungan umat dengan Kristus.

II. Tema Sentral dalam Doa-Doa Paulus Menurut Arthur W. Pink

Dalam Gleanings from Paul, Arthur Pink menyoroti bahwa doa-doa Paulus tidak bisa dipisahkan dari teologi Reformed yang kuat. Pink menyebut doa-doa Paulus sebagai “pengajaran rohani dalam bentuk permohonan,” karena melalui doa, Paulus menyatakan doktrin-doktrin besar iman Kristen dalam bentuk yang praktis dan menyentuh hati.

Ada beberapa tema utama yang diangkat oleh Pink dan menjadi inti dari khotbah ini:

1. Doa untuk Pengenalan yang Lebih Dalam akan Allah

Efesus 1:17–18 berkata:

“... supaya Allah Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa kemuliaan, memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.”

Pink menulis bahwa inti doa Paulus bukanlah permohonan materi, tetapi iluminasi rohani — agar umat Allah mengenal siapa Allah mereka. Bagi Paulus, pengetahuan tentang Allah bukan hanya informasi, tetapi transformasi.

Calvin menyebut pengenalan akan Allah sebagai “ibu dari segala kebenaran rohani.” Tanpa mengenal Allah, kita tidak akan pernah mengenal diri kita sendiri. Karena itu, doa Paulus memohon agar Roh Kudus menerangi hati jemaat, bukan sekadar pikiran mereka.

Pengenalan akan Allah membawa perubahan dalam cara kita hidup, berpikir, dan melayani. Pink menekankan bahwa banyak orang Kristen tidak bertumbuh karena mereka puas dengan pengetahuan dangkal tentang Tuhan.

2. Doa untuk Kekudusan dan Pertumbuhan Iman

Dalam 1 Tesalonika 5:23, Paulus berdoa:

“Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya...”

Doa ini menunjukkan bahwa kekudusan adalah karya Allah, bukan hasil usaha manusia semata. Louis Berkhof menulis dalam Systematic Theology, “Pengudusan adalah pekerjaan Roh Kudus yang terus-menerus, mengubah orang berdosa menjadi semakin serupa dengan Kristus.”

Arthur Pink menekankan bahwa doa Paulus menentang konsep modern tentang kekudusan instan. Bagi Paulus, kekudusan adalah proses progresif yang berakar pada anugerah dan ketaatan. Ia tidak berdoa agar jemaat menjadi sempurna secara moral dalam semalam, tetapi agar mereka terus bertumbuh dalam keserupaan dengan Kristus melalui pekerjaan Roh Kudus.

3. Doa untuk Kekuatan Rohani di Dalam Kristus

Dalam Efesus 3:16, Paulus menulis:

“... supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu.”

Paulus tahu bahwa kehidupan Kristen penuh pergumulan. Ia sendiri mengalami penderitaan berat, penolakan, dan bahaya maut. Namun, ia tidak meminta agar semua kesulitan itu dihapuskan; ia berdoa agar jemaat dikuatkan secara rohani.

Martyn Lloyd-Jones dalam khotbahnya tentang Efesus berkata, “Doa Paulus menunjukkan bahwa kebutuhan utama kita bukanlah perubahan keadaan luar, tetapi perubahan kekuatan di dalam.”

Arthur Pink menambahkan bahwa kekuatan yang Paulus maksud adalah kekuatan untuk hidup dalam iman, taat di tengah pencobaan, dan tetap setia walau dunia menentang. Ini adalah kekuatan yang berasal dari Roh Kudus, bukan dari motivasi manusia.

4. Doa untuk Kesatuan Tubuh Kristus

Dalam Roma 15:5–6, Paulus berdoa:

“Semoga Allah yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kepadamu hidup rukun seorang dengan yang lain sesuai dengan kehendak Kristus Yesus.”

Pink menyoroti bahwa kesatuan jemaat bukanlah hasil usaha manusia, melainkan buah dari doa dan pekerjaan Roh Kudus. Paulus tahu bahwa gereja yang penuh perpecahan tidak dapat memuliakan Allah.

R.C. Sproul menegaskan, “Kesatuan gereja adalah refleksi dari kesatuan Allah Tritunggal.” Karena itu, Paulus berdoa agar umat Allah bersatu bukan di atas dasar kompromi, melainkan di atas kebenaran Injil.

5. Doa untuk Buah Roh dan Hidup Berbuah

Dalam Kolose 1:10, Paulus menulis:

“... supaya kamu hidup berpadanan dengan kehendak Tuhan, sehingga berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu berbuah dalam segala pekerjaan baik.”

Pink menjelaskan bahwa kehidupan Kristen sejati harus berbuah. Buah itu adalah hasil dari kehidupan yang tinggal di dalam Kristus (Yohanes 15:5). Paulus berdoa bukan agar jemaat aktif dalam kegiatan, tetapi agar mereka berbuah dari hati yang diperbarui oleh Roh Kudus.

Calvin menulis, “Iman sejati tidak pernah steril; ia selalu menghasilkan buah kebenaran.” Maka doa Paulus menegaskan bahwa pekerjaan baik adalah konsekuensi alami dari kasih karunia, bukan usaha untuk mendapatkan keselamatan.

III. Ciri Khas Doa Paulus Menurut Teologi Reformed

Arthur Pink menekankan bahwa doa-doa Paulus mencerminkan pilar utama teologi Reformed — terutama dalam hal anugerah Allah, kedaulatan-Nya, dan ketergantungan manusia sepenuhnya kepada Tuhan.

Beberapa ciri khasnya antara lain:

  1. Doa yang Didominasi oleh Kekaguman, Bukan Permintaan Pribadi
    Paulus lebih banyak memuji daripada meminta. Ia penuh ucapan syukur karena menyadari bahwa segala sesuatu adalah kasih karunia (Efesus 1:3).

  2. Doa yang Berdasarkan Doktrin
    Bagi Paulus, teologi tidak terpisah dari doa. Doktrin kedaulatan Allah menjadi dasar keyakinannya bahwa doa tidak sia-sia. John Calvin berkata, “Doa adalah respons alami terhadap doktrin kedaulatan Allah.”

  3. Doa yang Bersifat Gerejawi
    Paulus tidak hanya berdoa untuk dirinya, tetapi untuk seluruh tubuh Kristus. Ia mencontohkan bahwa doa sejati bersifat komunitarian, bukan individualistis.

  4. Doa yang Mengarah pada Kemuliaan Allah
    Setiap doa Paulus berujung pada pujian. “Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.” (Roma 11:36)

IV. Aplikasi Praktis bagi Orang Percaya Masa Kini

1. Belajar Berdoa dengan Perspektif yang Benar

Kita sering kali berdoa untuk kenyamanan, keamanan, dan hal-hal lahiriah. Tetapi doa-doa Paulus mengajarkan kita untuk berfokus pada hal-hal rohani: pengenalan akan Allah, kekudusan, kekuatan iman, dan kasih kepada sesama.

Arthur Pink menulis, “Doa yang paling rohani bukanlah yang paling panjang, tetapi yang paling selaras dengan kehendak Allah.”

Belajarlah berdoa dengan isi yang sesuai dengan Firman. Biarlah doa kita dipenuhi dengan kehausan akan Kristus, bukan keinginan pribadi semata.

2. Doa Sebagai Sarana Pertumbuhan Iman

Doa bukanlah pelarian dari realitas, tetapi sarana untuk menghadapi realitas dengan kekuatan rohani. Ketika Paulus berdoa dari penjara, ia tidak mengeluh, tetapi bersyukur. Ia tahu bahwa Allah bekerja di balik penderitaan.

Demikian pula, ketika kita berdoa di tengah kesulitan, iman kita dikuatkan karena kita melihat segala sesuatu dari perspektif kekekalan.

3. Doa Membangun Kesatuan Gereja

Dalam dunia yang penuh perpecahan, doa menjadi alat pemersatu. Ketika jemaat saling mendoakan, kasih tumbuh, dan kesombongan lenyap. Paulus mengajarkan bahwa kita harus membawa satu sama lain dalam doa, bukan dalam gosip atau kritik.

4. Doa Memuliakan Kristus di Tengah Dunia

Setiap kali kita berdoa dengan hati yang tunduk, Kristus dimuliakan. Dunia mungkin tidak melihat kita berdoa, tetapi surga mendengar. Paulus menunjukkan bahwa doa adalah tindakan iman yang mengakui bahwa hanya Tuhan yang berdaulat.

V. Doa Paulus dan Tujuan Akhir: Kemuliaan Kristus

Semua doa Paulus akhirnya mengarah pada satu tujuan: kemuliaan Kristus. Dalam Filipi 1:20, ia berkata,

“Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku maupun oleh matiku.”

Bagi Paulus, hidup bukanlah tentang dirinya, melainkan tentang Kristus. Doanya adalah ekspresi dari kehidupan yang sepenuhnya berpusat pada Tuhan.

Arthur Pink menutup bukunya dengan refleksi ini: “Doa-doa Paulus adalah gema dari hati Kristus sendiri.” Paulus berdoa karena ia mengenal hati Tuhan — penuh kasih, penuh kebenaran, dan penuh kerinduan agar umat-Nya hidup untuk kemuliaan Allah.

Kesimpulan

Doa-doa Rasul Paulus dalam terang teologi Reformed adalah gambaran indah dari kehidupan rohani yang dewasa. Ia mengajarkan bahwa doa bukan sekadar aktivitas keagamaan, tetapi hubungan yang hidup antara jiwa dan Allah.

Melalui Gleanings from Paul, Arthur W. Pink menolong kita memahami bahwa doa sejati bersumber dari anugerah, diarahkan kepada kehendak Allah, dan berujung pada kemuliaan Kristus.

Kiranya kita meneladani Paulus — berdoa bukan hanya untuk apa yang kita butuhkan, tetapi untuk apa yang Allah kehendaki. Dan semoga setiap doa kita mencerminkan iman yang sejati: bahwa segala sesuatu adalah dari Allah, melalui Allah, dan bagi Allah.

“Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.” (Roma 11:36)

Next Post Previous Post