Yohanes 10:27 - Mendengarkan Suara Gembala yang Baik

Yohanes 10:27 - Mendengarkan Suara Gembala yang Baik

Pendahuluan: Relasi yang Hidup antara Gembala dan Domba

Dalam Injil Yohanes pasal 10, Yesus memperkenalkan diri sebagai Gembala yang baik yang mengenal domba-domba-Nya dan menyerahkan nyawa bagi mereka. Di tengah perdebatan sengit dengan orang-orang Yahudi yang menolak keilahian-Nya, Yesus mengucapkan sebuah kalimat pendek namun sarat makna teologis:

“Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku.”
— Yohanes 10:27

Ayat ini menjadi inti dari doktrin pemilihan dan ketekunan orang kudus dalam teologi Reformed. Di dalamnya terdapat gambaran relasi yang penuh kasih antara Kristus dan umat pilihan-Nya — hubungan yang lahir dari kasih karunia, dibangun di atas iman, dan dipelihara oleh kuasa Allah.

Bagi para teolog Reformed, Yohanes 10:27 adalah pernyataan mendalam tentang soteriologi (doktrin keselamatan) yang menggabungkan unsur panggilan efektif, regenerasi, iman, ketaatan, dan ketekunan.

I. Konteks Historis dan Teologis Yohanes 10:27

1. Latar Percakapan Yesus di Yerusalem

Yohanes 10 mencatat pengajaran Yesus di Yerusalem pada waktu Hari Raya Pentahbisan Bait Allah (Hanukkah). Orang-orang Yahudi menuntut Yesus menyatakan secara terbuka apakah Ia adalah Mesias (Yohanes 10:24). Yesus menjawab bahwa perbuatan-perbuatan-Nya sudah menjadi kesaksian, tetapi mereka tidak percaya karena mereka bukan domba-domba-Nya (ay. 26).

Konteks ini menunjukkan bahwa iman bukanlah hasil keputusan manusia, melainkan tanda bahwa seseorang sudah menjadi bagian dari kawanan domba Kristus. Seperti yang dikatakan Calvin:

“Kristus tidak mengatakan bahwa mereka tidak menjadi domba karena tidak percaya, tetapi bahwa mereka tidak percaya karena bukan domba. Ini menegaskan doktrin pemilihan Allah yang kekal.”
(John Calvin, Commentary on John 10:26–27)

Maka, ayat 27 merupakan konsekuensi logis dari pemilihan ilahi: domba-domba yang telah dipilih Allah pasti akan mendengarkan suara Gembala mereka.

II. Analisis Tekstual dan Eksposisi Frasa

1. “Domba-domba-Ku” — Kepemilikan Kristus atas Umat-Nya

Yesus menggunakan istilah “domba-domba-Ku” (ta probata ta ema) untuk menunjukkan hubungan kepemilikan pribadi. Kata ganti -Ku menegaskan bahwa umat percaya tidak menjadi milik diri sendiri, tetapi milik Kristus.

John Gill menulis:

“Kristus tidak sekadar memiliki otoritas atas mereka, tetapi memiliki kasih dan perhatian seperti gembala yang memelihara miliknya sendiri.”
(John Gill, Exposition of the New Testament)

Dalam teologi Reformed, ini berkaitan dengan doktrin penebusan partikular (limited atonement). Kristus mati bukan secara umum untuk semua, tetapi secara efektif untuk domba-domba-Nya, yaitu umat pilihan yang telah diberikan Bapa kepada-Nya (Yohanes 10:15; 17:2).

R. C. Sproul menegaskan:

“Kata ‘domba-Ku’ adalah bukti kasih pilihan Allah yang kekal. Sebelum dunia dijadikan, Bapa telah memberikan kepada Anak suatu umat yang akan ditebus.”
(Chosen by God)

Dengan demikian, keberadaan seseorang sebagai domba Kristus berakar dalam pemilihan Allah di kekekalan, bukan hasil usaha manusia.

2. “Mendengarkan Suara-Ku” — Tanda Iman yang Hidup

Ungkapan ini menunjukkan tanggapan aktif terhadap panggilan Kristus. Dalam bahasa Yunani, kata akouousin (“mendengarkan”) tidak hanya berarti mendengar secara fisik, melainkan mendengar dengan pengertian dan ketaatan.

Louis Berkhof menjelaskan:

“Mendengar suara Kristus berarti menerima firman-Nya dengan iman yang menyelamatkan, bukan sekadar mendengar secara eksternal.”
(Systematic Theology, soteriology section)

Di sini kita melihat doktrin panggilan efektif (effectual calling): ketika Kristus berbicara melalui Injil, Roh Kudus membuka telinga hati orang pilihan, sehingga mereka mampu menanggapi dengan iman.

Yesus sendiri berkata dalam Yohanes 6:37:

“Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku.”

Dalam konteks ini, mendengarkan suara Kristus berarti respon iman yang dihasilkan oleh Roh Kudus dalam hati umat pilihan. Calvin menyebutnya sebagai the internal call (panggilan batiniah), berbeda dari the external call yang disampaikan melalui pemberitaan Injil kepada semua orang.

3. “Aku mengenal mereka” — Relasi Pribadi dalam Kasih Karunia

Kata “mengenal” (ginōskō) dalam Alkitab sering berarti hubungan intim dan penuh kasih, bukan sekadar pengetahuan intelektual. Ketika Kristus berkata, “Aku mengenal mereka,” itu berarti Ia memiliki relasi perjanjian yang kekal dengan umat-Nya.

Herman Bavinck menulis:

“Pengenalan Allah terhadap umat-Nya adalah tindakan kasih yang efektif, bukan hanya kognitif. Ia mengenal karena Ia mengasihi, dan Ia mengasihi karena Ia memilih.”
(Reformed Dogmatics, vol. 2)

Ini adalah pengenalan yang menyelamatkan. Kristus mengenal umat-Nya sebagaimana gembala mengenal dombanya satu per satu. Penggunaan kata “mengenal” juga menandakan jaminan keamanan rohani — karena Kristus mengenal mereka, Ia tidak akan membiarkan satu pun binasa (Yohanes 10:28).

Charles Spurgeon menambahkan:

“Pengenalan Kristus bukanlah seperti pencatatan nama dalam buku, melainkan perhatian pribadi yang kekal; Ia mengenal suara tangisan domba-Nya dan setiap luka di tubuh mereka.”

4. “Mereka mengikuti Aku” — Ketaatan Sebagai Buah Iman

Bagian ini menunjukkan hasil alami dari mendengarkan suara Kristus. Domba yang sejati tidak hanya mendengar, tetapi mengikuti (akolouthousin).

A. W. Pink menulis dalam Exposition of John:

“Mengikuti Kristus adalah bukti nyata dari regenerasi. Di mana tidak ada ketaatan, di sana tidak ada kehidupan baru.”

Dalam kerangka Reformed, mengikuti Kristus bukan syarat keselamatan, tetapi buah dari pembenaran dan regenerasi.

Iman yang sejati selalu menghasilkan ketaatan aktif. Seperti yang diajarkan oleh Yakobus, “iman tanpa perbuatan adalah mati” (Yakobus 2:17). Namun, ketaatan itu sendiri lahir dari kekuatan Roh Kudus yang bekerja dalam orang percaya (Filipi 2:13).

Hidup yang mengikuti Kristus berarti hidup yang:

  • Menolak dosa dan cinta dunia,

  • Mengasihi kebenaran dan firman Allah,

  • Bertekun dalam jalan ketaatan setiap hari.

Bavinck menegaskan:

“Iman sejati tidak hanya memandang kepada Kristus sebagai Juruselamat, tetapi juga tunduk kepada-Nya sebagai Tuhan.”

III. Hubungan Yohanes 10:27 dengan Doktrin-Doktrin Reformed

1. Doktrin Pemilihan dan Panggilan Efektif

Ayat ini menunjukkan bahwa hanya mereka yang “domba Kristus” yang akan mendengarkan suara-Nya. Ini selaras dengan doktrin pemilihan tanpa syarat (unconditional election).

Calvin menulis:

“Ketaatan domba bukanlah penyebab pemilihan, tetapi tanda dan bukti dari pemilihan yang telah terjadi.”

Dengan demikian, iman dan ketaatan bukan syarat untuk menjadi domba Kristus, melainkan bukti bahwa seseorang sudah dipilih dan dilahirkan kembali.

2. Doktrin Penebusan Partikular

Kristus menyebut mereka sebagai “domba-domba-Ku”, bukan “semua manusia.” Hal ini sejalan dengan ajaran bahwa Kristus mati secara efektif hanya bagi umat pilihan.

R. C. Sproul menulis:

“Kristus bukan hanya membuka kemungkinan keselamatan, tetapi benar-benar menyelamatkan umat-Nya dari dosa dan murka Allah.”

Dengan demikian, penebusan Kristus bersifat definitif dan terbatas dalam cakupan, tetapi sempurna dalam efektivitas.

3. Doktrin Ketekunan Orang Kudus

Konteks ayat 27 berlanjut pada Yohanes 10:28:

“Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya.”

Ini adalah dasar bagi doktrin perseverance of the saints — ketekunan orang kudus. Domba yang sejati akan terus mendengar dan mengikuti karena Kristus sendiri yang memelihara mereka.

Spurgeon berkata:

“Tidak satu pun domba Kristus akan hilang, karena tangan yang menebus juga tangan yang memelihara.”

IV. Aplikasi Teologis dan Pastoral

1. Mendengarkan Suara Kristus dalam Firman

Di zaman modern, banyak suara dunia yang menggoda umat Allah. Namun domba sejati mengenali suara Gembala mereka melalui Alkitab.

Calvin menegaskan:

“Firman Allah adalah suara Kristus yang hidup. Barangsiapa menolak Firman, ia tidak mungkin menjadi domba Kristus.”

Mendengar suara Kristus berarti:

  • Membaca Alkitab dengan iman,

  • Merenungkan dan menaatinya,

  • Membedakan kebenaran dari kesesatan.

Itulah sebabnya, dalam gereja Reformed, pemberitaan Firman menjadi pusat ibadah — karena di situlah domba-domba mendengar suara Gembala mereka.

2. Mengikuti Kristus dalam Ketaatan Sehari-hari

Mengikuti Kristus tidak selalu mudah. Jalan yang Ia tunjukkan adalah jalan salib. Namun, domba sejati tidak bisa berhenti mengikuti, karena kasih Kristus menarik mereka.

Thomas Watson, seorang Puritan Reformed, menulis:

“Mengikuti Kristus berarti meneladani langkah-Nya, bahkan ketika langkah itu menuju Golgota.”

Ini berarti:

  • Menolak kompromi dosa,

  • Mengasihi musuh,

  • Menyerahkan diri untuk melayani sesama,

  • Hidup dalam kekudusan dan kerendahan hati.

3. Keyakinan dalam Pemeliharaan Allah

Kristus mengenal domba-domba-Nya secara pribadi. Tidak satu pun dari mereka diabaikan. Di tengah penderitaan dan kesulitan hidup, kebenaran ini memberikan penghiburan dan kepastian iman.

Louis Berkhof menulis:

“Penghiburan terbesar orang percaya bukanlah bahwa ia mengenal Allah, tetapi bahwa Allah mengenalnya.”

Kita mungkin lemah, mudah goyah, dan sering jatuh, tetapi Kristus tidak pernah melepaskan tangan-Nya.

Seperti yang dikatakan Yesaya 49:16:

“Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku.”

4. Kesetiaan Gembala yang Baik

Yohanes 10:27 bukan hanya berbicara tentang domba yang setia, tetapi juga tentang Gembala yang setia. Ia tidak hanya memanggil dan mengenal, tetapi juga memimpin dan memelihara.

Spurgeon menutup khotbahnya tentang ayat ini dengan kata-kata indah:

“Jika engkau adalah domba Kristus, jangan takut. Gembalamu hidup, Ia tidak tertidur, dan Ia tidak akan kehilangan seekor pun dari kawanan-Nya.”

V. Kristus, Gembala Agung dan Pemilik Domba

Kristus bukan sekadar Gembala, tetapi Gembala Agung (Ibrani 13:20). Ia menuntun umat-Nya dengan kasih, memperbaiki mereka yang jatuh, dan memimpin mereka ke padang rumput kekal.

Dalam Injil Yohanes, Kristus menegaskan tiga aspek peran-Nya:

  1. Ia mengenal domba-domba-Nya (pengetahuan ilahi).

  2. Ia berbicara kepada mereka (panggilan efektif).

  3. Ia memimpin mereka menuju hidup kekal (pemeliharaan dan ketekunan).

Semua ini menunjukkan bahwa keselamatan adalah karya Allah dari awal hingga akhir. Dari pemilihan di kekekalan hingga pemuliaan di akhir zaman, Kristus adalah pusatnya.

Sebagaimana Paulus berkata dalam Roma 8:30:

“Mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka juga dipanggil-Nya; dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka juga dibenarkan-Nya; dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka juga dimuliakan-Nya.”

Kesimpulan: Hidup sebagai Domba yang Mendengar dan Mengikuti

Yohanes 10:27 adalah ringkasan Injil kasih karunia.

  • Pemilihan: “Domba-domba-Ku.”

  • Panggilan efektif: “Mendengarkan suara-Ku.”

  • Pembenaran dan relasi kasih: “Aku mengenal mereka.”

  • Kekudusan dan ketekunan: “Mereka mengikuti Aku.”

Hidup Kristen sejati adalah hidup yang berakar dalam kasih karunia, dibentuk oleh ketaatan, dan dijamin oleh pemeliharaan Kristus.

Henokh “berjalan dengan Allah” (Kejadian 5:24), dan orang percaya dalam Perjanjian Baru “mengikuti Kristus.” Kedua ungkapan itu menunjukkan persekutuan intim antara Allah dan umat-Nya, yang lahir dari kasih karunia dan berakhir dalam kemuliaan kekal.

Kiranya kita masing-masing dapat berkata bersama Daud:

“Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.” (Mazmur 23:1)

Dan kiranya di tengah dunia yang penuh kebisingan dan penyesatan, telinga rohani kita tetap peka untuk mendengar suara Gembala yang baik, dan kaki kita tetap teguh mengikuti Dia hingga akhir.

Next Post Previous Post